Zaskia masih duduk bersimpuh di pemakaman suaminya yang sudah sepi. Bunga-bunga bertabur di atas gundukan tanah yang masih basah. Sebuah batu nisan berdiri kokoh dengan sebuah ukiran nama Marvel Antonio seorang Pendeta yang cukup terkenal di kota C.
"Kiya... kita harus pulang, kamu jangan seperti ini. Ingat apa yang di katakan Romo, kita harus kuat menerima semua ujian ini." ucap Cicilia Maminya Marvel Antonio.
"Aku tidak bisa menerima semua ini Mami, aku sudah tidak punya siapa-siapa lagi selain Marvel." ucap Zaskia dengan airmata yang tak berhenti mengalir di pipinya.
"Masih ada Mami dan Papi, Kiya. Kamu harus bangkit masih banyak tugas yang harus kamu selesaikan. Saat ini, pekerjaan Marvel di Gereja dan perusahaan milik Marvel sudah menunggu tidak ada lagi yang bisa mengurus selain kamu Kiya." ucap Cicilia dengan tatapan sedih.
"Aku tidak bisa Mami, Mami tahu sendiri kalau aku tidak terlalu aktif di gereja seperti Marvel. Dan aku juga tidak tahu bagaimana cara mengelola perusahaan? bagaimana aku bisa melakukan itu semua?" tanya Zaskia di sela-sela isak tangisnya.
"Kamu harus belajar mulai dari sekarang. Kamu harus menjadi wanita yang tangguh dan mandiri. Mami dan Papi tidak bisa di terus di sini kan Kiya?" ucap Cicilia dengan perasaan sedih karena harus meninggalkan Zaskia sendirian.
"Apa Papi dan Mami tidak bisa tinggal di sini selamanya?" tanya Zaskia benar-benar merasa sendiri tanpa ada yang menemani.
"Apa yang bisa kita lakukan Kiya? keluarga Papi dan Mami di sana semua. Kita masih warga Ceko Kiya? apalagi Papi kamu banyak tugas di sana." ucap Cicilia sambil mengusap bahu Zaskia agar sabar menghadapi semuanya.
"Jadi, kapan Mami dan Papi akan kembali ke Ceko?" tanya Zaskia menahan tangis.
"Besok pagi Mami dan Papi akan kembali ke Ceko." ucap Cicilia menatap wajah Zaskia yang putih pucat.
Sudah tiga tahun lamanya Zaskia menikah dengan Marvel satu tahun hidup sangat bahagia, dan dua tahun hidup Zaskia menjalani ujian yang sangat berat karena harus merawat Marvel yang tiba-tiba mengalami kelumpuhan pada kedua kakinya dan kanker pada otaknya.
Dan selama satu bulan terakhir kondisi Marvel semakin menurun hingga tadi malam Marvel sudah tidak bisa bertahan hidup dan meninggal dalam pelukan Zaskia.
"Zaskia, kita pulang ya? kamu tidak bisa di sini terus." ucap Cicilia seraya bangun dari duduknya saat suaminya dua kali menghampirinya.
"Zaskia, Cicilia...cuaca semakin mendung dan gelap. Kita harus pulang sekarang." ucap Albert sambil mengulurkan tangannya pada Zaskia agar menuruti apa yang di katakannya.
Sambil melepas kacamata hitamnya Zaskia mengusap air matanya yang tersisa dan kembali memakai kacamatanya untuk menutupi matanya yang sembab.
Zaskia bangun dari duduknya dan mengikuti langkah kaki kedua orang tua Marvel.
"Zaskia, Papi dan Mami langsung ke gereja. Apa kamu mau ikut?" tanya Albert pada Zaskia saat di dalam mobil.
"Tidak Papi, aku tidak akan lagi ke gereja. Aku sangat kecewa pada Tuhan, aku sudah meminta sungguh-sungguh padaNya agar memberi kesembuhan pada Marvel tapi apa kenyataannya? Tuhan tidak mendengar doaku. Aku tidak percaya lagi pada Tuhan Papi, Tuhan telah berbuat tidak adil pada Marvel." ucap Zaskia menahan airmatanya agar tidak tumpah lagi.
"Zaskia jangan berpikir seperti itu, Tuhan sangat menyayangi Marvel. Dua tahun sudah hidup Marvel menderita, dan Tuhan telah membantunya untuk menghentikan rasa sakit itu. Semoga segala kesakitannya Marvel adalah penghapus dosa di masa hidupnya Marvel." ucap Albert dengan penuh kesabaran.
