Chereads / Akademi Ingeniosus Snilldech / Chapter 17 - Mengenal Melody Catch

Chapter 17 - Mengenal Melody Catch

Kesimpulan yang bisa Krei pikirkan dari cerita Ezy adalah bagaimana dia harus mengontrol flair sesuai pola pikirnya. Krei mulai memikirkan caranya malam itu setelah Ezy tertidur.

Di mengeluarkan note kecil dan menulis poin yang dia pikirkan. Dimulai dari hal yang terpenting untuk mengontrol flair adalah pikiran. Mengontrol diri untuk fokus dan menenangkan diri di segala situasi merupakan langkah awalnya.

"Kalau begini, apakah artinya individu itu beraktualisasi diri jika mengenai flair?" pikir Krei.

Krei terpikirkan hal itu karena komunikasinya dengan Jae-ho saat dirumahnya dan hal yang baru saja terjadi dikamarnya.

Itu artinya flair Krei tidak hanya berasal dari "Melodi" semata. Jika, itu adalah melodi semata, itu tidak akan menyebabkan kerusakan ataupun membantunya mendapatkan informasi. Lalu Krei menulis, "Melodi, Suara, Bunyi" Dia mengetukkan pulpennya di catatannya. Dia mendengar ketukan suara itu dengan baik lalu terpikirkan bahwa objek atau yang dia ketukkan itu mengeluarkan suara.

Dia kembali melihat ke tiga poin yang sudah dia tuliskan dan akhirnya menyadari asal flairnya.

Itu bukanlah melodi, bunyi, ataupun suara.

Flairnya berasal dari Getaran. Getaran yang merambat adalah pengertian dasar dari bunyi atau suara. Hal itu pernah ada di buku sains sekolah dasar. Selain itu setidaknya Krei bisa menghasilkan dan menerima gelombang suara. Karena itu dia bisa menerima pengendalian gelombang otak dari Jae-ho dan membalikan gelombangnya walaupun belum terlatih seperti Jae-ho.

Krei merasa bersemangat, karena dengan pemahaman barunya mengenai flairnya, dia bisa memperluas dampak dari flairnya.

Keesokan paginya Krei memakan sarapannya di meja luar bersama Herve. Krei tidak membicarakan apapun disana, karena Krei tenggelam dalam pikirannya sendiri tentang rahasia kekuatannya sendiri. Ternyata tidak semua dari kesimpulan yang dia dapatkan itu menjadi proses yang menyenangkan. Jika dia butuh bantuan, hanya satu orang yang dapat melakukannya, orang itu adalah Jae-ho. Orang yang memiliki tipe flair paling mirip dengannya.

Tapi, mengingat bagaimana perilaku Jae-Ho padanya, Krei jadi tidak sudi mendapatkan bantuan darinya. Krei membereskan peralatan makannya usai dia menghabiskan makanannya. Krei ke kamarnya untuk ganti pakaian dan keluar rumah mencari tempat kosong untuk berlatih sendirian.

Herve yang duduk menyantap sarapan bersama Krei melihat tingkah lakunya yang tidak biasa. Dia agak khawatir karena Krei masih belum terbiasa dengan pulai tempat mereka tinggal. Selain itu Krei menggunakan baju olahraganya, setelah sarapan. Herve merasakan hal buruk, karena Herve cukup khawatir, dia memutuskan untuk mengikuti Krei.

Krei memberanikan dirinya untuk mencari tempat sendirinya untuk berlatih karena sebelumnya Herve telah memberitahunya untuk menggunakan chip yang ada di tangannya. Dia menemukan tempat yang terlihat kosong tertera di peta pulau itu. Terlihat seperti hutan yang dibiarkan ada di pinggiran pulau dan tidak ada bangunan yang terlihat disana. Itu membuatnya menjadi tempat sempurna Krei untuk berlatih.

Setelah berjalan selama beberapa menit itu hingga terlihat pepohonan yang mungkin adalah lokasi yang dicari oleh Krei. Dia terus mendekati tempat itu, semakin dekat Krei dengan tempat itu, dia merasa semakin fokus. Krei sedikit lagi menginjakkan kaki di rumput hijau itu. Tapi dia terhenti. Ada orang yang menahannya untuk tidak menginjakkan kakinya ke rumput itu.

Postur tubuh yang besar dan lengan yang kuat itu sedikit terasa familiar bagi Krei. Krei masih bingung karena terkejut, dia tidak menggerakkan tubuhnya sama sekali. Lalu orang itu mengangkat Krei dan membawanya sedikit lebih jauh dari rerumputan.

