"Bunda, Ayah, aku dan Mas Habib pamit dulu, ya ... kami harus kembali ke Jakarta," pamit ku ketika hendak pulang.
Rencananya siang tadi kami akan pulang, tapi kata Habib nanti sore saja supaya tidak panas. Akhirnya kami pun mengurungkan niat kami dan baru berkemas setelah jam tiga sore.
"Hati-hati di jalan ya, El. Jaga diri baik-baik dan jangan lupa buat kasih Bunda cucu," pesan bunda.
Aku melirik Habib ketika bunda bertanya. Wajah suamiku itu tampak biasa saja, tidak ada ekspresi yang menunjukkan rasa senang atau sedih. Dari tadi dia selalu seperti itu, tepatnya setelah kami kembali dari pondok pesantren.
"Lho, kan Farida sedang hamil. Kenapa masih minta cucu padaku?" tanyaku pula.
Ayah memegang pundak ku. "Kan kami juga mau dapat cucu dari kamu dan Habib, kalau perlu kalian harus bisa cetak dua cucu sekaligus!" kata ayah antusias.