Happy Reading semuanya!
Jam sudah menunjukkan pukul dua belas malam dan lelaki dengan julukan world wide handsome itu masih setia memperhatikan jendela kamar seberang yang menyala, berkat insiden adiknya yang tidak menggunakan pakaian atasan dirinya jadi tidak bertemu dengan Raima gadis yang sukses membuatnya semakin dianggap aneh oleh adik-adiknya.
Tangannya menyalakan senter dari ponselnya dan mengarahkannya pada jendela kamar gadis yang kini memunculkan kepalanya dari dalam kamar, Jin tersenyum lebar menatap tingkah gadis itu yang tampak malu-malu memperhatikan dirinya dari jarak jauh.
"Annyeong!" teriak Jin
"Berisik! Sudah aku bilang jangan teriak," ucap Raima sembari membuka lebar jendela kamarnya.
"Kau menghindariku ya?" tanya Jin
"Ke—napa aku harus menghindarimu?"
"Aku tidak pernah bertemu denganmu semenjak kelakuan adikku, maafkan adikku kemarin. Raima terdiam mendengar perkataan dari Jin barusan.
"Dia adikmu?" tanya Raima membuat Jin mengangguk, "Semuanya? Lim—ah! Tidak maksudku enam itu adikmu juga?" tanya Raima penasaran.
"Memangnya kenapa?" Raima menutup mulutnya, pikirannya melayang membayangkan betapa berisiknya rumah.
Dirinya mempunyai satu adik saja ributnya sudah seperti perang ketujuh dan ini enam orang adik, Raima benar-benar tidak bisa membayangkannya.
"Kau sering berkelahi dengan adik-adikmu?" tanya Raima polos.
Jin mematikan senyer ponselnya dan menatap Raima yang masih memasang wajah polosnya kearahnya, "Berkelahi adalah hal yang wajar bukan, kau pasti mengerti kalau mempunyai adik." Raima menggaruk kepalanya pelan.
"Kau tahan dengan keributan? Aku mempunyai satu adik dan kami selalu ribut karena adikku selalu berisik dan aku menyukai tempat tenang,"
"Tiap hari asrama kami ramai, tidak ada alasan bagi kami untuk saling berdiam tanpa mengatakan apapun. Maafkan kelakuan adikku saat tadi pagi hari, sekarang dia menyesal karena melakukan itu." Raima terdiam kemudian tersenyum.
"Euhm ... aku memaafkannya,"
Jin tersenyum kemudian bertingkah lucu diseberang sana membuat Raima tertawa pelan, lelaki berbahu lebar itu membuat perasaannya yang sedang rindu dengan keluarganya sedikit ia lupakan karena tingkah lelaki itu.
"Raima, aku adalah World Wide Handsome Kim Seokjin,"Raima menggeleng saat lelaki dengan bahu lebar itu melemparkan flying kiss kehadapan dirinya.
"Aku tampan kan?"
Raima mengangguk menyetujui perkataan dari lelaki yang ada dihadapannya itu, lelaki dihadapannya itu memang sangat tampan dan sepertinya stylenya.
"Kau mau ikut denganku?"
"Kemana?" tanya Raima
"Hanya berjalan di daerah sini,"
Raima mengangguk bosan juga ia lama-lama didalam kamarnya, "Aku tunggu didepan," ucap Jin sembari berjalan masuk menuju kamarnya meninggalkan Raima yang hanya terdiam menatap kepergian sang empu.
Masker bewarna hitam dan topi yang senada menutup penampilannya malam ini, ia masuk dalam jajaran orang yang akan berkencan kan. Kausnya sudah ia tambahkan dengan kemeja dan parfum lembut yang disenangi oleh penggemarnya.
"Hyung mau kemana jam segini?" tanya Jungkook
"Aku mau ke rumah ibuku, aku rindu."
"Sampaikan salamku untuk ibu hyung, tapi hyung sudah izin dengan manajer kan?" Jin mengangguk kemudian memakai sepatunya meninggalkan Jungkook yang hanya memasang wajah bingungnya. Tidak biasanya kakaknya itu pergi tanpa membawa buah tangan untuk orangtuanya, apa mungkin akan di beli di perjalanan nanti.
Jin tersenyum dibalik maskernya, menatap gadis yang tengah menunggunya sembari memainkan ponselnya ditangannya itu.
"Kajja-ayo, aku ingin mengajakmu kesuatu tempat saja." ajak Jin
Raima hanya bisa mengekor dari belakang lelaki yang kini tertawa pelan melihat tingkah perempuan yang ada di belakangnya itu, rasanya seperti membawa anak itik dibelakangnya.
