"Jan ikut campur lu, Ji!"
Babeh Djaja mendengus kencang, yang jelas kemarahannya sama sekali belum reda sedikit pun. Lalu, ia berpaling, menatap sang buah hati yang terhenti empat-lima langkah di belakangnya itu lewat ujung bahu.
"Diem lu di sono!" titah Babeh Djaja dengan tegas kepada sang buah hati. "Jangan dimari!"
Kembali tatapan sangar Babeh Djaja tertuju kepada Rezqi yang tertunduk.
Sementara Rezqi sendiri berusaha untuk tetap tegar, bahkan membiarkan saja pipi kirinya itu memerah dan perih, belum lagi telinga kirinya yang berdenging kencang tersebut. Rezqi membiarkan itu tanpa mau mengusap demi menghilangkan rasa perih yang ada.
"Djaja!" sahut Haji Rahman.