Chereads / My Idol is My Illusion / Chapter 20 - Diusir Secara Paksa

Chapter 20 - Diusir Secara Paksa

Begitu masuk, Grizelle disuguhkan dengan ruangan yang cukup luas. Terdapat meja rias, sofa dan meja, serta gantungan pakaian, dan juga rak sepatu.

"Wah, Bos, ruangan Bos ternyata besar juga ya," ucap Grizelle. Wanita itu memandangi sekeliling.

"Bos?" Levin yang duduk di kursi rias segera menatap Rery setelah mendengar perkataan Grizelle.

Saat itu juga, Rery menjelaskan bahwa Grizelle adalah asisten yang akan bekerja dengannya mulai saat ini. Namun, Levin tidak mempercayai itu, dia merasa yakin bahwa Grizelle adalah kekasih Rery yang tidak ingin jauh dari pasangannya.

"Tidak mungkin bukan gadis secantik ini adalah asistenmu? Ayolah jangan berbohong padamu, dia pasti kekasihmu kan?" ucap Levin sembari menggoda keduanya.

"Ti-tidak, saya bukan kekasih, Bos!" Grizelle merasa gugup dan bahagia di saat bersamaan, tetapi ia tetap harus tenang agar perasaan sebenarnya tidak terbaca oleh orang lain.

"Dengar sendiri kan? Sudahlah hentikan omong kosongmu," sahut Rery. Pria yang duduk di sofa tidak memusingkan perkataan temannya itu. Dia bahkan meminta Grizelle untuk membeli tiga kopi di kedai seberang kantor.

"Yang satu untukmu, jadi pilihlah apapun yang kamu suka. Masih ingat jalan turunnya kan?" Grizelle mengangguk, wanita itu pun segera keluar meninggalkan kedua pria yang masih di dalam.

Wanita yang tengah mengenakan gaun pendek berwarna biru laut itu berjalan menuju arah kedatangannya tadi. Begitu tiba di lift dan masuk, belum sampai pintu tertutup dua wanita masuk dan berdiri di belakang Grizelle.

Dari suasana yang hening mendadak terdengar suara yang lirih, kedua wanita itu berbisik dan membicarakan Grizelle.

"Apa dia artis baru di sini?"

"Lihat tubuhnya, tinggi, putih, rambutnya panjang, dan wajahnya tadi ... cantik sekali."

"Benar, sudah pasti dia adalah model!"

'Ayolah, aku bisa mendengar semuanya. Aku memang cantik, tapi tidak usah berbicara di belakangku. Puji saja aku secara langsung.' Grizelle yang hanya membatin tetap mencoba tenang, meski sebenarnya wanita itu merasa tidak nyaman. Ia ingin segera turun, tetapi lift masih berjalan hingga lantai lima.

Saat tiba di lantai tiga, lift itu berhenti dan terbuka, kedua wanita yang di belakang Grizelle pun bergegas keluar. Ia merasa lega karena segera berpisah dengan wanita asing itu, meski mereka tidak membuat masalah, tetapi mendengar hal seperti itu Grizelle merasa seperti sedang digosipkan.

Begitu tiba di lobi, wanita itu bergegas keluar dari perusahaan dan berjalan menyebrang. Namun, setibanya di sebrang dia merasa bingung karena ada dua toko kopi yang berdekatan. Ia tidak tahu tempat mana yang selalu di datangi Rery.

Sejenak ia terdiam dan mengamati kedua toko itu. Bangunan yang satu besar dan pengunjungnya pun cukup ramai. Sedangkan yang satu lebih kecil dengan pengunjung yang bisa dihitung jumlahnya.

"Ah, pasti yang itu," ucap Grizelle sembari melangkah menuju toko kopi yang besar. Ia berpikir selama ini sang idola pasti membeli kopi di sana, karena ramai, pasti enak, dan itu pasti pilihan idolanya.

Setelah memesan tiga espreso, Grizelle menunggu sembari melihat keadaan toko. Ia dibuat takjub dengan suasananya yang ramai. Banyak anak muda, orang dewasa, bahkan ada beberapa orang tua juga.

"Permisi, Nona. Kopinya sudah siap," ucap pelayan toko. Grizelle pun segera datang dan mengambil pesanannya.

