Sain menjadi kalang kabut atas Awan yang menghilang dari jarak pandangnya. Dirinya telah mencari ke sekitar rumah, kalau-kalau dia menemukan Awan seperti terakhir kali Awan menghilang. Namun, Awan tidak di temukan di mana pun. Sain mengacak rambutnya frustasi dia menyandarkan kepalanya pada sofa dan memejamkan matanya erat, tetapi justru yang terlintas adalah bagaimana perkataan dirinya berdengung di telinga, berputar-putar membuat kepalanya berdenyut sakit.
"Diam, kamu lemah. Untuk ini kan kamu bisa berguna, nggak ada yang menginginkanmu lagi selain aku. Kamu hanya barang yang bisa aku gunakan kapan saja, lalu menjadi sampah."
Apa yang kamu lakukan Sain?
Sain sangat menyesalinya, mengapa dia mengucapkan itu? Awan pergi dengan memecahkan kaca di jendela kamarnya tanpa menyisakan apapun yang menjadi petunjuk Sain untuk menemukannya.