Chereads / My Idol is My Illusion / Chapter 27 - Perhatian Kecil Rery

Chapter 27 - Perhatian Kecil Rery

"Fyuh lelah sekali. Sepertinya aku terlalu lama berlibur," ucap Rery begitu ia kembali ke ruangannya.

"Bukankah itu yang selalu kamu inginkan?" timpal manager.

Saat kedua pria itu sedang sibuk berbincang, Grizelle berdiri di dekat pintu sembari memukul-mukul pundaknya. Rery yang sadar akan tingkah wanita itu hanya menatapnya beberapa saat dan kembali hanyut dalam obrolan bersama manager.

Setelah tidak ada jadwal lagi, waktu yang sudah menunjukkan sore hari pun membuat Rery ingin segera pulang. Manager yang mendengarnya mengijinkannya untuk segera kembali ke apartemen. Pria itu juga berniat untuk mengantar keduanya, tetapi lagi-lagi Rery menolak.

Meski kemanapun dia harus didampingi, tetapi pria keras kepala itu selalu saja ingin kemanapun sendiri. Ia selalu meyakinkan managernya bahwa semua akan baik-baik saja. Terlebih lagi itu hanya kembali ke apartemen tanpa harus pergi kemanapun terlebih dahulu.

"Ya sudahlah, kamu memang seperti itu. Tapi ingat, aku hanya mengijinkanmu berkendara sendiri jika perjalanan pulang. Kamu tahu kan kamu ini siapa?" ucap Manager.

"Sudahlah, Kak. Kakak tenang saja, lagi pula aku selalu keluar dengan tertutup." Pria yang tengah berdiri dan sudah mengenakan jaket, topi, serta masker segera berjalan ke arah pintu sembari melambai kepada manager. "Ayo, Grizelle. Kita akan segera bertemu dengan surga dunia!"

Setelah Rery keluar, Grizelle segera mengambil tasnya dan bergegas pamit kepada manager. Wanita itu juga bergegas keluar dan menyusul Rery yang sudah berjalan cukup jauh.

Kini mereka sudah masuk mobil dan siap untuk berkendara. Karena suasana terasa canggung bagi Rery. Pria itu memulai obrolan tanpa melihat ke arah lawan bicaranya. Namun, menyadari tidak ada tanggapan, Rery pun menoleh. Ia melihat wanita yang tengah terpejam sedang mendekap tas sembari bersandar di mobil.

"Hah, gadis ini. Apa dia sudah lelah baru segitu saja? Padahal ini masih belum apa-apa," ucap Rery. Ia segera menepikan mobilnya.

Pria yang sudah melepas topi serta maskernya, berbalik ke kursi belakang. Ia mengambil selimut yang ada di sana dan segera menggunakannya untuk menyelimuti tubuh Grizelle.

"Jangan salah paham, aku hanya tidak ingin mematikan ac dan tidak ingin membuat orang lain sakit karena kedinginan," kata Rery meski tidak ada yang menjawabnya.

Mobil yang sempat terhenti kini kembali melaju. Di tengah keramaian yang masih cukup jauh dari apartemen Rery, wanita yang sempat terpejam kini membuka matanya. Ia pun dengan spontan segera membenarkan posisi duduknya, membuat selimut yang ia gunakan terjatuh.

"Eh?" Grizelle segera mengambilnya dan menatap selimut itu.

Rery yang menyadari bahwa gadis di sampingnya sudah bangun hanya menoleh sejenak kemudian fokus kembali menatap ke depan. Karena bagaimanapun jalanan yang cukup ramai membuatnya harus lebih berhati-hati. Meski alasan sebenarnya ia tidak tahu harus menjawab apa jika wanita di sampingnya bertanya.

Berbeda dengan kekhawatiran tidak berdasar itu, Grizelle justru kembali menggunakan selimut itu meski matanya tidak lagi tepejam.

"Pinjam ya Bos, rasanya dingin," ucapnya sembari menggenggam erat selimut berwarna abu-abu itu.

"Pakai saja, tapi kamu harus mencucinya setelah itu," jawab Rery.

"Heh! Biasanya memang aku yang mencuci."

Suasana kembali hening. Perjalanan hingga ke apartemen pun berlangsung dengan tenang.

Setelah tiba, Grizelle menyalakan lampu, sedangkan Rery segera duduk di sofa dan bersandar sembari mengembuskan napas panjang.

