Hari pertama Krei terbangun di tempat tinggalnya yang baru adalah 2 minggu sebelum dia menjalani Ujian Penentuan Level.
Dia terbangun cukup pagi dan pergi ke balkon utama. Krei merasakan udara yang sangat berbeda dengan tempat tinggal sebelumnya. Saat itu tercium aroma dingin pagi hari, hingga dedaunan yang menyegarkan. Sangat menyegarkan.
Sambil memikirkan itu Krei melihat Herve yang sedang berjalan membawa tas belanja dan memasuki rumah. Krei berpikir, "Apakah mungkin? Ah, tidak mungkin."
Dia mendengar beberapa suara dari lantai bawah dan mencoba mengintip ke dapur. Herve disana sedang mempersiapkan bahan untuk memasak. Krei masih tidak percaya dengan apa yang dia lihat.
Tiba-tiba Herve menancapkan pisau yang dipegangnya ke talenan dengan keras. Krei sangat terkejut dan terjatuh.
Herve seperti tidak bisa menahan diri ketika dia merasa diperhatikan. Dia menghampiri Krei dan membuat gestur agar Krei ikut dengannya. Krei menatap hidangan yang ada di depannya. Hidangan itu adalah masakan Herve untuknya. Telur dadar, jamur bakar, sosis hingga secuil seledri diatas semua itu. Terlihat sarapan yang sederhana namun terlihat sangat enak dimata Krei.
Krei menatap kembali Herve yang sedang berdiri di depannya seolah-olah menunggu Krei untuk memakannya. Krei mengatakan, "Terima kasih untuk makanannya," dan memulai memakannya.
"Oh, ini enak sekali!" Krei terkagum dengan rasa masakan Herve.
Herve tersenyum menyaksikan Krei yang menikmati makanan yang dia buat. Saat itu, Krei melihat senyum tipis Herve. Jika dilihat lagi, senyumnya manis.. Dan mata coklat tuanya terlihat hangat dibalik rambutnya coklat terangnya yang basah karena keringat di dahinya.
"Kalian sudah mulai sarapan ternyata! Wah!" Ezy datang dan duduk di samping Krei. Krei sedikit terkejut karena dia fokus mengamati Herve secara tidak sadar.
"Itu kelihatan enak! Kamu tidak buatkan untukku, Herve?" tanya Ezy.
Herve tidak berpikir dia harus menyiapkan makanan untuk Ezy, namun dia tetap melakukannya.
"Apa ini? Kenapa kau pelit sekali?" tanya Ezy ketika dia melihat hidangan yang disiapkan olehnya. Herve hanya memberikan telur dadar kepada Ezy sedangkan Krei mendapat lebih banyak elemen diatas piringnya. Saat Ezy menanyakan, Herve mengabaikannya.
Ezy berbisik pada Krei, "Sepertinya dia membuat sarapan itu untuk menyambutmu, Krei".
"Oh, be-benarkah?" Krei mempercayai kata-kata Ezy tapi dia masih belum terbiasa dengan Herve. Sebelum dia menyantap makanan yang dibuat oleh Herve pun dia ketakutan setengah mati. Dibalik itu Krei mulai menyadari bahwa orang itu tidak seburuk yang diduga. Krei mulai sedikit memperhatikan perilaku Herve.
Herve pergi ke kamarnya setelah memakan sarapan bersama Ezy dan Krei. "Bagaimana persiapanmu untuk Ujian Penentuan Level?" tanya Ezy.
Krei masih belum mengetahui banyak tentang itu walaupun dia pernah mendengarnya dari Mark. "Sejujurnya, aku belum tahu banyak tentang itu," jawabnya.
Ezy terlihat khawatir, "Hm.. Baiklah, apa kau sudah coba tanyakan pada Penelope?"
"Ah! Apa kita bisa bertanya padanya?" Krei tidak pernah berpikir kalau dia dapat meminta bantuan Penelope.
Ezy meneguk minumannya dan menjawab Krei. "Tentu saja. Tugas Penelope adalah menyediakan informasi dan keperluan bagi semua murid akademi." jelas Ezy.
Ezy bersiap meninggalkan Krei dan kembali ke kamarnya. Tapi sebelum itu dia mengatakan sesuatu pada Krei, "Ah! Saran dariku, istirahatlah dan setidaknya berolahraga sedikit selama kau melakukan persiapan ujian. Itu akan membantu." kata Ezy yang langsung pergi begitu selesai mengatakannya.
Di kamarnya, Krei membuka kembali amplop hitam itu dan menanyakan Penelope tentang Ujian Penentuan Level.
Berdasarkan informasi yang diberikan Penelope, ujian itu adalah ujian individu. Di akademi terdapat 5 level pembelajaran, yaitu Tyro, Primary, Sophomore, Precocious, dan Virtuoso. Kelima level itu adalah alasan kenapa Ujian Penentuan Level dibutuhkan. Namun, ujian ini tidak jauh berbeda dengan ujian pada umumnya. Siswa yang akan melaksanakan ujian diberikan informasi mengenai lingkup yang akan diuji. Yang pertama adalah Kemampuan Otak, maksudnya adalah kemampuan pikiran untuk mengontrol seluruh gerak tubuh, penerimaan tekanan, hingga mengatur kendali yang melibatkan diri sendiri dan orang lain. Yang kedua adalah Kemampuan Fisik. Kemampuan fisik yang dimaksud tentu kekuatan, ketahanan dan fleksibilitas secara fisik. Selain itu, menggerakan dan merubah bentuk objek juga termasuk dalam tes kemampuan fisik. Dan yang terakhir adalah Kemampuan mengontrol Perasaan. Tes ini adalah tes tingkat tertinggi, Penelope tidak memberi tahu alasannya, namun Krei juga merasa ada yang janggal dengan tes terakhir.
"Lingkup tes terakhir membingungkan sekali. Aku tahu dari beberapa film tentang tes yang melibatkan perasaan. Sangat mustahil kalau maksudnya adalah cinta. Tapi... apakah mungkin? Hmm… Mungkin aku lebih baik fokus pada tes yang lainnya, mungkin aku bisa unggul di salah satu tes dan setidaknya, aku harus mendapatkan level Sophomore atau… entahlah sebenarnya aku juga tidak terlalu memikirkan itu." pikir Krei.
Berbeda dengan yang dia pikirkan, Krei sebenarnya sangat peduli dengan hasil tesnya. Dia sangat ingin mengerahkan potensi terbaiknya. Hal yang membuatnya menahan diri adalah sorotan. Menjadi pusat perhatian adalah neraka bagi Krei sejak dia kecil. Dan memiliki wajahnya adalah masalah terbesarnya. Tidak pernah ada hal yang membuatnya senang dari menarik perhatian orang lain. Yang ada hanyalah kenangan buruk, bahkan itu pun terjadi pada keluarganya. Meskipun saat ini kondisi Krei dan keluarganya jauh lebih baik, itu tidak mengubah apa yang terjadi sejak dia kecil.
Setelah berpikir seharian, Krei menerima saran yang diberikan Ezy. Keesokannya Krei bangun lebih pagi untuk berolahraga. Dia melihat Herve yang sedang melakukan pemanasan dihalaman rumah. Krei mengumpulkan keberaniannya untuk mendekatkan diri pada Herve. Ketika dia membuka pintu untuk keluar, sangat tidak terduga dia melihat Herve berbicara dengan orang pertama yang tidak ingin ditemui sebelum dia memulai kelasnya di akademi.