Alana mengerjapkan matanya. Tubuhnya terasa kaku dan sakit seperti es yang habis dikepruk. Gadis itu membuka matanya sempurna sekarang. Dia sedikit bertanya-tanya. Apa ini mimpi? Kenapa kamarnya berbeda? Alana memejamkan matanya kembali, lalu membukanya lagi. Tetap sama. Kamar ini yang ditempatinya.
"Astaga, Putri Violet sudah sadar?!" Seseorang mengagetkan Alana. Gadis itu menoleh sambil mengerutkan keningnya. Dia masih berbaring karena entah kenapa tubuhnya begitu sulit digerakkan.
Seorang perempuan yang baru saja berteriak mendekat pada Alana. Lalu menangis di depan Alana. Alana tambah bingung. Sebenarnya ini di mana dan siapa yang ada di depannya?
"Kau siapa?" Alana memberanikan diri untuk bertanya.
Di sisi lain, perempuan yang menangis itu langsung diam saat mendengar pertanyaan lolos dari bibir Alana. "Putri ... aku Glorya. Pelayan yang dekat dengan Putri. Apa Putri lupa?"
Alana semakin bingung. Dia mengingat apa yang terjadi semalam. Dia berseteru dengan Kalia, lalu memutuskan untuk tidur malam harinya. Namun, kenapa saat bangun Alana justru begini?
"Ini di mana? Dan kenapa kau panggil aku putri? Namaku Alana bukan putri."
Glorya terperangah mendengar penuturan putri Violetnya. Lantas Glorya berdiri tanpa memberikan jawaban dia keluar dari kamar Violet.
Alana memaksakan diri untuk bangun. Kepalanya begitu pusing. Apalagi dia terlihat lemah. Alana mengedarkan pandangannya. Dia masih tidak percaya. Kalau ini mimpi, kenapa rasanya seperti nyata? Saat Alana mengedarkan pandangannya, mata Alana justru mendapati cermin yang sama yang diberi nenek tua itu.
Alana melangkah pelan mendekati cermin itu. Dia menyentuhnya lembut, lalu Alana dikagetkan dengan kemunculan nenek tua itu di cermin. Nenek itu berubah penampilan. Dia tersenyum, lalu berkata, "Permintaanmu dikabulkan." Nenek itu menghilang. Alana mundur, dia gemeteran. Barusan itu nyata? Alana bingung, apa maksud dari permintaan yang dikabulkan itu?
Ya! Alana mengingatnya. Semalam dia berucap untuk minta takdir yang lain, untuk tidak jadi Alana yang menyedihkan. Sekarang ... Apa cermin itu ajaib? Sialan, Alana terjebak di mana?
"Violet!" Alana kaget saat laki-laki paruh baya dengan penampilan bak raja itu berlarian langsung memeluknya.
Alana melepas paksa pelukan itu. Dia menatap seakan penuh bingung. Dia tidak tahu, dia ingin kembali!
Glorya membungkukkan badannya. Dia berujar, "Maaf, Raja. Sepertinya Putri Violet lupa ingatan. Sejak dia sadar, dia seperti orang yang tidak mengingat apapun."
Raja Louis menatap putrinya. "Panggilkan tabib kerajaan sekarang!"
Alana berdiam diri di kamar setelah tabib memeriksanya. Dia ingin kembali. Dia tidak mau di sini. Alana terisak dalam tangisnya.
Glorya datang. Dia membawakan makanan untuk Alana. "Tuan Putri harus makan agar sembuh," katanya.
Alana menjawab, "Aku bukan tuan putri yang dirimu maksud. Aku Alana."
"Sepertinya insiden jatuh dari jurang membuat ingatan tuan putri sedikit terganggu," balasnya.
"Tapi aku memang bukan—"
"Putri Violet harus makan," potong Glorya.
Alana membatin, 'Jadi, sekarang dirinya menjadi Violet?'
"Boleh aku bertanya?" Violet mengajukan pertanyaan. Glorya mengangguk cepat mengiyakan.
"Cermin itu, milik Violet?"
"Oh, cermin itu. Iya itu milik putri. Cermin kesayangan putri. Putri selalu berdandan dan menghabiskan waktu di cermin itu," jawab Glorya.
Alana sungguh bingung. Cermin itu bagaimana bisa ada di kehidupannya?
"Apa cermin itu ada banyak?" tanya Violet lagi.
"Sepertinya tidak. Itu cermin satu-satunya yang ada di dunia ini. Dan Raja Louis memberinya untuk putri saat ulang tahun ke tujuh belas," terang Glorya.
