Happy reading semuanya!
Suara ribut dari arah luar kamarnya membangunkan perempuan cantik yang tidak sengaja terlelap di ruang tamu tempatnya tinggal, ah—Raima lupa kalau tetangganya itu memang biangnya ribut. Perempuan cantik itu tidak ingat kapan mereka pernah bersikap tenang saat sedang berada di rumah. langkahnya menghampiri pintu keluar yang menghubungkan langsung dengan halaman tempat untuk barbekyu dan biasa Raima belajar.
Tangannya menggaruk belakang lehernya yang tertutup hijab bewarna hitam, haruskah Raima berterimakasih pada tetangganya yang telah menyadarkannya dari tidur. Bisa-bisanya ia langsung tidur setelah pulang dari café saat bersama atasannya itu.
"Hyung aku pinjam!"
"Yak! Jeon Jungkook! aku yang terlebih dahulu menemukannya! Jadi aku yang pertama memainkannya!" teriak Taehyung
"Tapi itu mainan milikku! Jadi aku harus memainkannya terlebih dahulu!" seru Jimin
Jungkook berkacak pinggang menatap kakaknya yang tampak tidak mau mengalah persoalan mainan yang ada ditangannya itu. "Hyung sudah besar! Kenapa masih bermain itu?! itu untukku saja," pinta Jungkook
"Tapi itu aku boleh dapat dari nuna waktu di Jepang," sela Jimin tidak mau kalah.
Raima menghampiri ketiganya yang masih memperebutkan mainan semacam gangsing disana, "Kenapa kalian berisik sekali? Hanya mainan itu saja kan?" tanya Raima sembari mendudukan dirinya di kursi samping Taehyung. Wajah kantuknya masih tercetak jelas di wajahnya.
"Annyeong! Kau baru bangun tidur?" tanya Taehyung
"Kalian bisa memainkannya selama lima menit atau sepuluh menit secara bergantian, tidak perlu berebut seperti itu. Apakah kalian anak kecil? Apakah usia kalian lima tahun? Tidak perlu seperti itu, kalian tidak perlu berebut hanya untuk satu mainan atau mau aku belikan? Biar kalian tidak berebut," Taehyung mencubit pipi Raima pelan, perempuan disampingnya itu menjadi banyak bicara setelah percaya dirinya terhadap bahasa korea meningkat.
Kini gantian Jungkook mencubit pipi Raima membuat sang empu kini menatap sebal Jungkook yang ada di depannya itu, tidak berebut gangsing kini mereka berdua rebutan untuk mencubit pipinya. "Kau masih punya permen jelly? Tiba-tiba aku ingin permen jelly yang kau berikan waktu itu, masih ada?" tanya Jungkook
Raima mengingat permen jelly dengan merek terkenal yang ia simpan di dalam toples, "Sepertinya tinggal sedikit,"
"Ah-permen yang kemarin sangat enak. Aku tidak boleh minta ya? Atau kau bisa beritahu dimana aku harus membelinya dan brand dari mana?" tanya Jungkook
"Boleh, tunggu sebentar akan aku ambilkan. Nanti akan aku beri tahu kalau kau benar-benar ingin membelinya,"
Jungkook menatap kakak laki-lakinya yang hanya memamerkan box smile miliknya, ingin sekali lelaki itu mengomeli kakaknya yang sudah membangunkan gadis cantik tetangga barunya itu. Jimin yang sejak tadi hanya diam menatap sebal keduanya.
"Jin kemana?"
"Kau tidak sopan, harusnya kau memanggilnya oppa. Kau tahu? Dia lebih tua darimu," ucap Jimin membuat Raima gelagapan.
"Hyung! Seharusnya Raim juga memanggil kita oppa,"
"Kenapa aku harus memanggilmu oppa?" tanya Raima
"Aku lebih tua dari dirimu," ucap Jungkook
Raima menatap jungkook penuh dengan tatapan selidik, "Aku tidak percaya," sahut Raima
"Kau tidak percaya aku lebih tua? Aku lebih dulu di dunia ini di bandingkan dirimu!" seru Jungkook yang dihadiahi gelengan oleh Jimin.
"Raim-ah, boleh aku memanggil begitu?" tanya Taehyung
"Kau bebas memanggilku, tapi jangan yang aneh-aneh."
"Boleh aku tahu agamamu apa?"
"Islam," jawab Raima
Jungkook menatap bingung Raima," Aku tidak pernah mendengarnya, agama apa itu?" tanya Jungkook
"Nde? Kau yakin tidak tahu? Aku melihat di internet banyak video tentang agama," Jungkook menggeleng sebagai jawaban.
Raima menggaruk kepalanya, perempuan itu juga bingung bagaimana menanggapi perkataan lelaki berwajah tampan itu. tangannya memberikan bungkusan berisi permen jelly yang ia punya pada Jungkook yang kini tersenyum lebar melihat permen yang Raima bawa.
Sepertinya lelaki dengan wajah anak seperti anak kecil itu tengah mengalami kesulitan dengan permainan yang lelaki itu pegang sejak tadi. Raima mengambil gangsing yang berada ditangan sang empu dan membantu membenarkan mainannya.
