Renata menunduk. Ia sedih dan kecewa dianggap tidak nyata seperti itu.
"Apa benar begitu? Lalu bagaimana caraku membuktikan kalau aku ini nyata?"
"Mulai sekarang lu harus nyuci baju gua, buang sampah, masak, nyuci piring, bersihin rumah. Dengan begitu lu bisa nunjukim eksistensi lu," jelas Siji sembari menunjuk tumpukan cucian kotor, piring kotor dan sampah.
"Baiklah," sahut Renata kegirangan.
Renata yang polos pun setuju, tanpa mengetahui bahwa Siji kini mengulas seringai kelicikkan.
***
Malam semakin larut. Renata mulai didera rasa kantuk. Ia membawa bantal hendak masuk ke sebuah kamar, sebelum merasakan ada yang menarik kerah belakang kemejanya, kasar.
"Lu mau ke mana, heh?" tanya Siji, ketus.
Renata berbalik lalu mendengus sebal. "Apa lagi? Tentu saja mau tidur, Siji."
"Heh? Lu mau tidur di kamar gua? Yang benar aja!" Siji melotot ke arah Reata.