Awan merasakan tubuhnya semakin merasa dingin dari waktu ke waktu. Matanya sulit di buka dan tubuhnya seolah melayang di antara sadar dan ketidaksadarannya. Awan menarik menarik napasnya perlahan dan masih bersyukur dia bisa menghirup udara kali ini. Kulitnya Awan masih bersentuhan dengan air yang sebelumnya hangat membasuh tubuhnya, kali ini malah terasa sangat dingin menusuk setiap ujung saraf kulit Awan yang sensitif.
Sudah berapa lama dia di sini?
Di mana Sain?
Pertanyaan serupa terlontar dari bibir Awan, dia membuka suaranya yang justru tidak menemukan suara yang keluar dari sana. Awan kembali mencoba tetapi yang keluar hanya seperti derit pintu yang memekakkan telinga.