Konfliknya dengan Athala belum juga usai, Binar sudah dihadapi dengan konflik yang tak kalah jauh menyebalkan dari berurusan dengan Athala. Hari ini tepat 100 hari dia berada di di Sekolah Menengah Atas Sun School, dan ini adalah masalah kedua setelah insiden di mana dia harus melawan Athala itu.
"Oke jadi masalahnya apa sekarang?" tanya Binar,
dia benar-benar tidak sanggup lagi ketika banyak penggemar Athalla yang yang gencar mengejar dirinya untuk memberikan klarifikasi tentang 'apakah dia pacaran dengan Atalarik itu' penyebabnya adalah ada seseorang yang memotret dirinya dan Athala ketika mereka berdua di kafetaria kemarin.
"Binar kamu bisa sadar enggak kalau kamu itu miskin nggak punya apa-apa! Jadi jangan pernah berani deketin my prince!" ucapnya dengan nada tinggi.
"Oke aku nggak bakal deketin dia lagi kok ambil aja."
Binar membalikkan tubuhnya dan berjalan menjauh dari tempat dimana dia merasa disudutkan.
Ternyata masalahnya tidak berhenti sampai di situ Alvina dia adalah sumber masalah selanjutnya. Kembaran Alvino dan Alvin itu merasa kalau binar mengambil perhatian Alvino karena untuk memanfaatkannya sebenarnya itu bukan pendapat yang salah. Tujuan Binar pada awalnya mendekati Alvino adalah untuk mendekati Alvin yang memang dekat dengan Athalarik karena mangsa sebenarnya adalah Athalarik Semua yang dia dekati adalah perantara untuk dia mencapai tujuannya.
Pertama, Binar adalah seorang remaja yang bekerja di sebuah tempat ilegal yang memberikan pelayanan tentang pembalasan dendam, teror, membunuh, atau tidak jarang mereka membuka jasa untuk membuat orang itu bahkan sampai bisa masuk ke dalam rumah sakit jiwa.
"Ada apa?"
Binar membenarkan letak kacamatanya sebelum menatap kembaran Alvino itu.
"Nendingan lo buruan pergi dari hidup kembaran gue sebelum gue yang benar-benar ngusir lo dari hidupnya." ucap Alvina,
Binar mengernyitkan dahinya, "Emang apa salah aku sampai kamu nyuruh aku buat ngejauhin Alvino padahal kita berdua nggak punya masalah apapun." jawab Binar.
Alvina tertawa sumbang dipikirannya sekarang adalah, bagaimana bisa seorang gadis yang bahkan memiliki reputasi buruk di negara yang ditinggali sekarang berhasil mendekati kakaknya yang notabenenya orang yang sangat perfeksionis. Ya, benar kali. reputasi Binar di tempatnya tinggal sudah terkuak dan memburuk, Alfina tahu ketika dia berada ada di sekolahnya dan banyak sekali yang membicarakan tentang Binar. Binar akan mencari seseorang yang yang membuatnya bisa mencapai tujuannya. Dia bahkan tidak pernah bersekolah seperti kebanyakan anak lainnya, dia melakukan homeschooling karena ketidakmampuan diri untuk bergaul seperti anak seumuran nya.
"Lebih baik lo cari orang yang lebih bodoh buat lo jadiin perantara untuk tugas sampah lo itu. Jangan gunain kakak gue buat hal-hal yang gak berguna kayak gitu, apalagi lo sampai mempengaruhi Alvin dengan muka polos yang polos punya. Please, lo masih punya harga diri kan?"
Binar tersenyum, "Wah, gue ketahuan." ucapnya dengan nada jenaka.
Bukannya langsung meminta maaf, Binar malah menatap Alvina dengan tatapan kagum. Dari awal dia merintis karir sebagai salah satu tangan kanan organisasi ilegal itu, tidak ada yang bisa membongkar ataupun mengenali dirinya karena tidak ada satupun foto yang menampilkan wajahnya secara menyeluruh.
"Lo pinter banget gue bangga." ucapnya tepat di samping telinga Alvina, "tapi enggak semudah itu buat gue ngelepasin mangsa yang udah gue klaim."
Binar menjauhkan tubuhnya dari hadapan Alvina, kemudian bukankah ini giliran Alvina yang harus mengatakan apa yang dia ingin katakan sekarang? Lebih tepatnya umpatan apa yang pas untuk seonggok sampah menyebalkan di hadapannya ini.
