Setelah berhari-hari, aku memikirkan bagaimana aku akan menghadapi mas Erwin yang selalu mengacuhkanku.
"Halo, Yogi." aku menerima panggilan telepon dari Yogi saat jam makan siang kurang dari sepuluh menit.
"Bisakah kau keluar ruangan mu, lalu pergilah ke halaman belakang perusahaan. Kau bisa melewati ruangan yang biasa kita lewati."
Aku mengernyit sejenak, mendengar apa yang Yogi katakan seolah itu hal yang begitu penting meski itu terdengar konyol di telinga.
"Baiklah..." jawabku singkat. Panggilan pun berakhir.
Aku segera pergi menuju dimana Yogi memintaku datang dengan melewati ruangan yang dia minta tadi. Saat hendak beranjak pergi, lagi dan lagi aku berpapasan dengan mas Erwin, mengejutkanku saja.
Bukankah ini kesempatan untukku?
"Mas Erwin," panggilku pasa mas Erwin. Dia menoleh tanpa senyuman.
"Ada apa?" jawabnya menanggapi.
Aku melangkah lebih dekat dengan mas Erwin. "Apa kau marah padaku, Mas?"
"Marah? Tsk, aku baik-baik saja. Sudah ya, aku sedang terburu-buru.