Saat perjalanan kembali, Grizelle berkata, "Wah, aroma kopinya sampai di hidungku, seumur-umur aku pasti tidak akan bisa minum kopi semahal ini. Sungguh aku penasaran dengan rasanya. Untung saja, Bo juga memberiku kartu debit, bahkan uang di dalamnya sangat fantastis."

Setibanya di depan ruangan Rery, Grizelle mengetuk pintunya. Pria yang di dalam pun mempersilakannya masuk.

"Silakan Bos kopinya!" Grizelle memberikan kopi pertama untuk Rery, kemudian ia memberikan pada Levin dan terakhir untuk dirinya.

"Terima kasih, Nona Cantik!" ucap Levin. Kata-katanya itu membuat Grizelle tersipu, ia tidak menyangka akan dipanggil seperti itu oleh seseorang yang sejajar dengan sang idola.

"Kemari duduklah, apa kamu akan terus berdiri?" Rery bergeser dan meminta Grizelle duduk di sampingnya. Wanita itu pun dengan perasaan senang segera menuruti perkataan sang idola. Levin yang mengamati keduanya hanya tersenyum, pria itu masih merasa bahwa ada sesuatu antara artis dan asistennya.

Levin meneguk kopi itu dengan tenang, Grizelle terus memuji rasanya yang lezat. Sedangkan Rery ... ia justru bertanya di mana Grizelle membeli minuman itu. Wanita yang sedang menikmati kopinya, segera menghentikan tindakannya, ia juga segera memberitahu sang idola bahwa kopi itu dibeli di toko kopi seberang dengan bangunan yang besar.

Rery mengembuskan napas. "Lain kali belilah di toko sebelahnya, meski kecil di sana rasanya lebih enak. Kamu harus ingat-ingat rasa kopi yang kamu minum sekarang agar besok bisa kamu bandingkan dengan toko satunya." Ia kembali meneguk kopi di tangannya. "Ah, memang salahku sih tidak memberitahumu harus membeli di mana," imbuhnya. Ia mengacak rambutnya dan meletakkan gelas kopi itu di meja.

"Ho! Ada apa ini! Kenapa Rery yang selalu dingin sekarang banyak bicara?" Levin tertawa. "Aku yakin, kalian pasti punya hubungan kan?" Pria yang terus penasaran itu mulai bangkit dari duduknya, ia pun mendekati dua orang yang tengah duduk di sofa.

"Tugas keduamu hari ini, usir pria ini keluar!" Rery menoleh ke arah Grizelle.

"Eh?"

"Ayolah, sayangku, kenapa kamu tega seperti ini padaku," ucap Levin, ia menempel pada Rery dan membuatnya merasa kesal. Bahkan ia meminta untuk kedua kalinya pada Grizelle agar pria itu diusir secepatnya.

Tidak ingin menolak permintaan sang idola, Grizelle segera bangkit dari duduknya. Ia berjalan memutar dan mendekat ke arah Levin. Sejenak ia diam saja, hingga kedua pria itu memperhatikan tindakan Grizelle. Setelahnya, ia meminta maaf pada Levin dan menarik tangannya sekuat tenaga. Begitu berhasil menjauh dari Rery, wanita itu mendorongnya dan segera menuntunnya keluar.

Rengekan dari Levin terus terdengar hingga ia keluar dan Grizelle menutup pintunya dengan kencang. Melihat hal itu Rery tertawa terbahak-bahak, sedangkan suara Levin masih terdengar mengomel di balik pintu.

"Wah, aku sangat suka tindakanmu, tidak salah aku mempekerjakan orang!" Rery terus saja tertawa, terlihat jelas bahwa ia sangat puas dengan apa yang Grizelle lakukan.

Grizelel yang merasa senang mendengar pujian sang idola, mencoba menutupi wajahnya yang tersipu dengan meneguk kembali kopi miliknya.

"Oiya, aku akan tidur sebentar, entah kenapa aku masih saja mengantuk. Kamu terserah mau melakukan apa, tidak lama lagi Kakak pasti datang," ucap Rery. Ia segera berbaring di sofa. "Oiya, lakukan apapun, selama itu di ruangan ini. Jangan pergi keluar!"

"Ba-baik Bos!" Grizelle yang tengah berdiri menatap sang idola yang mulai terpejam. Sebenarnya ia tidak tahu harus berbuat apa di ruangan itu. Meski banyak barang-barang yang ingin dia sentuh, tetapi wanita itu tidak ingin membuat masalah karena ia tidak tahu mana yang bisa ia sentuh dan tidak.