Alana menyerah. Dia malah semakin bingung sekarang.
"Asal tuan putri tahu. Saat tuan putri jatuh ke jurang karena tidak hati-hati dalam berkuda, aku begitu bersalah. Aku takut putri tidak akan sadar. Putri sudah tidur tiga hari lamanya."
Alana menyentuh wajahnya. Dia baru ingat sesuatu. Apa Alana dan Violet memiliki wajah yang sama sehingga semua orang mengenalinya sebagai Violet?
"A-aku masih bingung dengan semuanya. Ini terasa begitu asing," kata Violet.
Glorya tersenyum. "Putri sudah enakan? Kalau sudah, akan aku ajak jalan-jalan. Putri butuh udara segar sepertinya."
Semua orang memerhatikan Violet. Violet bingung, apa ada yang salah darinya? "Ada yang salah dariku? Kenapa semua orang memerhatikan seperti itu?" tanyanya pada Glorya.
"Sebenarnya, aku ingin bicara sesuatu pada tuan putri. Semua orang benci dengan putri karena sikap jahat dan angkuh putri Violet," kata Glorya.
"Begitu kah?"
"Iya, maka dari itu aku sedikit heran dengan perubahan putri yang baru sadar ini. Sikapnya bertolak belakang sekali. Bahkan bicaranya lembut tidak blak-blakan seperti dulu," balas Glorya.
"Aku tidak ingat. Tapi harusnya kau bersyukur dengan perubahanku."
Alana berubah pikiran. Dia kesal dengan cermin ajaib yang sialan itu. Namun, dia sudah berada di sini. Jadi, dia akan mengubah takdir Violet dan dirinya sendiri. Eh, tapi tunggu. Kalau Alana di sini, apa Violet di dunianya?!
***
Violet menatap lekat pada raja Louis—ayahnya sendiri. Raja Louis memanggilnya dan ingin bicara empat mata.
"Violet, berhubung kamu sudah sadar sekarang. Ayah tidak ingin menunda untuk bicara denganmu," kata Raja Louis.
"Bicara apa, Yah?" tanya Violet.
"Datanglah ke kerajaan Nuvoleon esok hari. Kau harus mengikuti pencarian permaisuri untuk pangeran-pangeran."
"Aku ... maksudku, Violet tidak paham."
"Kerajaan Nuvoleon memberikan surat untuk hadir dalam pemilihan permaisuri untuk pangeran, dan kamu salah satu putri dari ke empat putri di berbagai kerajaan penjuru negeri."
"Hanya itu yang ingin ayah sampaikan. Persiapkan dirimu, Violet. Ayah mau kau menikahi salah satu pangeran itu, tapi jangan dengan Altair. Dia tidak ada apa-apanya di kerajaan itu. Ayah mau kamu bisa dipilih oleh pangeran Arien, putra pertama yang dikabarkan akan menjadi raja selanjutnya."
***
Alana memaki dirinya sendiri di cermin itu. Dia benar-benar kesal dengan menerima pemberian nenek tua itu. Kenapa juga dia harus membawanya pulang? Dan kenapa juga dirinya mengucapkan kata-kata itu di depan cermin ini?
Saat Alana menangisi keadaannya, tiba-tiba saja kupu-kupu bercahaya biru dengan serbuk sari berkilau terang mengitarinya. Alana lantas memutar bola matanya mengikuti kupu-kupu itu terbang. Sampai di mana kupu-kupu itu hinggap di sebuah buku besar yang ada di nakas.
Alana menyipitkan matanya. Dia mendekati buku itu, dan anehnya kupu-kupu itu hilang. Alana bahkan belum sempat berkedip, sudah hilang saja.
Bukunya berdebu. Covernya begitu unik. Sebuah kunci dengan kupu-kupu yang sama terbang di atasnya. Buku itu berjudul, 'ada cerita dibalik cerita'.
Alana dibuat penasaran. Dia meniup debunya. Buku setebal ini begitu berdebu. Apa Violet tidak pernah merawatnya? Dasar gadis jorok!
Alana berhasil membuka lembaran pertama. Di sana tertulis.
'Akan ada jalan keluar di balik masalah. Kau harus pintar mencari solusinya.'
Alana dibuat kaget lagi saat halaman pertama sudah dibuka, buku itu menghilang dari tangannya. Sungguh menakutkan. Apa dia sedang ada di kehidupan yang begitu banyak misteri ini?
'Jangan berpikir terlalu serius. Nikmati saya hidup barumu sebagai Violet.'