"Lo itu sampah!"
Binar masih stay dengan raut wajah datarnya, dia bahkan tidak sedikit pun merubah raut wajahnya.
"Kalau gue sampah, lo apa?" ucap Binar dengan senyum sinis miliknya sebelum dia mengatur wajahnya lagi seperti semula saat suara lantang Alvino terdengar.
"Lo balik?"
Alvina mendadak menjadi gadis yang baik di hadapan Alvino, begitupula Binar. Keduanya benar-benar tidak mau membuka kedok masing-masing.
"Lo ngapain disini?"
Binar membuka matanya setelah merasakan kepalanya pusing benar-benar pusing, "Hah?" tanyanya,
"Lo ngapain di sini?" tanyanya ulang,
"Ah, cuman lewat doang." jawab Binar dengan mata terpejam sejenak,
"Kenapa, lo?"
Saat tangan Alvino hendak menggapai tangannya, Binar menolak. Setidaknya sedikit pencitraan di hadapan kembaran Alvino, bukankah mereka semua adalah orang yang saling cemburu berlebihan satu sama lain?
Binar mendengar Alvina berdecih padanya, itu membuat dia menarik sudut bibirnya. Mungkin mengajak Alvina bergabung pada rencananya di masa depan terdengar cemerlang meski itu tidak akan pernah terjadi sekalipun ketidaksengajaan dari Alvina.
"Mending kamu ikut aku, jangan sama dia." gumam Alvina langsung menarik tangan Alvino menjauh dari Binar, gadis itu mengangguk berakting menjadi gadis yang pengertian.
Setelah merasa Alvino dan Alvina hilang di pertigaan lorong menuju kantin, Binar merotasi kan matanya.
"Bagaimana bisa anak sebodoh dia?"
Binar beranjak dari tempatnya dan berjalan menuju tempat Athalarik berada, bukan lagi rahasia bahwa targetnya hanya Athalarik dan sekolah ini. Tujuannya adalah mengincar harta, bukan mencari banyak perhatian, maka dari itu dia tidak ingin terlihat mencolok tetapi sudah terlambat.
"Lo ganggu privasi gue, suruh fans lo minggir dari jalan gue ke kelas, minggir dari jalan gue ke kantin, berhenti ngambil foto gue. Karena itu melanggar UU privasi."
"Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi." ucap Binar,
"Salahnya gue dimana?"
Athalarik mendongakkan wajahnya menatap Binar, dia bahkan mengharuskan diri meninggalkan permainannya.
"Pantes, sifat lo yang ga berguna itu nurun ke anak buah lo. Mending bubarin aja outwals geng lo, sebelum orang-orang yang lo rugiin yang bakal bersatu buat bubarin geng gak jelas yang lo bikin itu."
Athala tertawa sumbang, "Urus aja hidup lo, masa depan lo yang masih gelap itu, entah geu bakal jadi apa nanti. Itu urusan gue," ucapnya, dia bangkit dari kelas meninggalkan Binar. Bukan Binar jika keinginannya tidak di realisasikan.
"Suruh penggemar fanatik lo menjauh dari gue,"
Athala bahkan baru sadar kosakata aku-kamu yang kerap kali Binar gunakan sudah tidak ada lagi.
"Aku gak perlu hormat sama orang kaya kamu kan?" tanya Binar saat menyadari apa yang Athala pikirkan,
Athala menggeleng, "Pikirin tugas lo, pikirin tujuan lo disini, pikirin apa yang harus lo lakuin tanpa memikirkan lingkungan sekitar. Tujuan lo bakal cepet lo gapai, percaya sama gue."
Meninggalkan nasihat itu, Binar malah merasa geli dan curiga saat mengatakan hal panjang itu.
"Pikirin diri kamu sendiri, and then bilang sama fans fanatik kamu. Jangan ganggu privasi aku sedikit pun, paham."
'Biarin gue jadi miskin di cerita yang sekarang, gak usah mereka mengulik kehidupan pribadi gue meski itu cuman sedikit'
Binar meninggalkan kelas itu terlebih dahulu setelah memikirkan keinginannya agar tidak di ganggu oleh fans fanatik milik Athalarik atau rencananya akan cepat terungkap.