Dalam sekejap, Monalisa hendak menampar balik Keysa. Dia pikir itu akan mudah dia lakukan, oh tidak bisa!
Seketika pula aku menangkap tangan Mona untuk tidak sampai mengenai Keysa. Aku menepisnya dengan kasar di depan semuanya, Keysa tampaknya sedikit terkejut.
"Mona! Apa yang kau lakukan? Beraninya kau pada wanitaku!" hardik Yash pada Mona.
"Yash, apa kau tidak lihat dan mendengarnya. Dia baru saja menampar dan menghinaku, aku tidak bisa biarkan itu."
"Aku sungguh malu memiliki sepupu sepertimu, Mona!" ujarku menyela hingga membuat tatapan Mona begitu sengit berpindah ke arahku.
"Cukup, Yash! Kau tidak perlu membelaku lagi, mulai saat ini hubungan kita PUTUS! Dan semoga kau tidak menyesal di kemudian hari telah memilih Mona sebagai wanita yang menghancurkan hubungan kita." dengan tegas Keysa menuturkan hubungannya dengan Yash berakhir sampai disini saja.
Aku tahu, itu pasti sulit di lakukan oleh Keysa. Akan tetapi, itu jauh lebih baik dibanding sebelumnya, dia tidak mengetahui betapa buruknya Yash itu.
"Key, kita pulang!" ajakku tegas pada Keysa.
"Sayang, Keysa. Tolong, aku tidak mau putus, ini salah paham. Oke, aku minta maaf. Aku hanya khilaf," ujar Yash menahan lengan Keysa.
Yash, perlukah aku sampaikan sikap burukmu padaku saat itu? Aku menggerutu di dalam hati. Jika aku sampaikan hal itu pada Keysa, mungkinkah Keysa akan marah padaku dan menganggapku sebagai pengkhianat?
"Monalisa yang menggodaku, dia selalu mengirim pesan, menelponku, bahkan dia pergi apartemenku tanpa kupinta."
"Yash, apa-apaan sih?" bantah Monalisa ketika Yash justru menjelekkan dan melimpahkan segala kesalahannya pada Monalisa saja.
Keysa menepis tangan Yash dengan kasar lalu menyeringai menatap wajah Yash dengan melotot, seakan kedua bola mata itu akan melompat menerkam Yash kali ini.
"Yash, apa kau pikir aku akan mudaha percaya hal itu, setelah sebelumnya kau juga berusaha menggoda Amelie di belakangku?"
Degh!
Aku tersentak, dadaku bergetar mendengar ucapan Keysa yang entah sejak kapan dia mengetahuinya tanpa berbicara padaku.
"Key, aku..."
"Aku sudah melihatnya, aku sudah tau semuanya, Mel. Lalu bagaimana mungkin aku tetap bersama laki-laki bejat ini, sedang kau satu-satunya sahabat dan sepupuku berusaha dia goda untuk memuaskan nafsunya saja!"
Sungguh, rasa malu, tapi akhirnya lega kini berbaur menjadi satu di benakku setelah akhirnya semua terungkap begitu saja.
Sementara itu, Yash terdiam tanpa kata. Kedua bibirnya terlihat membeku, tanpa gerakan yang memaksanya untuk tetap bicara serta membela dirinya.
Tanpa menunggu aba-aba lagi, Keysa beranjak pergi mendahuluiku. Aku menyusulnya kemudian, sedang Monalisa berteriak di belakang kami, mengatakan dia akan balas dendam akan perbuatan kami padanya.
"Kau akan menyeselinya, Key!"
Keysa tetap melangkah cepat menuju ke luar, dan dengan setengah berlari aku mengejar langkah Keysa yang tampak sedang terburu-buru.
Begitu kami memasukui mobil Keysa, aku masih canggung dan tidak berani menatap wajah Keysa. Aku takut, dia akan mencercaku pula hari ini.
Tanpa bicara lagi, Keysa tiba-tiba saja tertawa lepas di dalam mobil. Hampir saja aku melonjak kaget dan mengalami shock berat karena sikap Keysa yang tiba-tiba ini.
"Key, kau baik-baik saja?"
"Amelie, apa kau lihat bagaimana wajah Mona saat aku tampar tadi? Hahaha, dia jauh lebih buruk dari nenek-nenek." Keysa kembali tertawa setelah berbicara demikian padaku.
"Kau, tidak sakit hati atau marah atau mungkin kau ingin menangis setelah mendapat perlakuan begitu dari Yash?" aku masih kebingungan akan sikap Keysa ini.
"Aku? Sakit hati pada Yash? Hahaha, ayolah Amelie. Aku masih banyak stok laki-laki yang jauh lebih segalanya dari Yash," jawab Keysa masih disertai dengan tawa kecil.
"Tapi, kenapa kau menangis tadi?"
"Umh, aku... Itu karena aku sangat kecewa, aku pikir Monalisa tidak akan berbuat sejauh ini. Tadinya, aku memang akan mencari alasan untuk mengakhiri hubungan ini dengan Yash setelah aku melihat apa yang dia lakukan padamu malam itu. Tapi aku tidak menduga akan menggunakan cara sehina ini."
"Keysa... Maafkan aku, aku tidak bermaksud menyembunyikan kelakuan Yash padaku di belakangmu, aku hanya..."
"Aku mengerti, Amelie. Aku tau, aku sungguh merasa bersalah padamu. Karena Monalisa, aku jadi tidak bisa membalas semua perbuatan Yash padamu," ujar Keysa kemudian seraya meraih tanganku ke dalam genggamannya.
"Apa kau sungguh baik-baik saja, Key?"
"Sangat baik! Sebetulnya, saat di pesta anniversary pernikahan Dina, aku bertemu dengan laki-laki lain. Dan itu sengaja aku lakukan di belakang Yash," ujarnya kemudian bercerita.
"Gila, kau memang gila Key!"
"Hahaha... Wanita jangan mau di perbudak laki-laki, Key. Kau harus ingat itu, jangan hanya karena kau begitu mencintainya lalu kau mau saja di perlakukan hina olehnya."
Aku mengangguk mantap. Syukurlah, Keysa baik-baik saja. Aku lega, persahabatan kami tetap utuh meski Yash dan Mona berusaha meregangkan persahabatan kami.
Aku berjanji, Key. Hubungan persahabatan dan persaudaraan kita ini, tidak akan pernah meregang atau mampu di rusak oleh sesuatu apapun itu.
Aku bergumam di dalam hati begitu Keysa menyalakan mesin mobilnya untuk segera pergi dari halaman Cafe yang mulai detik ini akan menjadi sejarah kenangan buruk bagiku, terlebih mungkin juga bagi Keysa.
Sepanjang perjalanan segala perasaan kami yang sejak tadi bercampur aduk perlahan menghilang lantaran terhipnotis dengan alunan lagu yang seolah menceritakan tentang kisah kami malam ini.
Akh, entah kenapa lagu ini seolah menjadi wakil dari perasaan kami yang sulit di ungkapkan dengan kata-kata lagi. Menyesakkan, tapi kami cukup menikmati.
Mendadak aku teringat sosok Ryan, sampai detik ini dia masih menjadi kekasihku bukan? Apa yang harus aku lakukan setelah ini, sementara kutahu Ryan adalah sahabat dekat Yash.
Aku bertanya-tanya di dalam hati, mungkinkah Ryan akan sama bejatnya dengan Yash? Meski aku tidak bersungguh-sungguh menyukai dan mencintainya, aku tidak ingin Ryan menjadikanku di rendahkan seperti Keysa.