Happy reading semuanya!
Bibirnya hanya melengkung membentuk senyuman saat temannya itu mengiriminya ribuan pesan dengan mengatakan betapa cantiknya gadis Indonesia yang menjadi guru pembimbing di akademi miliknya, bahkan lelaki itu sibuk merangkai kata 'seandainya' di setiap pesan yang lelaki itu kirimkan padanya.Argh—kalau begini ia jadi ingin segera bertemu dengan gadis itu membuktikan betapa cantiknya gadis itu. Sepertinya sebuah keberuntungan kalau dirinya bisa memiliki gadis itu, kalau begini membuatnya ingin segera bertemu dengan Raima gadis keturunan Indonesia itu.
Dan hari yang di tunggunya datang, dimana dirinya akan bertemu dengan gadis cantik berasal dari Indonesia. Sepertinya yang di katakan oleh Geun Byol tentang gadis berkewarganegaraan Indonesia itu benar apa adanya. Pasalnya baru kali ini bibirnya sampai melongo hanya dengan melihat kecantikan gadis itu. Raima benar-benar sangat cantik, senyuman gadis itu bahkan tidak luntur dari wajahnya.
Tidak di foto ataupun dilihat secara langsung gadis itu benar-benar cantik, definisi kecantikan luar dalam memang sangat tersemat pada gadis itu. Ia baru tahu ada orang Indonesia yang cantik seperti ini, seperti malaikat. Bahkan ketika gadis itu tersenyum sembari menghampiri dirinya yang masih mematung memperhatikan dirinya.
"Maaf aku belum sempat menghubungimu kemarin karena aku sibuk dengan urusan di luar kota, biasalah aku harus mengurus masalahku sebelumnya disana." Bohong Byun sik. Sembari menatap gadis itu yang hanya mengangguk mengiyakan ucapannya. Padahal kejadian sebenarnya adalah dirinya terlalu gugup untuk menghubungi gadis itu bukan dirinya yang sibuk mengurusi cabang akademi miliknya.
"Bagaimana tempat tinggalnya? Kau merasa nyaman? Apa ada yang kurang? aku sangat takut kalau kau merasa tidak nyaman, tetangga seberang rumahmu baik kan? Aku belum pernah menemuinya," tanya Byun sik.
Gadis itu tersenyum manis padanya membuat dirinya semakin gugup, "Tentu saja saya merasa nyaman tinggal disana. Sajangnim memberikan fasilitas yang sangat baik untuk saya, tentu saja saya menyukainya. Semuanya masih aman terkendali, sajangnim jangan terlalu khawatir. Tetangga disana sangat ramah," sahut Raima
Jujur Byun sik bingung harus mengatakan apalagi pada gadis itu, padahal dirinya ingin sekali berbincang lebih banyak dengan gadis itu. Geun Byol yang melihat itu hanya memutar matanya malas, temannya itu benar-benar kaku untuk masalah perempuan, apakah pelajaran playboy yang ia ajarkan tidak diterapkan dengan baik oleh temannya itu? Argh—ia harus menahannya sampai beberapa jam lagi untuk tidak mengomeli temannya itu.
Berhadapan dengan Raimba bagaikan dirinya berhadapan dengan guru killer di sekolahnya dulum membuat lidahnya terasa kelu dan kata-kata yang sudah ia susun berantakan begitu saja, "Ayo kita makan sekarang, tiba-tiba aku haus."
Raima menatap Geun Byol yang berdiri disebelahnya bingung, "Bukankah kalau haus sebaiknya minum bukan makan?" Byun sik terkejut mendengar perkataan Raima barusan, matanya menatap temannya itu yang hanya menggeleng malu.
"Aaaa … itu maksudku, kajja kita masuk restaurant. Tidak! M-mmaksudku kafe, ayo tiba-tiba a-aku sangat haus!" Geun Byol hanya menggeleng tidak percaya dengan penuturan temannya itu. Bisa-bisanya temannya itu mengatakan hal yang aneh dengan gadis yang baru ditemui hari ini.
Mata Byun sik tidak bisa lepas dari gadis yang ada di hadapannya itu, sembari mengeryitkan alisnya tanda gadis itu tengah bingung dengan tulisan Hangeul di depannya. Geun Byol yang melihat itu berpindah tempat di samping kiri gadis itu, membiarkan teman dekatnya itu jelaskan minuman yang berada disana.
