Chapter 12 - Hadiah

Happy reading semuanya!

Kenangannya bersama lelaki dari kamar seberang benar-benar tidak bisa ia lupakan, semuanya masih membekas di dalam pikirannya. Memori kenangannya yang sangat cantik.

Raima menatap tumpukan bajunya yang belum ia cuci semenjak kedatangannya kemari, apalagi di tambah dengan baju yang ia kenakan saat pergi ke pantai dengan Jin kemarin.

Sepertinya ia benar-benar harus mencuci, tapi bagaimana kalau dirinya kembali melihat hal yang tidak senonoh seperti kemarin? Raima memukul kepalanya pelan menggunakan tangannya sendiri.

Suara helaan napas terdengar berat, sebenarnya tidak ada alasan jelas mengapa dirinya bisa sampai begini padahal di rumah saja ia terbiasa melihat kakak laki-lakinya tanpa pakaian atasan berjalan-jalan keliling rumah sembari olahraga. Ah—tapi kan itu kakaknya, kenapa dirinya menjadi tidak jelas seperti ini? Menyebalkan sekali.

Tangan Raima membuka perlahan pintu tempatnya tinggal, matanya menatap seberang rumahnya yang tampak kosong. Sepertinya tetangga seberangnya sedang tidak berada di rumah, okay! Raima tidak perlu ada yang di khawatirkan lagi.

"Alhamdulillah enggak ada," ucap Raima sembari duduk.

Gadis cantik itu benar-benar menyukai tempat ini, atasannya benar-benar menata dengan baik susunan rumahnya untuk mempermudah dirinya. Apalagi tempat tinggalnya benar-benar mewah, entah sekaya apa bos nya yang satu itu sampai membiarkannya tinggal di tempat seperti ini.

Suara mesin cuci yang berada di dekat dapur rumahnya seakan menemaninya membaca buku yang ia ambil dari ruang baca, ah—dirinya rindu dengan orang tuanya walaupun baru beberapa hari berada di Negara ini.

"Kau baca apa?" tanya lelaki dengan wajah seperti bayi.

Suara lembut dari lelaki yang menjadi tetangganya itu hampir saja membuat Raima terjungkal kalau tidak dengan cepat-cepat lelaki itu menggenggam tangannya erat, kenapa mereka punya kebiasaan membuat orang lain terkejut? Bagaimana kalau tiba-tiba dirinya terkena serangan jantung gara-gara lelaki itu. Dirinya belum siap mati muda.

"Kenapa kebiasaanmu selalu terjungkal seperti Jimin hyung? Sepertinya kau membutuhkan aku untuk membantumu bangun," Raima melepas pegangan lelaki yang ada di hadapannya itu.

"Kau mengejutkan aku, tentu saja aku hampir terjungkal. Terima kasih sudah membantuku, t-tapi dalam agamaku kau dilarang menyentuhku seperti tadi."

"Kenapa? Tidak mungkin aku membiarkan seorang gadis terjungkal di hadapanku tanpa aku menolongnya, lalu bagaimana aku harus menolongmu kalau aku tidak boleh menyentuhmu seperti tadi?"tanya Jungkook bingung.

"K-kau bisa menggunakan perantara lain," ucap Raima

Jungkook terdiam sejenak seakan menyadari sesuatu, "Woah! Bahasa Koreamu sepertinya sudah semakin meningkat ya? Kau tidak menggunakan bahasa Inggris padaku. Kau tahu? Padahal aku ingin memberikan hadiah untukmu sebagai ucapan selamat datang, tunggu sebentar aku akan kembali jangan kemana-mana!" Raima menatap lelaki itu yang berlari meninggalkannya sendirian.

Raima menggaruk kepalanya dan melangkahkan kakinya masuk kedalam rumah setelah dirinya tidak lagi mendengar suara mesin cuci yang menyala, sepertinya Jungkook akan lama perginya. Entah apa yang ingin lelaki itu tunjukan pada dirinya, iris mata cokelatnya menatap mesin cuci bewarna abu-abu disana.

"Raim-ah!" teriak Jungkook

Kepala Raima melongok sebentar menatap bingung Jungkook yang sudah masuk kedalam pekarangan tempat tinggalnya dengan paperbag bewarna hijau disana, ah—susah sekali menjelaskan kepada lelaki yang ada di hadapannya itu.

"Ini ... aku membelikannya untukmu agar kau semakin lancar berbahasa Korea dan mudah berkomunikasi dengan kami, jujur saja aku iri denganmu yang hanya berbicara dengan Namjoon hyung kemarin. Aku ingin kau mengandalkan aku juga, pastikan kau menggunakannya dengan baik dan mempelajarinya." Raima terdiam menatap Jungkook yang tersenyum lebar menampilkan gigi kelincinya yang manis.

"Apa aku datang kesini juga salah?" tanya Jungkook setelah memperhatikan gadis dihadapannya itu hanya terdiam tanpa mengatakan sepatah kata apapun.

"Sebenarnya iya, tapi yasudah. tidak masalah," sahut Raima pelan

"Kenapa kau banyak sekali aturannya? Aku tidak boleh memegang tanganmu, aku tidak boleh masuk kedalam rumahmu, lalu apalagi yang tidak boleh aku lakukan? Apa aku juga tidak boleh jatuh cinta denganmu?" tanya Jungkook dengan nada kesal, bibirnya ia poutkan lucu.

Raima menggaruk belakang kepalanya, antara tidak enak dengan gemas pada lelaki berotot besar di depannya. " Kau jangan berlebihan begitu, tapi memang tidak boleh dalam agamaku. Maafkan aku," Jungkook semakin mempoutkan bibirnya kesal.

"Bukankah kau terlalu naif Raim-ah?" gumam Jungkook membuat Raima menjadi salah tingkah sendiri.

