Awan semakin meringkuk ke sebuah bangunan toko yang telah tutup di malam hari, mengenakan seragam yang dia kenakan sebelum dia tinggal sementara di rumah Sain.
Awan pergi dari rumah itu setelah Sain cukup lama meninggalkan rumah, dia memecahkan jendela kamar dan melompat keluar. Awan berlari sampai kemari dengan rasa sakit yang semakin dalam hingga rasanya dia bisa pingsan kembali kapan saja.
Dia bersembunyi di balik bayang-bayang berharap Sain tidak pernah menemukannya lagi atau Sain bahkan tidak repot-repot mencarinya lagi karena dia tidak peduli. Hal itu membuat dadanya sesak memikirkan bahwa semua perasaan dan kalimat-kalimat yang Sain lontarkan padanya hanya sebaris kebohongan. Dia menjadi sangat menjijikan betapa dulu Awan sangat bangga dan bahagia luar biasa saat Sain mengucapkan kata-kata manis itu.