Senyum mengembang pada bibir Sain, dia membentangkan jemarinya di punggung Awan dan berbisik. "Aku juga,"
"Riksa, aku boleh tinggal di sini untuk sementara waktu?" tanya Awan pelan, justru hal itu membuat Sain mengeratkan pelukannya pada Awan dan membawa Awan ke atas kasurnya.
"Di mana aku berada, kamu harus selalu berada di sisiku."
Sain meletakkan tangannya pada dada Awan dan merasakan denyutan cepat di sana, seirama dengan apa yang di miliki Sain sendiri.
Sain mendekatkan wajahnya ke depan bibir Awan dan berbisik di sana. "Karena hidup dalam kesendirian itu sama sekali bukan hal yang menyenangkan. Kalau kamu tanya siapa yang paling mencintaimu, itu aku. Bahkan melebihi cintamu padaku dan orang tuamu padamu."
***
"Sain, boleh aku berhenti sekolah?" tanya Awan tiba-tiba mengarahkan matanya pada Sain yang sibuk mengenakan pakaian sekolahnya di hadapan Awan.