Kenapa ia begitu canggung dengan orang lain padahal dengan lelaki yang tinggal di seberang kamarnya ia tidak sebegitunya malah ia selalu tersenyum senang, bahkan mereka bergandengan tangan.

Apa yang harus ia lakuka pada lelaki berwajah tampan di hadapannya itu? Ia tidak enak memperlakukannya begini.

"Tunggu sebentar," pinta Raima membuat Jungkook hanya menatap bingung sang empu yang masuk ke dalam ruangan dan keluar dengan toples berisi entahlah.

"Jangan marah, ini aku berikan permen jelly. Maafkan aku begitu canggung padamu," Raima tersenyum tiga jari sembari memberikan beberapa bungkus permen jelly dengan brand terkenal di negaranya.

"Untukku? Uwah! Gomawo ... aku akan menikmatinya, ini permen jelly dari Negaramu? Woah! Aku benar-benar akan menikmatinya, gomawo-terimakasih. Aku pergi dulu annyeong!" Raima hanya bisa melongo melihat kepergian Jungkook yang sudah kembali kerumahnya dengan senyum cerianya. Sungguh seperti bayi yang diberi susu formula.

Bagaimana bisa lelaki bernama Jungkook itu sudah sangat bahagia hanya karena diberi lima bungkus permen jelly saja sudah sesenang itu. Raima menatap paperbag berisi CD dengan animasi kartun disana, hadiah pertama yang cukup unik untuk Raima. Padahal dirinya belum mengucapkan terima kasih pada lelaki yang sudah menghilang itu.

"Kau memberikan Jungkook permen jelly?"

Raima yang sedang menjemur pakaiannya menatap lelaki dengan kulit putih pucat di hadapannya itu,"Kau mau juga?" tawar Raima sembari mengangkat toples berisi permen jelly yang ia berikan pada Jungkook beberapa waktu yang lalu.

"Kau pikir aku anak kecil?"Bibir Raima terkatup sepertinya Raima salah bicara.

Tangannya menepuk pelan bibirnya, sepertinya berbicara dengan lelaki berkulit putih pucat dihadapannya itu harus berhati-hati.

"Kau tahu siapa namaku?" tanyanya membuat Raima menggeleng tidak tahu.

Tatapan lelaki yang ada dihadapannya itu tampak dingin,"Aku Min Yoongi,"sahut Yoongi

"Aaaa ... Yoongi-ssi," ulang Raima

"Tidak! Panggil aku oppa," ucap Yoongi

"K-kenapa aku harus memanggimu oppa?" tanya Raima

"Bukankah aku lebih tua dari dirimu?" Raima terdiam, dirinya tidak tahu apakah lelaki itu lebih tua darinya atau bukan.

"Aku tidak tahu, meskipun kau lebih tua dibandingkan diriku tetap saja aku tidak bisa. K-kau tau sendiri kan kita tidak terlalu saling kenal," ucap Raima

"Kau bercanda? Kita sudah kenalan,"

"Tidak! Bukan itu, maksudku kita tidak terlalu dekat. Kau tahu itu kan?" tukas Raima

Mata Raima membulat menatap lelaki yang sejak tadi berdiri tidak jauh darinya berjalan menghampirinya. Apa pula ini, kenapa godaannya berat sekali bagi dirinya. Dari jarak sedekat ini Raima bisa menghirup aroma parfume dari lelaki yang ada di depannya itu.

Lelaki bernama Min Yoongi hanya menatap datar gadis yang ada di hadapannya itu, membuat sang empu terlihat menahan napasnya.

"Sekarang kita sudah dekat,"

"Y-yak! M-maksudku bukan seperti ini," gagap Raima

"Tidak! Ini sudah benar dan bernapaslah. Aku tidak mau melihat tetangga baruku kehilangan nyawanya karena dekat denganku yang membuatmu tidak bernapas," ucap Yoongi

Raima menatap lurus kearah samping, ia tidak sanggup diperlakukan seperti ini oleh lelaki yang ada di depannya."Kalau begitu bisakah kau mundur sedikit? Aku tidak bisa bernapas karena kau terlalu dekat denganku," ucap Raima membuat Yoongi tertawa pelan melihat wajah gugup dari gadis yang ada dihadapannya itu.

Tangan Yoongi terulur mengusap kepala Raima yang tertutup kain panjang bewarna hitam,"Lucunya," ucap Yoongi membuat sang empu hanya menatap dengan wajah bingung lelaki yang ada dihadapannya itu. Apa ini maksudnya? Dirinya benar hanya di goda oleh lelaki di depannya itu.

"Ini ... aku membelikan kalung untukmu,"

"U-untuk apa? Aku tidak pernah memintamu memberikan aku kalung," Yoongi menatap gadis yang ada di depannya itu, Raima sangat lucu dengan wajah gugupnya.

"Hyung! Kau panggil manager Jung dari tadi, kalian malah seru berduaan disini!"seru Taehyung membuat Yoongi mengangguk.

"Nanti kita bicara lagi, obrolan kita belum selesai. Sampai nanti, annyeong!"

Gadis cantik itu hanya bisa terdiam melihat kelakuan dari tetangganya barunya itu. Yang satu memberikannya hadiah CD tentang latihan bahasa korea, kemudian satu lagi memberikannya kalung dengan liontin kupu-kupu dan kini satu lagi lelaki yang tengah memberikan lambaian tangan kearahnya.

Kenapa dirinya mempunyai tetangga random sekali, bibir Raima hanya menampilkan senyum tipisnya menghadapi lelaki random yang menjadi tetangganya itu.

To be continued

Terimakasih sudah membaca cerita tentang kau dan aku.

Dilarang keras memplagiat karya ini!

salam hangat

Leeaa Kim