Levin segera membuka pintu, saat pintu terbuka, terlihat jelas Rery yang sedang melakukan pemotretan. Namun, hal itu terpaksa dihentikan karena pria yang tengah duduk berpose langsung pergi begitu saja. Ia berjalan ke arah Grizelle dan Levin dengan tatapan tajam. Teriakan para staf dan manager juga terdengar sebagai pengiring langkahnya.
"Ayo istirahat dulu," teriak salah seorang staf. Semua mata menatap Rery, hal itu cukup membebani Grizelle karena ia merasa pemotretan harus berakhir karena kehadirannya. Namun, tidak dengan sosok tampan yang sedang berjalan mendekat. Ia tidak peduli dengan tatapan ataupun kata-kata orang lain. Dia mengabaikannya begitu saja seolah telinganya sedang tertutup dengan penyumbat.
"B-bos?" ucap Grizelle lirih.
"Kenapa kalian bisa berdua?" tanya Rery begitu langkahnya terhenti di hadapan Grizelle. Belum sampai ada jawaban, pria itu mendorong Levin keluar dan segera menutup pintu. Ia juga menarik tangan Grizelle dan membawanya ke kursi tempatnya beristirahat.
Rery duduk menatap Grizelle, sedangkan wanita itu masih berdiri di hadapan sang idola sembari memegang kopi yang ia beli.
"Kopi," ucap Rery singkat. Mendengar hal itu Grizelle spontan memberikan kopi yang sudah ia beli. "Kenapa kalian bisa bersama? Bukankah sudah kubilang kamu harus menjauh darinya? Apa aku harus benar-benar memecatmu?"
Wajah Grizelle pucat. Ia merasa tidak nyaman dimarahi di hadapan banyak orang. Meski orang-orang di sekelilingnya tidak ada yang berani menatap mereka, tetapi ia yakin pasti suara idolanya terdengar di semua telinga di ruangan itu.
"Ja-jangan pecat, Bos! Itu tidak sengaja sungguh!" Grizelle menatap Rery dengan mata yang berkaca-kaca. Karena tidak tega, pria itu pun memberikan kesempatan Grizelle untuk menjelaskan.
Dengan cepat Grizelle memberitahu Rery bahwa mereka tidak sengaja bertemu dan Levin memberitahunya tempat pemotretan itu karena ia tidak tahu harus mencari idolanya di mana.
"Bukankah aku sudah menunjukkan tempat ini? Dan lagi ... bukankah kamu bisa menghubungiku atau Kakak?" Rery benar-benar terlihat kesal. Ia tidak ingin tahu apapun alasannya, yang dia tahu hanya Grizelle datang bersama Levin dan dia tidak menyukainya.
"Ponselku kan ada di sini, Bos," jawab Grizelle, wanita itu menundukkan kepala sembari sedikit melirik ke arah pria di hadapannya.
"Sudahlah tidak usah diperpanjang, lagi pula tidak ada gunanya juga mengatakan itu padamu—"
"Mengatakan apa, Bos?" tanya Grizelle memotong perkataan Rery.
Bukannya menjawab, pria itu justru meminta Grizelle mengambil air mineral yang ada di sudut ruangan. Tanpa banyak bertanya, Grizelle pun bergegas karena tidak ingin idolanya marah lagi.
"Ah, apa aku sudah gila, apa aku sedang cemburu? Kenapa kesal sekali melihat mereka bersama," ucap Rery, ia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
Berbeda dengan Rery yang kesal karena dirinya sendiri, selama berjalan menuju sudut ruangan Grizelle terus memaki dan menggurutu. Dia merasa kesal dan heran akan tingkah idolanya.
"Untuk apa marah-marah? Memangnya apa masalahnya jika ada orang yang membantuku? Apa hal spele seperti itu harus dijadikan masalah?" ucap Grizelle. Dia pun menunjukkan ekspresi kesal pada dinding di hadapannya, karena wanita itu enggan menunjukkan ekspresi itu pada atasannya.
"Tapi omong-omong, Bo tampan sekali. Satu anting di telinga kanannya, pakaian hitam berpadu putih itu ... dan rambut yang ditata ke belakang menunjukkan dahinya yang putih itu. Kyaa! Apa ini berkah di balik kemalanganku?" ucap Grizelle setelah puas menggerutu, ia juga sedikit berbalik untuk melirik sang idola.
