Bang Fahri langsung pulang ke rumah setelah mendengar kabar istrinya ada di rumah sakit. Tadinya dia memang mau ke rumah sakit, tapi saat kubilang kalau mbak Anisa sudah pulang, dia langsung putar balik.
Tanpa mengetuk pintu lagi, bang Fahri langsung masuk ke rumah dan berlari ke kamar untuk mencari istrinya. Saat itu aku baru saja menemani mbak Anisa makan dan minum obat, dan bang Fahri langsung menyuruhku minggir supaya dia bisa memeluk istrinya.
"Awws ... khawatir, sih boleh, tapi jangan membuat sikuku sakit juga, Bang," gerutuku yang ujung siku kanannya terhantuk sudut meja nakas.
Mbak Anisa yang melihatku meringis kesakitan hanya menunjukkan raut wajah merasa bersalah, sedangkan bang Fahri tidak peduli sama sekali. Dia masih asik memeluk istrinya yang bahkan tidak merasakan sakit.
"Kamu sakit apa? Kok bisa pingsan, sampai masuk rumah sakit pula?" tanya bang Fahri khawatir sambil menangkup kedua belah pipi mbak Anisa.