Chereads / My Idol is My Illusion / Chapter 28 - Tanpa Tujuan

Chapter 28 - Tanpa Tujuan

Sosok Rery segera terlihat begitu pintu kamar Grizelle terbuka. Pria yang langsung membuka daun pintu itu tanpa mengetuk, membuat wanita yang tengah duduk di tempat tidur terkejut dan langsung berteriak serta melempar bantal di sampingnya.

Grizelle langsung melontarkan makian dan meminta idolanya untuk mengetuk pintu terlebih dahulu sebelum masuk. Ia menegaskan bagaimanapun juga dirinya adalah seorang wanita dan rasanya aneh jika ada pria yang tiba-tiba masuk ke kamarnya.

Menyadari dirinya salah, Rery segera meminta maaf. Namun, ia kemudian membalas makian Grizelle, dia tidak menyangka wanita yang tampak anggun itu dapat berkata kasar dan membuatnya terkejut.

"Ekhem! Maaf Bos itu tadi kelepasan," ucap Grizelle. Ia menggaruk kepalanya dan memperlihatkan sedikit ekspresi bersalah.

"Hah, padahal aku berniat mengajakmu keluar, tapi karena makianmu hatiku merasa terluka." Rery mengusap ujung matanya meski tidak ada air mata yang menetes.

"Sudahlah Bos jangan drama di hadapanku!" Grizelle menatap kesal pria yang masih berdiri di pintu. "Lalu ... apa Bos jadi mengajakku keluar?"

"Hah, baiklah. Karena aku ini memang pria yang baik. Sudah, segera ganti pakaianmu!" Rery menutup pintu dan segera menghilang dari ruang pandang Grizelle.

Saat Grizelle sudah siap, ia segera keluar dari kamarnya dan menuju ke ruang tamu. Namun, tidak ada sosok Rery di tempatnya berdiri saat ini. Dia pikir, idolanya juga tengah bersiap, maka dari itu wanita yang mengenakan celana panjang dan sweater duduk diam menunggu sang idola.

Lima menit berlalu, sang idola masih belum muncul dan menghiasi ruang pandang Grizelle. Karena tidak ingin digantung, wanita itu memutuskan untuk mengetuk pintu kamar Rery.

"Iya-iya sabarlah sebentar saja!" teriak Rery dari dalam.

"Huh, padahal aku tidak mengatakan apapun dan hanya mengetuk pintu," gumam Grizelle. Wanita itu kembali duduk dan menunggu idolanya yang tidak ia ketahui sedang apa.

Setelah menunggu sekitar sepuluh menit, Rery keluar dengan tampilan yang sama seperti saat ia kembali dari perusahaan.

"Bos! Kenapa lama sekali!" Grizelle segera bangkit dari duduknya. Ia menyilangkan kedua tangannya dan mengomel tiada henti pada idolanya.

Pria yang baru saja keluar itu tidak menjawab, ia hanya meminta Grizelle untuk segera mengikutinya.

Begitu naik lift, Rery segera menekan tombol satu, yang berarti mereka akan turun ke lantai terakhir gedung itu.

"Loh Bos? Kenapa ke lantai satu? Bukankah parkiran ada di basement?" Grizelle bingung, ia menatap sang idola dengan penuh tanda tanya.

"Memangnya siapa yang mau pakai mobil? Kita jalan!" jawab Rery tegas.

Grizelle tidak menjawab, ia hanya bertanya-tanya dalam hati kemana mereka akan pergi dengan berjalan kaki.

Setelah berada di luar bangunan, keduanya segera berjalan berdampingan melewati samping apartemen. Mereka terus berjalan di bawah langit malam yang tampak cerah. Selain bintang, bulan yang tengah membagi sinarnya membuat perjalanan keduanya dipenuhi dengan cahaya terang. Desiran angin juga bertiup hingga menggoyangkan ranting-ranting pohon yang mereka lewati.

"Wah, enak juga ya jalan-jalan malam begini." Grizelle melangkah sembari menatap langit, ia juga terus tersenyum karena suasana yang menenangkan. Jauh dari keramaian dan ditemani oleh sang idola.

"Apa kamu menyukainya? Kita bisa sering-sering jalan begini," sahut Rery.

"A-apa? Sering? Maaf Bos, aku menolaknya!" Langkah Grizelle terhenti, dia menatap idolanya yang juga menghentikan langkah.