Krei menyadari bahwa dia adalah Herve ketika dia terangkat dengan tangannya yang kuat itu. Krei menyentuh tangannya mencoba untuk melepaskan dirinya, tapi entah kenapa itu terasa agak nyaman. Herve menurunkan Krei dan menatapnya dengan tatapan khawatir. Krei tidak tahu kenapa Herve menatapnya demikian. Lalu Herve membuka petanya, menunjukkan bahwa area yang ingin dikunjungi Krei bukanlah tempat yang bisa dikunjungi orang.

"Ah… Benarkah? Kalau begitu kenapa tidak ada peringatannya di dalam peta itu?" tanya Krei pada Herve.

Krei berpikir mungkin itu adalah semacam hutan terlarang. Lalu Herve memperlihatkan sebuah pemberitahuan yang juga terdapat dalam chip mereka. Pemberitahuan itu memberitahukan bahwa area itu adalah area konservasi dimana siapapun tidak boleh menginjakan kaki di sana kecuali pihak manajemen pulau.

Krei tampak bingung ketika dia melihat pemberitahuan yang ditunjukkan oleh Herve. Herve memikirkan apa yang sebenarnya Krei inginkan dengan datang ke tempat itu. Lalu Herve mengajak Krei untuk pergi ke suatu tempat dengannya. Tidak jauh dari sana, mereka mendatangi sebuah gedung yang terlihat cukup sederhana. Krei mengikuti Herve yang masuk kesana, lalu Krei menyadari pintu yang mereka lewati tertutup rapat. Dia mengingat apa yang terjadi padanya saat Mark mengantarnya ke ISA. Dia dikejutkan dengan banyak teknologi yang belum pernah dia lihat sebelumnya.

Ternyata tempat itu adalah tempat latihan untuk murid ISA. Selama Krei mengikuti langkah Herve dia melihat orang - orang yang berlatih di ruangan kaca yang dia lewati dan akhirnya mereka sampai di ruangannya. Karena tidak ada orang yang menyadari keberadaannya, Krei menduga bahwa kaca - kaca itu adalah cermin dua arah.

Mereka akhirnya sampai di tempat yang kelihatannya adalah ruang latihan untuknya. Krei merasa senang karena mendapat ruangan latihan untuk dirinya sendiri, tapi untuk mengetes flairnya, dia harus memiliki objek yang dijadikan target.

Memikirkan itu, Krei tidak menyadari apa yang sedang Herve lakukan. Dia kembali berkutat dengan perangkatnya. Mata mereka bertemu dan dia menekan sesuatu. Seketika tempat itu menjadi seperti di dalam hutan layaknya yang dia inginkan sebelumnya. Tapi Krei masih tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Apa bila itu hanya terbuat dari hologram biasa, maka itu tidak ada gunanya selain mengubah suasana latihan.

Lalu Herve melemparkan beberapa belati dengan akurat ke arah pohon yang berjarak 5 meter dari tempatnya berdiri. Krei terkejut melihat itu. Herve terus melemparkan belatinya, seakan menancapkan belati ke pohon layaknya seperti permainan dart.

"Bagaimana bisa dia membuatnya menjadi terlihat sangat mudah?" pikir Krei.

Ternyata, teknologi di ruangan itu benar-benar bisa menjadi tempatnya untuk berlatih. Berkat Herve Krei bisa mengetahui hal itu.

Krei mulai berfikir apa yang bisa dia jadikan objek. Dia melihat Herve yang terus melemparkan belatinya. Dia mendapatkan ide, lalu mencoba untuk fokus pada suara yang disebabkan oleh belati Herve yang tertancap ke pohon. Setelah memfokuskan diri, dia melepaskan sedikit fokusnya. Herve terkejut karena tiba - tiba lemparannya meleset. Herve melihat ke arah Krei dan menyadari bahwa itu adalah perbuatannya. Herve berpikir akan lebih baik jika dia meneruskannya. .Selain itu dia juga ingin melihat flair yang dimiliki oleh Krei.

Krei kembali memfokuskan dirinya dan menambahkan emosi yang dia miliki. Saat berfokus dalam emosinya, dia teringat kenangan buruk yang dia miliki. Herve mulai mendengar suara retakan. Kemarahan dan juga kesedihan yang pernah dia rasakan. Herve melihat pohon yang ditargetkan mulai patah layaknya ranting yang rapuh. Herve melihat ke arah Krei yang sedang fokus sambil menutup matanya. Penyesalan yang tidak lagi bisa dia ubah, membuatnya semakin kesal. Dia melihat pijakan mereka juga mulai retak. Herve tidak bisa melihat lebih jauh lagi dan terpaksa harus menghancurkan konsentrasi Krei.

"KREIIIII!!" teriak Herve yang hampir tidak pernah menggunakan suaranya.