Seperti perumpamaan, Gina itu seperti besi yang lama-lama terkena air dan tanah akan berkarat, dan Gina juga seperti batu karang yang ada di pantai, jika terus-menerus di dihantam ombak akan terkikis.
Kini gadis itu tengah berada di taman yang tak jauh dari rumahnya. Ia sendiri sambil mendengarkan musik menggunakan earphone yang menyumpal kedua telinganya.
Gina saat ini ingin sendiri, ia ingin menenangkan dirinya yang sangat-sangat kacau apalagi pikirannya yang sangat jenuh memikirkan bagaimana cara mendapatkan Gerald dalam semalam. Ah lupakan! Tidak mungkin juga.
Gadis itu menutup kedua matanya menikmati angin sore dan alunan musik kesukaannya.
"Sendiri aja neng!" ujar seseorang tiba-tiba membuat Gina terkaget bahkan hampir lompat.
Ia memegang dadanya yang berdetak cepat, gadis itu menatap tajam pada orang yang telah berani mengagetkannya.
"Rese banget sih Lo?!" ketusnya.
Sedangkan orang itu hanya menyengir kuda lalu duduk disebelah Gina.
"Ya maap, lagian ngapain sih sore-sore gini Lo ke taman, gak takut setan?" tanyanya sambil terkekeh kecil.
"Gue gak takut setan, bahkan setannya aja udah duduk disebelah gue," sindir Gina tajam.
Rama tertawa ngakak, Gina memang gadis yang sangat lucu. Ketika berada didekat gadis ini ia merasa Gina berbeda dengan cewek-cewek yang pernah ia temui.
"Lo lucu banget sih Gin..." Geramnya sambil mencubit kedua pipi gadis itu.
Plak!
Gina memukul tangan jahil Rama yang sangat suka sekali mencubit pipinya gemas.
"Sakit bego!" umpatnya.
Bukannya marah malah Rama semakin dibuat gemas oleh tingkah laku Gina yang selalu menggemaskan dimata cowok itu. Udah mungil pendek, rambut panjang hitam, bola mata yang tidak begitu bulat, hidung kecil mancung, pipi tembem bakpau, dan bibir kecil yang sangat suka sekali mengoceh.
"Iya iya maaf," kata Rama sambil mengusap pucuk rambut Gina.
Gadis itu menatap malas Rama, cowok ini sangatlah menyebalkan tapi meskipun begitu, Gina sangat senang ketika ia sedih cowok ini selalu ada untuk menghiburnya.
"Lo ngapain disini? Udah malem loh Gin, gak baik anak perawan bengong disini sendirian," nasehat Rama namun ditertawakan oleh Gina.
"Suka-suka gue lah, emangnya kenapa kalo gue sendiri disini? Lagian jarak dari rumah gue juga deket bangat," ujar Gina masih dengan sisa-sisa tawanya.
"Ya gak baik aja, nanti orang nyulik Lo gimana? Mau jauh atau gak jauhnya dari rumah, kita gak bakal tau kedepannya apa yang menimpa kita," jelas Rama bijak.
"Caelah! Siapa juga yang bakal nyulik gue?" cibir Gina tidak mendengarkan ucapan cowok itu.
"Gue Gin, gue yang bakal culik Lo! Susah ngomong sama bocah! Bawaannya pengen nyekik!" sahut Rama menatap Gina malas, cowok itu bangkit berdiri hendak pergi.
"Eh mau kemana?!" tanya gadis itu.
"Balik! Ntar kalo lama-lama disini gue diculik tante Kunti," jawab Rama menakut-nakuti Gina.
"Tante kunti nya gak minat Ram, soalnya Lo nyebelin! Udah nyebelin jelek lagi!" hina Gina sambil tertawa.
"Hina aja terus gue! Hina sampe puas!" ambek Rama lalu benar-benar pergi.
"Aelah ngambekan banget tuh anak!" celetuk Gina menatap kepergian Rama yang entah kemana dengan motor besarnya. Asumsi Gina pasti cowok itu tadi hendak pergi, tapi tidak sengaja melihatnya sendirian disini.
***
"PERGI KE PASAR MEMBELI BUKU!"
"CAKEP!"
"BELI BUKU HARGANYA SERIBU!"
"CAKEP!"
"KALO KAMU CINTA PADAKU!"
"BILANG SAJA I LOVE YOU!"
"EEAAAAAA!!!"
Alder berpantun dengan pede di kantin dan di sahut kompak oleh siswa-siswi yang lain.
"Lagi dong Al!" ujar Toto sekelas dengan Alder.
"WOKE!" sahut Alder.
"EKHM! EKHM! SEBELUM ITU GUE MAU PANTUNIN SESEORANG DISINI," ujar Alder berteriak.
"MEL!" panggilnya pada salah satu gadis yang duduk dimeja tak jauh dari posisinya.
Gadis itu hanya mengangkat dagunya seolah berkata 'apa.'
