Setelah aku berhasil menenangkan diriku sendiri, aku melihat ponselku kembali. Kulihat panggilan telepon Yogi berlalu sebanyak 5o kali panggilan tak terjawab. Aku menghela napas panjang, aku merasa bersalah setelah apa yang aku lakukan padanya saat ini tanpa penjelasan dan kesalahan yang dia buat.
Setelah itu, aku kembali membuka pesan yang Yogi kirimkan padaku. Aku membuka pesan-pesan yang Yogi kirimkan padaku, aku membacanya satu persatu sampai pada pesan terakhir yang dia kirimkan padaku, yang mengatakan bahwa dia sedang menungguku di halaman depan.
Oh Tuhan, sungguh. Aku jadi tertekan dengan sikapnya kali ini. Aku segera meraih ponselku, aku hendak menelponnya.
"Halo, Sayang… Apa kau baik-baik saja?" suara Yogi terdengar sangat panik.
"Aku baik-baik saja, tapi aku…"
"Apa kau menangis? Kau… Ada apa?"
"Aku tidak apa-apa, tapi bisakah kau pulang saja? Malam ini aku sedang tidak ingin menemui siapapun, aku sangat lelah aku ingin tidur lebih awal."
"Ta-tapi, Sayang…"