"Aku benar-benar lelah jika begini caranya." Seorang wanita mengeluh. Ia lebih memilih untuk duduk di depan layar monitor lebar daripada harus tertidur di hari yang sudah masuk pagi ini.
Jika orang lain, mungkin akan mengatakan bahwa alasan lelah dengan kehidupan adalah—karena hidupnya yang monoton. Namun, berbeda dengan Helena. Hidup wanita itu sangat, sangat, aktif! Tak ada satu hari tanpa pekerjaan yang sama, atau tak ada satu hari tanpa berita yang sama. Semuanya selalu baru, dan kini hal tersebut membuat Helena lelah.
"Benar-benar harus sabar menghadapi media seperti mereka," gumam Helena.
Ia masih kesal ketika melihat berita yang baru-baru ini keluar.
'Helena Kim dengan Seorang Bayi? Di Dalam Perusahaan!'
Yang benar saja! Media terlalu membual hanya demi membuat berita yang akan menjadi tranding. Tak sadarkah mereka bahwa ada akibat besar hanya dengan judul itu? Kini Helena dituduh telah memiliki seorang anak, dengan artis di dalam agensi—satu perusahaan dengannya.
Jika tahu akan begini akhirnya, mungkin sudah dari tadi Helena memposting foto dirinya dengan Sol, lalu menuliskan caption, 'Aku sedang berfoto dengan anak dancerku. Namanya, Sol.'
Ya, sebenarnya Helena dapat bernapas lega karena masalah satu ini sudah diselesaikan. Ia tadi meminta perusahaan untuk membuka suara, mengatakan bahwa hal itu tidak benar dengan bukti-bukti yang kuat. Bahkan Soyeon juga ikut berbicara lewat sosial pribadinya. Helena jadi merasa bersalah dengan Sol dan ibunya.
Beginilah jika menjadi seorang solois terkenal. Harus sempurna, tanpa ada cacat. Bahkan ketika berat badan Helena bertambah setengah kilo, kritik akan terus bermunculan di sosial medianya. Atau bahkan ketika Helena melirik Idul pria sebentar, hanya sebentar! Orang-orang mengira bahwa keduanya ada hubungan.
Lalu, lucunya, Helena juga dibenci karena terlalu sempurna. Ia bahkan pernah mendapatkan petisi untuk dikeluarkan dari YX Entertainment. Sebenarnya, yang salah Helena atau para khalayak? Mereka selalu melakukan sesuka hati mereka. Bahkan ketika tahu hal itu akan menyakitkan bagi orang lain.
Padahal, mereka tidak tahu banyak tentang Helena. Apalagi, dengan kehidupan wanita itu. Bukankah layar hanya sebuah kebohongan? Bagaimana bisa mereka percaya?
***
Begitu matahari telah menampakkan wujudnya, seorang pria dengan tampilan santai khas anak muda telah siap di dalam mobil. Ia memegang sebuah benda pipih berukuran persegi panjang, cukup besar sehingga harus dengan dua tangan untuk menggunakannya.
Di samping bangkunya—tepatnya di bangku pengemudi, pintu terbuka. Menampilkan seorang pria dengan kaos hitam yang masuk dan duduk begitu saja.
"Langsung jalan, Kai?" tanya pria itu, sudah siap dengan kemudinya.
Lantas, Kai menolehkan pandangan dari benda pipih yang dipegangnya. Kemudian, mengangguk tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Menurutnya, jawaban dari anggukan itu sudah cukup untuk memberitahu pada manajer.
Mesin mobil dinyalakan, dan mulai melaju dengan kecepatan rata-rata. Aturan di setiap agensi adalah, seorang sopir artis harus menjalankan kendaraan sesuai standar. Itu, demi keselamatan artis. Termasuk dengan Kai, yang akan menjadi solois.
Pria itu kembali fokus terhadap layar, dan mulai menyadarkan tubuhnya di bangku mobil, yang amat sangat nyaman. Ia mulai melihat ke arah berita-berita, terus menggulirnya hingga menemukan sebuah judul tulisan menarik.
'Dia tidak mungkin punya anak.'
