Langit berteriak ketika sambungannya terputus dia langsung melemparkan ponselnya ke sembarang dan merosot ke dinding. Dia sudah tidak tahan lagi untuk menahan air matanya yang jatuh dan membanjiri pipinya, kakinya menekan dadanya sendiri menghalau rasa sesak yang menelusup ke rongga dadanya. Dia tidak tahan lagi untuk tetap berdiam di sini, sementara Awan sedang tidak baik-baik saja di dimensi itu.
Langit bangkit berdiri mengusap kasar pipinya, wajahnya mengeras. Dia dengan cepat meraih kunci motor dan melesat ke luar.
Dia harus kembali mencoba lemari itu lagi.
**
Langit berlari menuju motornya, dia sudah tidak peduli lagi ayahnya memanggil dirinya kuat di belakangnya untuk menanyai apa yang salah pada dirinya yang tiba-tiba berlari serta berteriak kesetanan di tengah pagi buta.
"Langit! Mau kemana? Ada apa?" teriak Raihan yang sepertinya sama-sama tidak tertidur dan mendengar keributan yang di buat Langit di kamar Awan barusan.