Setelah istirahat beberapa menit, pemotretan kembali dilangsungkan. Grizelle berdiri di samping manager sembari menatap Rery tanpa berkedip. Saat ini rasa senang benar-benar menyelimuti dirinya. Bisa melihat langsung kegiatan sang idola adalah keinginan terbesar semua fans.
"Apa Bo memang setampan itu?" gumam Grizelle tanpa berkedip.
"Apa?" Manager menoleh ke arah Grizelle.
Wanita itu pun terkejut dan langsung menjawab, "A-ada apa, Kak?" Ia juga bertingkah seolah tidak ada apapun yang terjadi meski dalam hatinya terus bertanya-tanya apakah manager mendengar kata-katanya.
"Ah, tidak ada apa-apa, sepertinya hanya salah dengar."
Setelah kalimat itu, percakapan mereka tidak lagi berlanjut. Keduanya kembali mengamati Rery yang tengah sibuk berpose dengan iringan cahaya yang membuat pria itu semakin bersinar.
Begitu sesi pemotretan selesai, Grizelle, Rery, serta manager kembali ke ruangan sang idola. Baru saja duduk, manager meminta Rery untuk segera bersiap sepuluh menit kemudian. Setelah mengatakan hal itu manager pun keluar dan meninggalkan pria serta wanita itu.
"Sepuluh menit? Apa ini tidak terlalu singkat, Bos?" tanya Grizelle. Ia masih terkejut, meski orang yang mengatakan hal itu sudah pergi keluar.
"Memangnya kenapa? Bukankah cukup lama?" Rery yang tengah memainkan ponsel hanya menjawab tanpa menatap.
"Cu-cukup lama? Apa istirahat kalian memang sesingkat ini?" gumam Grizelle. Ia yang hanya berdiri memperhatikan saja merasa kesal, tidak terbayangkan di benaknya bagaimana lelahnya orang yang menjalani langsung.
Sepuluh menit berlalu, Grizelle dan Rery kembali melangkah ke ruangan sebelumnya untuk kembali melakukan pemotretan. Betapa terkejutnya Grizelle saat masuk, meski tempatnya masih sama, tetapi ia terkejut dengan bagian pemotretan yang tidak sepolos tadi. Kini ada sofa di tengah background putih yang sebelumnya kosong.
Rery kembali dimake up oleh tim rias, Grizelle juga tidak lagi senggang. Ia harus ke sana kemari mengambilkan sepatu dan beberapa perlengkapan lain. Bahkan wanita itu belum sampai menarik napas, tetapi perintah untuknya terus berdatangan.
"Huh, aku merasa hari-hari damaiku sudah berakhir," ucapnya di sela-sela kesibukan.
Setelah Rery berganti pakaian, lagi-lagi tampilannya membuat Grizelle terkesima. Aura yang terpacar juga berbeda dengan sebelumnya meski tidak kalah bersinar. Kini ia berdandan layaknya anak sekolahan. Meski umurnya sudah cukup dewasa, tetapi wajahnya benar-benar tidak kalah muda dari para pelajar.
Suara kamera terus berbunyi begitu Rery sudah mulai berpose di sofa. Beberapa properti pendukung juga tidak menganggur karena pria itu dapat memanfaatkan yang ada di sekitarnya dengan baik.
"Minum," ucap Rery di tengah-tengah sesi pemotretan.
Saat itu juga kameramen dan beberapa kru mulai diam dan meregangkan tubuh. Grizelle yang menyadari hal itu segera berlari ke arah Rery sambil membawa sebotol air mineral. Ia juga mengusap keringat idolanya yang ada di bagian pelipis.
"Bro! Apa kamu tidak melihat mereka tampak cocok? Asisten itu benar-benar terlihat seperti model," ucap salah seorang kru saat Grizelle melangkah menjauhi Rery.
Pria berseragam yang mendengar kata-kata itu tersenyum. Ia merasa senang ada yang mengatakannya cocok dengan Grizelle.
"Memang cantik." Senyum Rery semakin merekah saat melihat ke arah Grizelle. "Sepertinya suatu saat memang aku harus membuatnya menjadi model dan kita harus berpose bersama di depan kamera."
Khayalan Rery terhenti saat ia diminta untuk kembali bersiap.