"Apa kamu lelah?" tanya Rery saat Grizelle hendak membuka pintu kamarnya.

"Ah, lumayan Bos, ada apa?" Grizelle menoleh, meski tangannya masih memegang gagang pintu.

"Terus biasakan dirimu, karena ini belum ada apa-apanya." Rery membenarkan posisi duduknya. Ia menatap wanita yang tengah berdiri sembari membawa selimut yang harus dicucinya. "Apa kamu merindukan apartemen kecil itu?" tanya Rery lagi.

Grizelle mengangguk. Wanita itu pun sejenak menundukkan kepala dan kembali menatap Rery sembari berkata, "Tapi tidak masalah Bos, di sini juga sangat nyaman. Ya, meski ini baru hari keduaku di sini."

Setelah mendengar jawaban itu, Rery sadar bahwa Grizelle hanya menenangkan diri dengan jawabannya. Pria yang sudah menyadari perasaannya tidak ingin wanita yang ia sukai merasa tidak nyaman. Terlebih lagi sebenarnya pria itu tidak tega saat melihat Grizelle memukul-mukul bahunya tadi.

Waktu yang cukup lama mereka habiskan bersama, membuat perasaan yang tidak ada mulai muncul dengan sendirinya. Benar apa yang dikatakan orang-orang, bahwa cinta bisa datang dari kebiasaan.

Niat awal yang hanya ingin membantu Grizelle mendapatkan pekerjaan, serta membantunya agar tidak membersihkan rumah. Membuat keduanya sering bertemu, menghabiskan waktu bersama, bahkan kejadian-kejadian tidak terduga juga kerap menghiasi hari-hari mereka. Hal itu yang membuat Rery tanpa sadar tidak ingin jauh dari wanita bak seorang model itu. Bahkan kini muncul perasaan ingin membuatnya terus bahagia.

Kini pria yang sudah berdiri di depan wanita cantik berambut panjang itu segera berkata, "Apa kamu mau menginap di sana satu hari saja?"

Tatapan bahagia segera tergambar di wajah Grizelle. "Be-benarkan Bos? Apa bisa?"

Perasaan antusias itu membuat Rery merasa senang serta lega. Dia merasa perasaan bahagia yang Grizelle rasakan, seolah dapat menyatu dengan perasaannya sendiri.

"Bisa sih, tapi—."

"Tapi apa, Bos?"

"Apa kamu bisa mengurangi kebiasaan menyela itu?" tanya Rery. Ia menatap Grizelle dengan dekat. Membuat lawan bicaranya diam bukan hanya karena kata-katanya, tetapi karena wajah mereka yang berjarak tidak sampai sepuluh sentimeter. "Bisa sih, tapi mungkin akhir pekan. Itu pun hanya sehari sebelum aktivitasku kembali padat."

"Tidak masalah, asyik! Janji ya Bos akhir pekan ini kita ke sana." Grizelle yang terlihat bahagia membuat Rery tidak bisa berkata-kata. Pria itu hanya mengangguk sembari menahan senyuman yang hendak keluar.

Kini Grizelle segera masuk ke kamarnya, Rery pun mulai mengeluarkan senyuman yang ia tahan. "Gadis bodoh. Hanya begitu saja senang sekali," ucap Rery sembari melangkah menuju kamarnya.

Setelah selesai membersihkan diri, Rery mulai berbaring. Ia menutup dahinya dengan lengan sembari membayangkan tingkah Grizelle.

"Apa aku benar-benar menyukainya? Rasanya tidak mungkin," gumamnya. "Tapi ... aku tidak suka pria itu mendekatinya," ucapnya. Ia pun segera bangkit dari tidurnya dan mengambil posisi duduk.

Rery berencana memperhatikan Grizelle lebih dalam lagi. Meski menyadari bahwa ia menyukai wanita itu, tetapi dia ingin lebih meyakinkan dirinya sendiri.

"Kira-kira dia sedang apa ya?" Keingintahuan Rery itu sama halnya dengan apa yang Grizelle tanyakan.

Wanita yang tengah duduk termenung menatap dinding yang menjadi penyekat antara dia dan idolanya. Grizelle dalam rasa lelahnya ingin mengetahui apa yang dilakukan sang idola. Suasana yang sangat hening, membuat wanita itu berpikir idolanya sudah terlelap meski hal itu tidak mungkin karena malam baru saja tiba.

Ceklek!

Pintu terbuka.