Tangan Jin menarik lembut tangan perempuan disampingnya itu agar berjalan berdampingan dengannya, Raima menatap tangannya yang di genggam erat oleh lelaki yang membawanya keluar itu.
Tangannya sangat halus dan nyaman, Raima tahu ini salah tapi tangannya seakan enggan untuk melepas genggaman tangan Jin dengan dirinya. Matanya menatap Jin yang memberhentikan taxi yang berada di halte tidak jauh dengan tempat mereka tinggal.
"Kita mau kemana?" tanya Raima pelan
"Ketempat yang indah, tapi kita kerumahku dulu ambil mobil."
Raima menatap Jin yang tampak memejamkan matanya , bagaimana bisa ada lelaki setampan Jin dan dirinya langsung mengakui kalau ia menyukai Jin.
"Kau bawa uang cash?" tanya Jin sembari membuka matanya menatapnya.
"Euhm ..." Raima mengangguk perlahan.
"Kau bayar uang taksinya dulu ya, aku tidak membawa uang tunai nanti aku transfer ke rekeningmu saja." Raima menatap tangan Jin yang mengusap punggung tangannya lembut.
Mobil taksi yang mereka taiki berhenti didepan gerbang dikawasan elit, tangannya memberikan beberapa uang lembar seratus ribu won dan memberikannya pada Jin.
Mulutnya menganga menatap betapa mewahnya tempat yang sedang ia kunjungi saat ini, ditempat tinggalnya saja sudah membuatnya menganga saking kagumnya kini ditambah dengan rumah yang katanya dimiliki oleh Jin.
Jin mengusap pipi dari gadis yang masih menatap kagum dengan rumahnya, sayang sekali Jin hanya ingin mengambil kunci mobilnya bukan ingin bermalam disini. lain kali ia akan membawa Raima menginap dirumahnya kalau gadis itu mau.
"Nanti keburu semakin malam,"
"Kau anak orang kaya?" tanya Raima polos
Jin tertawa pelan, "Tidak, aku bukan anak orang kaya. Ini hasil dari aku bekerja keras," sahut Jin
"Ini keren,"
Ingin sekali Jin membawa Raima kedalam pelukannya saking gemasnya ia pada gadis itu, ia tidak mau terburu-buru. Berpegangan tangan pada Raima saja sudah sebuah kemajuan yang sangat cepat apalagi saat ia menyentuh pipinya lembut sama seperti Taehyung dan Jungkook, entah kenapa Jin merasakan kepuasan tersendiri.
"Kenapa dengan wajahmu? Kenapa kau merasa kagum begitu?"
"Aku belum pernah melihat mobil yang seperti ini secara langsung, masyaallah cantiknya." Puji Raima
Jin menatap bingung gadis yang kini menatap mobilnya senang, ma-masya-allah itu apa? Kenapa Raima senang sekali mengucapkan bahasa yang sama sekali tidak ia mengerti. Ini kata kedua yang tidak ia mengerti setelah sebelumnya mengucapkan kata astagfirullah saat melihat Jimin tanpa menggunakan pakaian atasannya.
"Kau bilang apa? Ma—masya—allah?" tanya Jin
Raima menepuk pelan bibirnya, "Jadi Masyaallah itu seperti sebuah ucapan pujian karena merasa kagum dengan sesuatu seperti aku melihat rumahmu dan mobilmu, makanya aku mengatakan itu." Jin mengangguk paham mendengar penuturan dari gadis yang ada disampingnya itu.
"Raim-ah, bolehkan aku memanggilmu secara formal?" kepala perempuan itu mengangguk tanda setuju.
Jin tersenyum manis, "Kau mau menjawab semua pertanyaanku tentang dirimu? Termasuk dengan agamamu?" Raima terdiam, perempuan itu tidak tahu harus mengatakan apa pada lelaki yang ada dihadapannya itu.
"Kau ingin aku menjawab semua pertanyaanmu?" Jin mengangguk lembut kemudian mengusap kepala Raima yang tampak bingung, lelaki itu tidak akan memaksakan sang empu untuk melakukannya. Ia akan membiarkan waktu yang akan menuntunnya mendapatkan jawaban.
"Baiklah, aku akan menjawabnya sebisa dan semampuku." Jin tersenyum lebar dibalik maskernya, Raima yang melihat senyum lebar dari lelaki yang ada dihadapannya itu membuatnya ikutan tersenyum lebar. Ia akan berusaha untuk memenuhi pertanyaan dari lelaki yang ada dihadapannya itu.
To Be Continued
Terima kasih sudah membaca Cerita Tentang Kau Dan Aku
Dilarang memplagiat karya ini
Salam Leeaa_Kim