Chapter 9 - Sakura

Happy Reading semuanya!

Berbincang dengan sakura adalah hal yang paling menyenangkan sejauh ini apalagi gadis cantik keturunan Jepang itu memiliki wawasan yang sangat luas, tidak seperti dirinya yang masih merasa kurang dengan ilmu atau wawasan yang ia punya.

Intinya dirinya menjadi banyak belajar dari gadis cantik yang ada di sampingnya itu tentang keanehan dunia yang mereka tempati itu, apalagi saat menceritakan tentang alasan gadis itu datang kemari.

Ternyata tempat ini sangat luar biasa dari bayangannya, tidak heran lagi kalau Zainun menyukai tempat yang seperti ini.

Sakura merupakan mahasiswi dari salah satu universitas terkenal disini entah dimana ia lupa karena pengucapannya yang lumayan sulit, gadis cantik itu katanya sedang menempuh kuliah pasca sarjana dengan mengambil jurusan astronomi karena katanya dulu dia punya cita-cita untuk menjadi seorang ahli angkasawan, ah—entahlah ia tidak mengerti yang seperti itu.

Bahkan gadis itu dengan semangat menjelaskan tentang Revolusi Hubble yang sama sekali tidak pernah Raima dengar.

"Jadi Raim-ah di orbit yang jauh disana, tinggi di atmosfer ada sebuah teleskop optik yang paling kuat di dunia sampai saat ini dan kamu tau apa namanya? Itu namanya teleskop ruang angkasa Hubble. Kamu harus tau kelebihannya apa dari teleskop ini, yang aku baca dari buku tentang astronomi katanya teleskop ini sanggup atau bisa melihat seluruh alam semesta di dunia ini dengan kejelasan yang sangat sempurna dan mengirimkan gambar-gambar yang menajubkan bagi para astronom," jelas Sakura membuat Raima terdiam mendengarkan cerita gadis itu.

Sakura memang sangat hebat, pasti banyak yang suka dengan pengetahuan gadis itu karena kepintarannya. Tidak heran kalau Sakura masuk kampus terkenal seperti ini dengan jurusan hebat. Dari penuturan gadis itu juga katanya banyak siswa yang mendadak stress sebelum ujian masuk di kampus yang sangat dibangga-bangga kan itu, bahkan katanya ada yang sampai mengakhiri hidupnya sendiri karena gagal masuk universitas dia sampai mendapatkan beasiswa di Negara ini, yang katanya terlihat sangat sulit untuk masuk di kampurs ternama ini. Intinya sangat menakutkan katanya bersekolah disini.

Banyak sekali yang mereka bahas dari bulan purnama yang bersinar terang pada malam hari sampai muncul matahari siang seperti ini, mereka melewatkan sarapan pagi dan makan siang karena keasikan mendengarkan penuturan dari tetangganya itu.

"Ayo kita makan di luar saja, aku tau restoran halal dan aku akan mentraktirmu sebagai tetangga baruku." ajak Sakura sembari menarik tangannya menuju keluar asrama mereka.

Sepertinya Sakura sudah terbiasa keluar rumah seperti itu sampai tahu dimana tempat restaurant halal berada, ah—banyak sekali yang mereka lewatkan hari ini. Jujur saja Raima tidak heran kalau Sakura tinggal di tempat mewah, bahkan mobil dan brand pakaian yang gadis itu kenakan saja brand terkenal. perempuan cantik itu benar-benar kaya.

"Kau tau biasanya disana suka di jadikan tempat syuting aktris terkenal, coba saja kamu datang di hari sabtu atau minggu. Pasti ada, aku sering ke sana dengan kekasihku kalau dia sedang tidak sibuk," kata Sakura sembari menunjuk taman yang sangat ramai dengan orang yang berkencan itu, mungkin ia bisa mengajak Nissa kesana nanti.

Ah! Iya Nissa belum juga mengabarinya, kalau ia inga-ingat lagi. Entah apa yang sedang dilakukan oleh temannya itu sampai tidak mengiriminya pesan, padahal dia sendiri yang berjanji akan menghubunginya. Apa mungkin masih kelelahan? Dirinya dengan Nissa adalah type orang yang sulit untuk bangun, tapi tenang saja Raima tidak separah temannya itu.

