"Terus, nanti kamu pulangnya gimana, dong?" tanya Rezqi pada Amia. "Kalau menurut aku, sih… kamu nggak perlulah nganterin aku ntar balik dari sana. Biar aku pake taksi aja."
"Hemm, gimana kalo aku panggil Pak Abdul saja?"
"Jangan dong, Sayang," Rezqi tersenyum menggelengkan kepala. "Kasihan, nggangguin tidurnya Pak Abdul. Udah, nggak apa-apa, biar aku nanti pesan lewat aplikasi aja."
"Ya udah, deh."
"Lagian," kekeh pemuda tersebut. "Aneh-aneh aja tuh si Daniel. Masa' maksain ngajak ketemuan malam-malam gini?"
Amia melirik arloji di pergelangan tangannya, hampir pukul sembilan malam. "Tauk tuh bule satu."
Saat masih berada di rumah itu tadi, tahu-tahu Daniel menelepon lagi Amia yang sedang berkasih-kasih dengan Rezqi. Lalu, meminta kedua sejoli itu untuk datang ke hotel di mana Daniel menginap.