"Tidak Papi, bagaimana Tuhan menyayangi Marvel kalau hanya memberi rasa sakit dan penderitaan pada Marvel. Marvel laki-laki yang sangat baik Papi? Walau Marvel mempunyai perusahaan, hidupnya di habiskan di gereja. Selama dua tahun Marvel hidup dalam kesakitan, tapi masih saja mengabdikan diri di gereja. Dan Tuhan sama sekali tidak mendengar doaku dan Marvel. Apa seperti itu caraTuhan menyayangi Marvel Papi?" ucap Zaskia dengan tatapan penuh kekecewaan.
Mendengar ucapan Zaskia, Cicilia menangis sedih.
"Tidak anakku, apa yang kamu pikirkan tentang Tuhan tidaklah benar. Kamu harus yakin Zaskia, Tuhan punya rencana yang indah untuk anak-anaknya. Tuhan sangat menyayangi Marvel, kamu jangan berpikir seperti itu lagi anakku." ucap Cicilia seraya menangkup wajah Zaskia dan memeluknya dengan penuh kesedihan.
Keyakinan Zaskia telah goyah pada Tuhannya, sejak Marvel sakit selama dua tahun tidak kunjung sembuh. Dan sekarang di tambah lagi dengan ujian kematian Marvel, membuat hati Zaskia semakin tertutup tidak mau lagi mendengar nasihat dari siapapun.
Zaskia hanya terdiam tidak membantah apa yang di katakan orang tua Marvel yang sudah seperti orang tuanya sendiri.
Kedua mata Zaskia terpejam mengenang kembali saat indah bersama Marvel. Tiga tahun berpacaran kemudian menikah. Selama satu tahun kehidupan rumah tangganya sangat bahagia. Walaupun masih belum ada suara tangis bayi di dalam rumah tangganya namun kebahagiaan masih Zaskia rasakan sepenuhnya.
Cinta dan perhatian Marvel telah memenuhi perjalanan hidupnya.
Dan kini, semua kebahagiaan itu telah lenyap dari kehidupannya saat Tuhan telah merenggut nyawa Marvel.
Zaskia telah kehilangan cinta dan kebahagiaannya setelah Marvel pergi untuk selamanya.
Semuanya telah hilang dan musnah hanya menyisakan rasa kesepian yang mendalam di hati Zaskia.
"Zaskia, kita sudah sampai di Gereja. Bawalah mobil ini pulang, dan hati-hati di jalan." ucap Cicilia berniat naik taksi saat pulang.
Zaskia menganggukkan kepalanya kemudian keluar dari mobil dan pindah di kursi mengemudi.
"Hati-hati di jalan ya Kiya." ucap Cicilia sambil mengusap bahu Zaskia.
Zaskia menganggukkan kepalanya dengan sedih.
"Kalau Mami dan Papi selesai berdoa hubungi aku saja, aku akan menjemput Mami dan Papi." ucap Zaskia tidak tega membiarkan orang tua Marvel pulang sendirian.
Cicilia menganggukkan kepalanya kemudian berjalan beriringan di samping Albert dan masuk ke dalam Gereja.
Zaskia mengambil nafas panjang kemudian menjalankan mobilnya dengan hati dan pikiran yang hampa.
Peristiwa saat kematian Marvel terlintas kembali dalam pikiran Zaskia.
Airmata Zaskia kembali mengalir saat teringat bagaimana detik-detik meninggalnya Marvel yang meninggal dalam pelukannya.
Wajah pucat Marvel, dengan nafasnya yang begitu berat kembali muncul dalam ingatannya dan semua itu membuat dada Zaskia kembali merasa sesak.
"Hiks...hiks .. hiks... Marvel, kenapa kamu meninggalkan aku sendirian? kenapa?" ucap Zaskia menangis keras sambil mengemudikan mobilnya.
Kesedihan yang mendalam telah menghancurkan ketegaran hati seorang Zaskia.
Tanpa bisa konsentrasi lagi Zaskia tetap menjalankan mobilnya di sela-sela keramaian hingga tidak menyadari ada seorang laki-laki yang berjalan di area garis penyeberangan.
"Ciiiitttttttt!!"
Zaskia menginjak rem dengan sangat kuat hingga ban mobilnya berbunyi keras.
Segera Zaskia keluar dari mobil dan menghampiri laki-laki yang usianya lebih muda darinya sedang memungut belanjaannya.
"Hei!! apa kamu mencari mati? seenaknya menyeberang tanpa menekan tombol merah." ucap Zaskia masih dengan memakai kacamata hitamnya.
"Maaf Nyonya! tolong bisa di lepas kacamata anda, biar anda bisa melihat jelas kalau aku sudah menekan tombol merah." ucap laki-laki itu berdiri tegak menatap penuh wajah Zaskia.