"Tempat tinggal kita cukup strategis menurutku, kau mau ke mini market ada di seberang jalan lalu ada transpotasi juga ketika kau keluar gedung. Sebenarnya yang paling dekat dengan kumpulan kendaraan ya lewat jalan pintas di samping tempatmu hanya saja yang memegang kunci hanya dirimu kan," Raima terdiam mendengar penuturan dari Sakura barusan.

Sakura menghentikan mobilnya bertepatan dengan lampu merah di hadapannya itu, "Bahasa Koreamu sudah cukup bagus, seharusnya kita berbicara bahasa kore saja sejak tadi. Hitung-hitung untuk melatih bahasamu juga, salah sedikit tidak apa-apa toh kau bukan warga Negara ini sungguhan." Raima menatap Sakura yang tersenyum manis padanya.

"Aaa ... aku terlalu gugup untuk bicara menggunakan bahasa korea, tapi sepertinya yang dikatakan olehmu ada benarnya juga," sahut Raima.

"Apa kau suka dengan Hallyu? Atau suka dengan idol seperti BTS, EXO, Redvelvet, and Twice sampai kau belajar bahasa korea dan bekerja dan belajar di Negara ini," Raima dengan cepat menggeleng mendengar penuturan dari sang empu barusan.

"Tidak aku bukan penggemar yang seperti itu, aku juga baru mempelajari bahasa Korea selama sebulan sebelum aku berangkat ke Negara ini. Dan adikku yang mengajarkannya walaupun dia sebenarnya enggan untuk mengajariku karena selalu kesal padaku yang akan pergi ke Negara ini." Sakura mengangguk-angguk mendengar jawaban dari Raima barusan.

"Sebenarnya aku tidak pernah tertarik dan kepikiran untuk datang kemari, tapi tiba-tiba saja aku mendapat panggilan disini. Ya jadilah aku berada disini," lanjut Raima sembari menatap sakura yang tengah fokus mencari lahan parkir untuk mobil yang mereka tumpangi.

Mereka berdua berjalan ber-iringan memasuki restaurant berlabel halal itu, Sakura sangat hafal dengan daerah sekitar ini sepertinya. Bahkan pelayan dari restaurant ini juga mengenal Sakura dengan baik saking seringnya gadis itu datang kemari.

"Kalau kau jalan lurus kesana, nanti kau akan bertemu dengan toko pakaian dengan harga lumayan murah. Aku jadi tidak sabar untuk musim dingin dan berbelanja disana, pokoknya kalau musim dingin nanti kita wajib jalan kesana bersama. Akan aku pilihkan yang bagus untukmu," Raima hanya mengangguk mengiyakan ucapan gadis itu.

Padahal musim panas saja disini masuknya masih awal, gadis itu sudah menunggu musim dingin saja. Mungkin murahnya Sakura sangat berbeda dengan Raima.

"Ah—iya kau kerja disini atau apa? Mahasiswa juga sama sepertiku kan? Soalnya kau bilang hanya setahun disini kemungkinan besarnya," tanya Sakura

"Tidak, aku kerja jadi guru bahasa Indonesia di Akademi, mungkin kalau ada lowongan lain di Negara ini aku akan mengambilnya juga. Aku memiliki waktu senggang yang sangat banyak karena aku hanya mengajar sekitar seminggu 3 kali saja. Tapi yah lihat saja nanti, sepertinya mendaftar pasca sarjana yang dibicarakan ayahku tidak terlalu buruk." Sahut Raima sembari menatap menu yang ada di tangannya.

Matanya membaca satu persatu Hangeul yang ada dihadapannya itu, pusing sekali membacanya karena ia belum terlalu mahir seperti Sakura jadilah Raima hanya memilih makanan yang terlihat menarik saja di matanya.

Sakura sepertinya memang makan dengan porsi banyak, tidak tanggung-tanggung gadis itu memesan lima menu makanan dan lima menu juga untuk minuman seperti air mineral, jus jeruk, milk shake, ice coffe, dan boba entahlah ia tidak yakin kalau gadis itu bisa menghabiskannya.

