"Jangan ngaco deh lu, Steav!"
"Hemm… atau harus gua panggil Yang Mulia?"
"Anjriit! Makin ngaco lu, men!"
"Sorry, sorry, sorry…" Steaven masih saja tidak bisa menahan tawanya. "Gua cuman senang, Rez. Ikut ngerasa senang dengan apa yang elu dapatkan, men. Sumpah, mungkin ini semua buah kesabaran elu selama ini."
Rezqi mengamini ucapan sahabatnya tersebut di dalam hati. "Thanks, Steav."
Sepanjang perjalanan itu, tak henti-hentinya Steaven menggoda sahabatnya tersebut. Suara tawa mengisi ruang di dalam mobil, dan itu jauh terlihat lebih baik daripada di awal tadi mereka meninggalkan rumah Bi Ayu.
Akhirnya, mereka pun sampai di dekat kawasan perusahaan besar tempat di mana Rezqi akan bekerja.
"Di mana satu nih, men?" tanya Steaven pada Rezqi.
"Lurus aja."
"Lhoo, nggak di sekitar perumahan yang itu, ya?"
