Semua seolah menghilang dari pandangan Gina, Gerald, Dinda, Alder dan juga Vian seolah-olah tidak nampak di mata Gina yang berdiri sendiri depan Mading sekolah.
Tatapannya tertuju pada puisi indah karya dari seorang gadis yang tak lama ini cukup membuat heboh satu sekolah karena kepindahannya yang tiba-tiba apalagi sudah hampir semester akhir.
"Berbakat," gumamnya kemudian tersenyum tipis.
Gina memundurkan langkahnya lalu pergi dari mading tersebut untuk kesuatu tempat yang belakangan ini membuatnya nyaman tanpa hadirnya orang-orang yang dulu sering berada di dekatnya.
'lo sekarang sendiri Gin, nggak ada yang bisa temenin Lo lagi, orang-orang udah lupain lo.' batinnya.
Berbeda dengan keempat orang yang duduk manis di kantin sambil ngobrol ria.
"Eh Ger, gue mau nanya dong," ujar Rahel baru bersuara.
Gerald yang tadi asik memandagi wajah Yuni dari samping langsung tersentak dan menoleh pada Rahel yang menatapnya dingin.
"Apa?"