"Oh iya, tadi kenapa kau tiba-tiba keluar kamar dan memilih untuk baca buku bersamaku? Tidak terjadi sesuatu yang serius kan dirumahmu atau kau bertemu dengan tetanggamu dalam keadaan sedikit aneh begitu?" tanya Sakura membuat Raima yang sedang menatap interior dari restaurant ini menundukkan kepalanya. Ia malu mengatakannya ah kenapa sakura menanyakan itu padanya.

"Tidak ada apa-apa, hanya saja aku ingin keluar kamar dan bingung mau melakukan apa kalau aku di kamar." Sahut Raima sembari meminum air mineral yang sudah di sediakan oleh Restaurant.

"Aku khawatir saat melihatmu keluar rumah tergesa-gesa seperti ada yang mengejarmu dari dalam rumah," Raima tersenyum manis seakan menjelaskan kalau tidak ada yang terjadi dirumahnya.

Sakura sebenarnya masih penasaran tapi dirinya tidak mau bertanya lebih lanjut tentang gadis itu karena menurutnya itu sudah jadi privasi Raima, keduanya sibuk memakan pesanan mereka masing-masing.

Entah perut Sakura terbuat dari apa sampai pesanannya yang sebanyak itu sudah habis dilahap oleh gadis itu, mulutnya hampir dibuat tercengang dengan gadis itu yang sudah menghabiskan makanannya dalam waktu cepat. Mungkin karena terlalu banyak berfikir dan berbicara membuat gadis itu jadi mudah kelaparan seperti sekarang ini.

Bahkan sepertinya rasa lapar gadis itu masih berlanjut, sekarang saja gadis itu sudah membeli makanan pinggir jalan seperti kue ikan sebagai penutup. Raima hanya bisa menggeleng melihat Sakura yang terus makan dihadapannya itu, ia saja yang hanya melihat gadis itu makan sudah merasa kekenyangan. Entahlah perut Sakura terbuat dari apa.

Tangannya menenteng paperbag berisi makanan yang Sakura beli saat mereka berhenti di toko kue pastry, katanya sebagai ucapan terimakasih karena sudah mau diajak oleh Sakura berkeliling Myeongdong untuk membeli sepatu olahraga untuk kekasihnya yang katanya akan berulang tahun.

"Seharusnya kau tidak perlu membelikan aku makanan sebanyak ini, lagian aku senang di ajak jalan-jalan olehmu keliling seperti tadi. Kau mentraktirku makanan saja aku sudah sangat senang," ucap Raima membuat Sakura menggeleng.

"Aku tidak bisa seperti itu Raim-ah, aku senang memberi sesuatu pada temanku apalagi seperti dirimu. Jarang sekali di sekitarku orang yang begitu sabar mengikuti kemanapun aku berjalan dan memilih barang dengan waktu yang lama tanpa mengeluh sedikitpun, bahkan Joo sering mengomeliku karena terlalu lama mencari barang. Lagian itu setimpal dengan aku menghabiskan waktu istirahatmu hari ini, padahal aku tau kau belum merapihkan barangmu atau yang lainnya," jelas Sakura sembari berjalan beriringan dengan Raima menuju asrama.

"Oh! Iya aku lupa, kalau aku harus ke apartemen Joo ada tugasku yang tertinggal disana. Kau tidak apa-apa kan pulang sendiri ke asrama? Aku harus buru-buru ke apartemen-nya sebelum dia pergi bekerja," ucap Sakura sembari menatapnya tidak enak.

Raima hanya menjawab hanya dengan anggukan, toh jarak dari tempat tinggal mereka sudah cukup dekat.

Kini dirinya sendirian berjalan menuju gedung tempat tinggalnya, ah—Raima lega tinggal ditempat mewah seperti ini.

Matanya menatap punggung lebar milik seseorang dari jarak yang lumayan jauh dari dirinya berdiri, pasti tetangga seberang rumahnya. Ah—kabar buruk bagi dirinya kalau ternyata dirinya masih tidak bisa melupakan kejadian tadi pagi.

To be continued

Terima kasih sudah membaca Cerita Tentang Kau Dan Aku

Dilarang memplagiat karya ini.

Salam Leeaa_Kim