"Enggak, ya?"
"Enggak dong," Amia semakin bergeser lebih merapat ke Rezqi. "Kamu denger sendiri tadi apa yang dikatakan si Uni. Pasti pernah denger juga dari Pak Ben, atau si Jodi. Iya kan?"
"Oh, maaf saja, Bu Owner yang cantik. Aku bukan orang yang kepo seperti itu, sampai harus bertanya pada Pak Ben, apalagi si Jodi."
"Apaan sih?"
Amia merajuk manja sembari menepuk pelan tangan Rezqi yang di atas meja itu.
"Lhoo, nggak boleh, ya?" Rezqi menahan tawanya. "Tadi si Uni boleh tuh manggil kamu kek gitu?"
"Huh, mulai songong deh," Amia mendelik seraya melipat tangan ke dada, "mulai mirip-mirip Pak Ben."
Rezqi harus menahan tawanya sedemikian rupa. Sejenak, ia melupakan kekusutan yang menimpanya, juga pikiran-pikiran aneh pada kemungkinan yang terjadi beberapa waktu belakangan ini.
"Ermm… emang bener, ya," Amia memalingkan muka yang tiba-tiba bersemu. Melirik Rezqi dari ekor mata. "Aku cantik?"