Angga benar-benar membuktikan ucapannya. Ia memfokuskan pikirannya pada pembuatan skripsi. Ia rajin mendatangi dosen pembimbingnya untuk meminta petunjuk pembuatan skripsi yang baik dan benar. Semua tugas dilaksanakan dengan baik.
Hari-harinya ia lampiaskan pada tugas-tugas dan berkumpul dengan teman-temannya. Ia berusaha agar hidupnya tak merasa sepi. Semua teman yang dulu menginap di kosannya, ia mengundang mereka kembali.
"Angga, ponselmu berdering terus tuh! Angkatlah ... kasihan ayahmu," ujar salah satu teman Angga.
Angga tengah mengerjakan tugas-tugasnya di ruang tamu. Laptop menyala dengan banyak lembaran kertas berserakan di meja.
Angga bergeming, ia fokus menatap layar laptop.
"Hish ... aku seperti berbicara pada angin saja!" keluh Rio.
Rio tidak tahu permasalahan yang terjadi antara Angga dan ayahnya. Yang ia tahu, Angga tengah mengabaikan ayahnya. Hanya Bayu yang mengetahui secara detil permasalahan Angga.