Awan merenung di meja makan saat sarapan, dia merasa ada sesuatu yang hilang dari kepalanya yang menyebabkan dia harus berpikir lebih keras pagi ini. Dia lemas dan badannya menjadi sangat lelah serta perutnya berputar ketika makanan hendak keluar dari kerongkongannya.
"Kenapa?" Sain tiba-tiba bertanya di tengah hening yang tercipta di antara mereka.
Awan hanya menggeleng sebagai jawaban, dia memaksakan untuk terus mengunyah di sela mulutnya yang mati rasa. Awan beberapa kali bergerak menggeliat ketika pakaiannya terasa tidak nyaman di kenakannya. Dia perlahan mendongak melirik Sain di seberang meja, mulutnya bergerak-gerak dengan pertanyaan yang telah mencapai ujung lidahnya.
Hingga sampai mata mereka saling bersitatap, Awan cepat-cepat mengalihkan pandangannya kembali pada piringnya. Dia tidak ingin pertanyaannya akan membuat Sain kecewa, karena Awan tahu Sain telah memberikan semuanya dan dia merasa sangat senang.