Pantaskah aku marah pada takdir?
Berteriak lantang melawan nasib?
Sementara aku hanyalah manusia biasa yang bernapas pun membutuhkan oksigen-Nya. Harusnya aku bersyukur atas bahagia dan juga duka yang selama ini kurasa._Khanza_
***
Kring!
Pelajaran pertama sudah selesai, tapi Arif sama sekali tidak menampakkan batang hidungnya. Nomor ponsel pemuda itu pun tak ada tanda-tanda aktif.
"Gimana Za?" tanya Faizal.
Khanza menggeleng.
"Sebenarnya kamu sama Arif ada masalah apa sih Za?" selidik Dea yang memang belum mendapat kejelasan sama sekali.
"Kepo banget si Bara-bar," sindir Randra.
"Eits! Wajarlah kalau gue kepo, Khanza 'kan teman gue," bela Dea. "Lagian lo kenapa sih, tiap gue ngomong nyambar aja, dasar kadal!"
"Gue punya mulut," ketus Randra.
"Mulut lo bisa diam 'kan?" suruh Dea.
"Nggak," debat Randra.
"Kadal!!!" Marah Dea.
Sorakan di luar begitu riuh, menghentikan pertengkaran Tom and Jerry di kelasnya.