"Waaah…" ujar Akhirali sedikit kagum. "Besar-besar juga nih ikan nila."
"Ya pasti dong," kata Bi Ayu menimpali. "Si Sanib sama si Lukman selalu merhatiin empang-empang itu. Wajar, ikan-ikan peliharaan Babeh Djaja gemuk-gemuk gini."
Malam itu, Akhirali dengan semua anggota keluarganya ditambah dengan Rezqi sedang menikmati makan malam mereka di ruang makan itu. Mereka duduk mengelilingi meja empat persegi panjang.
Ikan-ikan nila pemberian Babeh Djaja dijadikan ikan nila goreng oleh Bi Ayu dengan tambahan telur dadar, tumis sayur kangkung, dan semangkuk sambal goreng. Menu terakhir itu adalah wajib, selalu disediakan oleh Bi Ayu mengingat sang suami dan keponakannya yang orang Minang itu sangat menggemari makanan-makanan pedas.
"Banyak tadi, Qi," tanya Akhirali pada sang kemenakan. "Yang dijual Babeh Djaja?"
"Sesuai sama pesanan orang itu aja sih," jawab Rezqi. "Kalau nggak salah, dua ratu lima puluh kilo."
"Hoo, banyak juga ya," kata Akhirali sembari mengangguk-angguk.