"Eoh! Kau bisa memasangkannya?" tanya Jimin
"Aku punya kakak laki-laki dan aku adik kesayangannya, kakakku akan selalu mengajakku bermain dengannya walaupun semua temannya rata-rata laki-laki jadi untuk mainan seperti ini aku sudah hafal. Kalian tau hari ini aku sudah memutuskan, kalau aku akan membiarkan kalian bersikap sama dengan yang lain. kita bisa bermain dan—"
"Aku boleh dekat denganmu kan?" tanya Jungkook
"Euhm … aku tahu kau anak keras kepala, walaupun sudah diberitahu tetap saja begitu. Kita bisa bermain bersama,"
"Assa!Kita bermain bersama," ucap Taehyung senang
Jimin tersenyum lebar kemudian memutar gangsing yang sudah Raima pasang dengan apik, keempat orang yang ada di sana tampak berseru melihat mainan gangsing di depannya masih memutar. Jungkook tersenyum memamerkan gigi kelinci yang menambah kesan lucu dari lelaki itu.
"Ah—boleh aku meminta tolong?" tanya Raima
"Apa?" tanya Jimin
"Aku belum membeli barang yang aku butuhkan karena aku tidak tahu bagaimana caranya menulis, terjemahan dari internet sangat membuatku tidak yakin. Jadi lebih baik kalau aku bertanya langsung pada kalian kan?" tanya Raima
"Kajja!-ayo! Apa yang ingin kau tanyakan?"
"Onion or garlic? Aku harus menulis Hangeulnya bagaimana?" tanya Raima
"Onion?" tanya Jimin saling tatap dengan kedua adiknya itu.
Jungkook yang paham langsung menepuk dengan semangat bahu kakaknya itu," Yangpa!- bawang!" keduanya kompak mengangguk mengerti.
"Kau bisa menulis seperti ini," Raima memperhatikan Jimin menulis tulisan bawang di kertas yang Raima ambil beberapa waktu yang lalu.
"Potato? Kam-ja benar kan?" tanya Raima
"Eoh! Kau pintar!" puji Taehyung
"Carrots? Sugar and Salt? Apa?" tanya Raima
"Carrots- danggeun," ucap Taehyung sembari menulis di kertas
"Seoltang-Gula," ucap Jimin
"Sogeum- garam," tutup Jungkook sembari menulis kata terakhir yang Raima butuhkan
"Dimana aku harus membelinya? Disini adanya mini market? Dan itu tidak sebesar super market yang biasanya,"
Jimin mengedikkan bahunya tidak tahu dan di ikuti dengan Taehyung serta Jungkook, "Aku juga tidak tahu, mungkin kau harus mengajak Jin hyung kalau ingin membeli sesuatu seperti itu atau mungkin Yoongi hyung. Kau bisa mengandalkan kedua orang itu," sahut Jimin
"Jin kemana? Aku tidak melihatnya?"
Taehyung terdiam, "Dia sedang ada jadwal dengan Yoongi hyung, Namjoon hyung, dan Hoseok hyung. Kenapa?" tanya Jungkook
"Kapan mereka pulang?"
Ketiga bersaudara itu hanya mengedikkan bahunya tidak tahu, jadwal mereka padat bahkan untuk melihat jam pulang saja rasanya sangat tidak mungkin. Dua jam lagi saja mereka sudah harus berangkat pergi lagi untuk acara pemotretan brand terbaru.
"Kalian kuliah?" tanya Raima
"Iya,"
"Berarti benarkan kalau aku lebih tua dari kalian," sahut Raima
"Tapi kami kuliah pascasarjana atau S2," lanjut Jimin
Raima menatap tidak percaya ketiga lelaki yang ada dihadapannya itu, "Aaaa … benarkah?" tanya Raima canggung.
"Yak! Taehyung, Jimin dan Jungkook cepat bersiap. Manajer Jung akan menjemput lima menit lagi!" teriak perempuan dari dalam rumah ketiga bersaudara dihadapannya itu.
"Kami pergi dulu," pamit Jimin
"Euhm .. hati-hati kalau kalian ingin pergi, terimakasih sudah membantuku." Taehyung dan Jungkook mengangguk kemudian melambaikan tangannya pada perempuan yang ada dihadapannya itu.
Raima menatap kepergian ketiga orang yang telah menghilang dibalik pintu, matanya menatap kembali kertas yang ditulis oleh Jimin, Jungkook dan Taehyung. Tulisan tangan mereka sangat rapih. Raima terdiam di kursi kosong tempat barbekyu, seandainya kalau dirinya tidak bertetangga dengan mereka bagaimana? Apakah semuanya baik-baik saja? Apakah dirinya akan dibantu seperti ini? dirinya benar-benar harus memberi hadiah untuk mereka sebagai ucapan terima kasih.
To be continued
Dilarang memplagiat karya ini!
Terima kasih sudah membaca Cerita Tentang Kau Dan Aku.
Salam
Leeaa Kim