"Kau bisa memesan milkshake kalau kau ragu dengan semuanya atau mungkin lemon tea or coffe," Raima mengangguk paham.
"Aku sudah memesan makanan untukmu, seperti samgyeopsal dan Dwaeji bulgogi." Gadis cantik yang ada di sampingnya itu mencoba mencerna apa yang baru saja diucapkan oleh Byun sik.
Mata Raima membulat kemudian setelah menyadari perkataan yang di lontarkan oleg atasannya itu membuat kepalanya dengan cepat menggeleng dan memberikan tanda silang, perempuan itu sudah menghapal apa yang tidak boleh dirinya makan dan tidak ketika dirinya berada disini.
"Aku tidak boleh memakan yang seperti itu, maafkan aku. Aku benar-benar minta maaf," Geun Byol dan Byun sik saling tatap.
Byun sik terdiam, kenapa makanan seenak itu Raima menolak? Padahal itu makanan langganannya dengan Geun Byol dan rasanya sangat lezat. "Maaf aku sungguh sangat tidak sopan menolak makanan yang sudah sajangnim belikan, agamaku melarang makanan yang mengandung dagi babi. Aku benar-benar minta maaf," jelas Raima.
"Kenapa? Itu semua makanan yang sangat enak," Geunbyol menyenggol lengan temannya itu untuk diam saja, sepertinya temannya itu belum mengerti juga tentang perkataan perempuan dihadapannya itu.
"Kenapa kau ini? Masa begitu saja tidak tahu!" dengus Geun Byol
Raima hanya tersenyum tipis, melihat kedua orang dihadapannya itu tampak beradu argument saling menyalahkan itu. Tangannya membalas pesan yang dikirimkan oleh ibunya beberapa menit yang lalu, menanyakan apa yang sedang dirinya lakukan saat ini.
Suasana tempat dirinya berkumpul tidak terlalu sepi, hanya mereka bertiga dan beberapa orang yang berkencan. Matanya menatap kedua lelaki yang ada di hadapannya itu, mungkin kalau mereka adalah orang Indonesia sama seperti dirinya pasti sudah dirinya ajak bicara panjang lebar. Keterbatasan bahasa berkumpul menjadi satu disini.
"Sepertinya aku harus pergi," ucap Geun Byol
"Kenapa?" tanya Raima langsung.
"Aku ada rapat dengan anak buahku,"
"Jangan bercanda Geun Byol-ah, aku tahu kau tidak ada jadwal rapat dengan siapapun? Silahkan duduk kembali di kursi," Ingin sekali Geun Byol memukul kepala temannya itu, padahal ini adalah salah satu kesempatan lelaki itu untuk dekat dengan gadis di depannya itu. argh! Choi Byun sik memang tidak bisa diandalkan.
Byun sik menatap Raima yang sibuk menyeruput milk shake yang baru saja tiba, sesekali menatap jendela yang mengarah langsung ke luar. Dirinya pusing memikirkan apa yang harus ia lakukan ketika berada di hadapan gadis cantik itu.
"Raim-ssi," Raima menoleh menatap lelaki yang kini sedang menatapnya gugup.
"Kau benar-benar sangat cantik. Tadinya aku fikir itu semua karena editan yang membuatmu semakin cantik, tapi ternyata tidak."
Geun Byol hanya menggeleng melihat kelakuan sahabatnya ini, kemarin saja menolak gadis itu mentah-mentah karena tidak mau mengambil resiko. Coba lihat sekarang keadaan temannya, memuji gadis itu secara langsung.
"Aigo, aku frustasi! Aku merasa frustasi melihat kelakuanmu yang seperti ini!" Keluh Geun Byol.
Byun sik hanya bisa terdiam mendengar keluhan dari temannya itu, sepertinya dirinya salah bicara. Lelaki itu juga bingung dengan tingkah lakunya hari ini, apalagi setelah melihat kecantikan gadis itu.
Mata Raima hanya menatap atasannya itu tidak percaya, telinganya tidak salah dengar kan? Atasannya terang-terangan memujinya.
"Aaaa ... terima kasih," sahut Raima kaku
Rasanya Byun sik ingin membuang dirinya saja ke sungai Han atau pun ketempat sampah karena malu, bukankah dirinya terlalu terburu-buru memuji gadis yang ada dihadapannya itu. Raima pasti menilainya yang tidak-tidak.
To be continued
Dilarang memplagiat karya ini!
Terima kasih sudah membaca Cerita Tentang Kau Dan Aku
salam
Leeaa Kim