Wajah Rery tampak bertanya-tanya, ia merasa bingung, wanita yang berkata menikmati suasana seperti ini justru menolak saat diajak melakukan hal itu lebih sering lagi.

"Kenapa?" tanya Rery singkat.

"Bos, ini saja kita mau kemana tidak jelas. Hari-hariku selanjutnya juga pasti akan sangat sibuk bukan? Pasti capek kan? Terus ... Bos mau jalan-jalan tidak berguna seperti ini? Ayolah Bos tenagaku ini sangat mahal," ucap Grizelle serius. Kata-katanya itu membuat Rery tercengan.

"Ha, bukankah harusnya aku yang mengatakan dialog itu? Yang sibuk itu aku atau kamu?" Rery mengacungkan cari telunjuknya tepat di wajah Grizelle.

Wanita itu berdehem. "Ya, meski begitu, jika Bos sibuk aku juga pasti sibuk bukan?" Grizelle mengalihkan pandangan meski matanya sedikit melirik ke arah Rery.

Rery kembali melangkah, membuat wanita yang masih diam di tempat terpaksa menyusul. Sebenarnya pria itu tidak memiliki tujuan, dia hanya ingin menghabiskan lebih banyak waktu bersama Grizelle dan memastikan bagaimana perasaan ia miliki.

Grizelle yang tertinggal segera menyusul sembari mengoceh. Rery yang sudah berada jauh di depan semakin mempercepat langkahnya. Ia tersenyum, senyum yang awalnya hanya menaikkan ujung bibirnya, kini menjadi senyum merekah karena mendengar kata-kata yang keluar dari bibir Grizelle.

'Rupanya membuat gadis itu kesal benar-benar menyenangkan.'

Setelah tiba di ujung jalan, Grizelle akhirnya bisa menghampiri Rery yang justru berlari meninggalkannya.

"Apa Bos gila? Kenapa malam-malam lari-lari? Apa kita keluar untuk olahraga?" Grizelle yang terengah-engah mulai mengeluarkan apa yang ada di pikirannya.

"Ternyata selama ini kamu menganggapku gila?" Rery berdiri tegap di hadapan wanita yang tengah membungkuk membentuk sudut sembilan puluh derajat.

"Ekhem! A-anu Bos ... bukan begitu," ucap Grizelle. Ia segera bangkit dan memiringkan kepala sembari telunjuknya menggosok hidung. "Tapi Bos, sebenarnya kita ini mau kemana?" tanyanya. Ia berusaha mengalihkan pembicaraan yang akan menyudutkan dirinya sendiri.

Rery akhirnya memberitahu wanita itu bahwa ia tidak memiliki tujuan. Dia mengungkapkan bahwa dirinya sedang bosan dan ingin menghirup udara segar. Belum sampai pria itu melanjutkan kalimatnya, Grizelle segera menarik napas panjang dan tampak jelas bahwa ia akan segera mengomel. Namun, tidak, dia justru tersenyum sembari berkata, "Apa Bos sedang mempermainkanku?"

Sikapnya yang seperti itu justru membuat Rery takut. Pria itu pun mencoba mengalihkan fokusnya dengan menoleh ke sana kemari untuk mencari sesuatu yang bisa dijadikan alasan.

"Ah itu! Ayo beli itu! Kamu pasti lapar bukan?" Rery menunjuk penjual yang sedang duduk di bawah pohon besar. Dia segera melangkah dengan cepat, membuat Grizelle lagi-lagi harus mengikutinya dengan berlari ringan.

Begitu keduanya tiba di tujuan, Rery segera memesan dua porsi nasi rebus yang nenek itu jual. Penggemar dan idolanya pun duduk di kursi yang di sediakan.

Selain mereka ada dua pasangan dan satu pria yang tengah menyantap menu yang dijual. Mereka tampak menikmati makanan serta suasana yang terjalin di antara keduanya.

'Wah, andai aku dan gadis ini bisa romantis seperti itu juga. Saling suap ....'

"Bos! Kenapa Bos melihat mereka? Bos sudah sangat lapar ya? Sama!" Grizelle mengira pria di sampingnya sedang melihat orang-orang menyantap makanan, padahal apa yang sebenarnya Rery lihat sangat jauh dari dugaan Grizelle.

"Sudah diam dan tunggu saja makanan kita tiba!" Rery kesal Grizelle tidak memahami situasi, meski ia juga tidak bisa menuntut hal itu karena mereka memang tidak sedang menjalin hubungan yang bisa melakukan hal romantis layaknya pasangan.