Awan dengan rasa penasarannya membuka halaman kedua yang menyebabkan alisnya berkerut bingung dengan perasaan familiar menyusup ke dadanya seolah-olah Awan pernah melihat hal ini, karena ada sebuah gambar besar yang tergores pada halaman itu. Rumah tanpa pintu dan jendela yang di gambar dengan spidol bertinta hitam.
Dia sudah mengetahui sekarang bahwa buku yang Awan pegang bukanlah milik Sain, itu adalah milik Awan di dimensi ini sendiri.
Awan tersentak dan dengan cepat memasukkan buku yang berada di gengamanan tangannya ke dalam selimut lebih jauh lagi. Matanya langsung naik melihat Sain membuka pintu dan berdiri di ambang pintu. Awan sangat berharap dengan dirinya sendiri untuk tidak terlihat salah tingkah ketika dia menyembunyikan sesuatu dari Sain, Awan ingin membaca buku itu lebih banyak lagi. Dia takut ketika dirinya memberitahukan hal itu, Sain akan melarangnya. Awan tidak ingin.