"GUE ADA PANTUN BUAT LO!" kata Alder lalu mendapat siulan dari siswa laki-laki.
"JALAN MUNDUR NABRAK TUKANG JAMU!"
"CAKEP!" sahut yang lain, sedangkan Melly diam dengan rona merah di pipinya malu.
"AKU GAK BISA TIDUR KEINGET KAMU!"
"ASEK! EAAAAA...." seru mereka membuat suasana kantin semakin heboh, sementara Melly benar-benar malu.
"ADA LAGI GAK AL?!" tanya Fikri sengaja berteriak padahal cowok itu mejanya bersebelahan dengan meja Alder dkk.
"Ada dong!"
"LANJUT!" seru yang lain
"BELI BUKU ISINYA TEBAL,"
"CAKEP!"
"HABIS ITU BELI PAKU!"
"CAKEP!"
"INI SERIUS BUKAN GOMBAL! MAU GAK JADI PACAR AKU?"
Benar-benar gombalan buaya! Alder adalah rajanya, cowok itu meskipun banyak pacar masih saja menggombali cewek lain.
Tawa penghuni kantin sudah tidak bisa dikondisikan lagi, pasalnya semua ngakak karena gombalan receh Alder.
Cowok itu pun kembali duduk di kursinya, Vian, lelaki itu menatap temannya malas, "baru aja putus udah nyari cewek lagi aja Lo," cibirnya.
"Oh harus! Kalo jomblo bukan Alder namanya," ujar cowok itu bangga.
Vian berdecih, "bisa gak sih Lo setia sama satu cewek aja Al?" tanyanya.
Alder melirik Vian sekilas lalu menyeruput jus jeruknya.
"Bisa, cuma ya belum nemu yang pas aja gitu," kata Alder santai.
"Buaya kayak Lo mana cukup sih satu!" sindir Vian lalu diacungi jempol oleh Alder.
"Nah itu tau!" katanya.
Sedangkan Gerald geleng-geleng saja, cowok itu tidak niat bersuara, pasalnya percuma saja ia bertanya ataupun menasehati Alder, cowok itu tidak akan pernah mau mendengarkannya.
"Ger!" Panggil Alder.
"Apa?" sahutnya.
"Lo suka sadar gak sih kalo Lo sering dilirik sama Gina?" tanya Alder.
Gerald menggeleng, "nggak, kenapa?"
"Lah malah nanya dia! Lo bener-bener cowok gak peka banget ya! Kapan Lo sadar woe! Noh Gina dari dulu suka liatin Lo dari jauh! Ya Allah Ger! Ger!" Alder tidak habis fikir dengan sahabatnya satu ini, sangat tidak peka sekali bung...
"Selama Gina ngejar-ngejar Lo ada rasa gak sih Lo sama tuh cewek?" tanyanya lagi.
Gerald menggeleng, beh kalo Gina lihat dan dengar ini pasti sakit hati.
Alder menghela nafas kasar, "kalo gue jadi Gina udah nyerah gue asli! Apalagi cowok yang di kejar nya itu modelannya kayak Lo, udah kaku, gak peka lagi!" cibirnya.
Sedangkan Gina yang masih menatap Gerald dari posisi mejanya hanya diam, ia harus membuat keputusan sekarang sebelum semuanya terlambat. Gadis itu sendiri tidak ditemani oleh Dinda dan juga Riri.
Gadis itu beranjak dari kursinya dan langsung menghampiri Gerald dan kedua sahabatnya.
"Ger, gue mau ngomong," kata Gina dengan ekspresi lesu dan tidak bersemangat seperti biasanya.
"Apa?" tanya Gerald cuek.
Alder dan Vian hanya menggeleng tanpa protes kali ini.
"Gue nyerah," dua kata satu kalimat pendek mampu membuat ketiga cowok itu bungkam dan kaget.
Sedetik kemudian Gerald merespon pendek, "oh," katanya.
Gina menghela nafas dan mencoba untuk tersenyum, "makasih udah buat gue belajar caranya berjuang, dan makasih juga udah buat gue belajar cara menerima rasa sakit dengan ikhlas," pungkas gadis itu lalu pergi tanpa pamit.
Vian dan Alder cengo, keduanya kemudian menatap Gerald dengan tatapan membunuh.
"Nah kan baru aja dibilangin! Gue bener-bener berharap Lo nyesel Ger! Cewek tulus kayak Gina Lo sia-siain gitu aja!" tambah Alder lalu bangkit berdiri dan pergi keluar kantin.
Sementara Vian menggeleng-gelengkan kepalanya, "gue kecewa sama Lo Ger, gue emang selalu ingetin Lo buat nggak jatuh cinta sama Gina karena Lo emang udah punya tunangan, tapi cara Lo ngerespon Gina tadi mengajarkan gue juga kalo yang benar-benar tulus selalu disia-siakan," tambah Vian juga lalu pergi menyusul Alder dan meninggalkan Gerald yang hanya diam membisu.