Panggil saja aku Shin, Kak Renata! Rasanya jika kau memanggil Shin, kita terlihat sangat akrab." Shin berucap. Entah memang benar adanya atau hanya akal-akalan Ryushin semata agar dipanggil seperti itu.
"Ah baiklah. Kalau Adek Shin bagaimana?" tanya Renata, sedikit ragu.
"Terdengar jauh lebih baik," jawab Shin singkat, disertai senyuman yang jarang Shin tampilkan di depan orang banyak.
"Baiklah." Renata menoleh sekeliling. "Heh?!"
"Ada apa?" Shin tentu saja kaget dengan seruan Renata.
"Aku baru sadar, Siji meninggalkanku? Lagi? Uggh, menyebalkan!" Renata menghentakkan kakinya ke aspal. Raut muka Renata berubah sedih bercampur kesal.
"Tak apa, kita bisa menyusulnya," ucap Shin mengulurkan tangan kanan yang sebelumnya ia masukkan saku celana.
"Ayo!" ajak Shin.
Renata tercenung. Butuh waktu sekian detik untuk Renata menyadari maksud uluran tangan Shin. Renata memandang Shin penuh selidik. Ternyata remaja imut di depannya itu tak sedingin yang ia kira tadi.