Begitulah yang Kai pikirkan begitu melihat judul berita yang dipilihnya. Helena memiliki anak? Itu sangat tidak mungkin. Meskipun Kai tidak begitu mengenal wanita itu, tetapi sifatnya telah Kai ketahui. Dia adalah wanita yang terkadang gila kerja, dia juga begitu menyayangi penggemarnya. Bahkan, ia pernah berkata bahwa suatu saat, Helena sangat ingin untuk dapat menikah dengan salah satu fanboy–nya.
Ya, jadi Kai tidak akan tertipu dengan sebuah judul berita seperti ini. Apalagi, mengingat dirinya sendiri adalah seorang idol—sama seperti Helena. Tentu pernah merasakan bagaimana banyak media membual sebuah berita demi menarik ketertarikan publik.
Namun, tetap saja. Jari Kai tidak memindah kabar berita itu. Kedua netranya terus memandangi foto pada laman berita yang dilampirkan. Foto seorang wanita dengan gaun hijau-hitam bergarisnya, dengan bayi menggemaskan di dalam gendongan.
Ada empat slide foto, dan Kai tak henti-hentinya terus menatap hal tersebut. Entah karena wanita cantik itu, bayi menggemaskannya, atau mungkin karena keduanya sama-sama enak untuk dipandang.
Ia menyadari bahwa Helena telah mengganti warna rambutnya. Dari blonde, menjadi hitam normal. Rambutnya yang tergerai lurus, berwarna hitam ... Helena begitu menawan. Wajah dingin yang selalu menghiasi papan-papan iklan itu sirna, ketika terdapat foto dirinya yang tengah tersenyum sambil mengecup bayi di gendongan gemas.
Tak puas hanya dengan hal tersebut, jari Kai memilih untuk meng–klik sebuah video di bawahnya. Kali ini lebih nyata. Ia melihat Helena yang mengecup pipi sang bayi gemas. Tidak hanya sekali, tetapi beberapa kali. Hingga tangan bayi tersebut bergerak-gerak untuk mencakar-cakar wajah Helena—mungkin merasa terganggu dengan aktivitas tersebut.
Video keseruan itu berdurasi enam puluh detik, tanpa suara. Namun, mampu membuat Kai yang melihat dari layar merasa sangat gemas. Ia juga penyuka bayi, bahkan Kai memiliki dua keponakan yang kini telah memasuki usia anak-anak.
"Kenapa? Kenapa kau senyum-senyum begitu?"
Dengan cepat, Kai menekan tombol kembali ke halaman awal. Ia lantas menoleh, dan dengan sigap mengatakan, "Tidak apa-apa."
Berusaha untuk percaya dan mengangguk, itu yang dilakukan oleh manajer muda berusia tiga puluh lima tahun. Ia tidak akan mungkin mencampuri urusan atasannya sendiri, walaupun keduanya cukup dekat.
"Oh, ya. Tahu berita heboh hari in?" Manajer tampan tersebut berusaha untuk mengalihkan pembicaraan. Tak mungkin dirinya membiarkan Kai merasa bosan di dalam mobil.
Kali ini Kai menggeleng. Tab yang sejak tadi menemaninya pun telah ia simpan di dalam dashboard mobil. Tak ingin jika nanti pria di sampingnya memergoki dirinya melihat berita yang tidak-tidak. Sudah dipastikan akan terjadi kesalahpahaman, dan bisa saja manajernya mengadu terhadap direktur utama.
Manajer berdehem pelan. Kai sudah mengenalnya, ia melakukan hal tersebut sebelum memulai pembicaraan atau cerita.
"Aku tadi melihat berita di internet, dan mendapati sebuah artikel yang menuliskan Helena memiliki anak. Helena Kim! Solois terkenal itu, kau mengenalnya, 'kan? Aku benar-benar kaget! Sungguh!" jelas manajer itu hiperbola. Masih dengan kedua tangan yang mengemudikan setir mobil, agar tak terjadi kejadian yang tak diinginkan.
Kai memilih untuk diam. Dalam benaknya bertanya, 'Hyung tidak melihat apa yang aku lihat tadi, 'kan?'