Chereads / Akademi Ingeniosus Snilldech / Chapter 18 - Getaran

Chapter 18 - Getaran

"KREIIIII!!" teriak Herve yang hampir tidak pernah menggunakan suaranya.

Krei tumbang dan Herve menangkapnya agar kepala Krei tidak terbentur ke lantai. Dia merasa seperti kehilangan tenaga, bahkan pandangannya buram sepersekian detik. Krei membuka matanya, terkejut mendengar suara keras yang meneriakan namanya. Suara berat itu seakan menggema di telinganya dia menatap mata Herve yang tepat ada di depannya.

Dia sekali lagi merasakan hal yang tidak biasa dengannya. Sama dengan hal yang terjadi sebelumnya, perasaan misterius yang dia rasakan saat dia ada bersama Herve dan itu semakin kuat. Krei yang tidak begitu mengerti mengenai interaksi antara manusia mengira bahwa mungkin itu adalah bagian dari flair Herve.

Saat itu dia membuka matanya dan melihat apa yang terjadi di ruangan itu. Krei tidak menduga bahwa dampak dari flairnya akan sebesar itu. Herve membantunya berdiri dan mereka mendengar suara yang bising dari luar ruangan.

Fasilitas di ISA dibuat khusus untuk orang yang memiliki kemampuan spesial. Namun, untuk pertama kalinya hari itu, terlebih lagi tempat latihan yang sengaja diperkuat untuk mengetes flair murid ISA, mengalami kerusakan karena flair Krei.

Segala suara dan dinding yang dibangun untuk menahan segala tekanan. Hari itu semua orang yang ada di gedung tempat latihan itu mendengar suara yang sangat keras dan menghentikan latihan mereka. Berharap mengetahui dari mana suara itu berasal.

Banyak mata yang melihat ke arah Krei dan dia merasa sangat terintimidasi. Murid ISA lainnya membicarakan tentang kerusakan yang disebabkannya hari itu. Lalu diantara kerumunan itu, dia melihat Jae Ho yang menatap ke arahnya. Krei dan Herve saling menatap dan mengikuti Jae Ho saat dia mulai pergi dari kerumunan itu.

Mereka terus mengikutinya hingga mereka berjalan cukup jauh dari tempat berlatih dan mereka kembali ke rumah mereka. Disana Jaeho ingin berbicara pada Krei secara pribadi dan meminta Herve untuk memberi mereka waktu untuk bicara. Herve khawatir pada Krei, namun Krei saat itu menduga bahwa apa yang ingin dibicarakan oleh Jaeho akan penting untuk dirinya dan bagaimana dia akan menggunakan flairnya. Herve meninggalkan Jaeho dan Krei berdua.

"Sudah kuduga, kau masih belum bisa menggunakan flairmu." ucap Jae Ho pada Krei.

Krei masih sedikit syok dengan hal yang baru saja terjadi. Dia tidak menduga dia bahkan akan merusak fasilitas yang bahkan dipersiapkan untuk orang yang berkekuatan khusus. Jae ho memperhatikan Krei yang masih memikirkan kejadian sebelumnya.

Mereka berdua memang selalu berkelahi kapanpun mereka memiliki kesempatan, namun hal itu bukan berarti mereka adalah musuh. Krei dan Jae ho memiliki tipe flair yang sama meski kepribadian mereka sangat bertolak belakang.

Jae ho menarik nafas dalam-dalam dan mulai berbicara. "Aku akan memberikan kau pilihan untuk bisa menguasai flairmu, tapi ini bukanlah hal yang pasti. Bagaimana cara kau menguasainya adalah bagaimana cara kau menggunakannya." ucap Jae Ho.

Krei akhirnya menatap Jae ho dan menelan ludah usai mendengar kata-kata Jae Ho.

Karena Jae Ho adalah orang yang merekrut Krei bersama Alan, dia mengetahui sedikit tentang flair Krei. Meski itu sedikit tapi setidaknya dia lebih tahu dari siapapun yang ada di ISA.

Krei memikirkan tawaran Jae Ho. Dia juga mengetahui bahwa orang yang paling tahu mengenai flairnya di pulau itu mungkin hanyalah Jae Ho. Selain itu Krei juga berpikir bahwa Jae Ho memiliki sesuatu yang spesial. Dia tidak tahu apa tepatnya, tapi yang jelas itu membuatnya merinding.

Krei menerima tawaran Jae Ho dan dia kembali mengingatkan soal kesepakatan mereka.

"Pada akhirnya itu semua tergantung caramu berpikir, aku hanyalah fasilitator disini. Jadi berusahalah." kata Jae Ho. Lalu dia meninggalkan Krei disana.

Krei merasa kesal dengan kata-kata terakhir Jae Ho. Namun dia tidak bisa terus menerus menjadi orang yang egois akan hal ini. Krei bertekad bahwa mulai saat ini dia akan melihat Jae Ho sebagai seorang fasilitator.

Malam itu Jae Ho mengirimkan pesan pada Krei bahwa latihan untuknya akan dimulai jam 3 pagi. Krei kembali berpikir bahwa dia adalah orang gila. Orang macam apa yang bangun sepagi itu. Meski Krei berpikir seperti itu dia tetap menuruti apa yang diperintahkan oleh Jae Ho.

Keesokan harinya, Krei pergi ke lokasi yang diminta oleh Jae Ho setelah beristirahat selama beberapa jam. Selama perjalanannya kesana, dia merasakan hawa yang sangat berbeda di jam itu.

"Entah kenapa… mungkin ini karena masih pagi buta." ucap Krei yang merasakan kesunyian yang luar biasa di sekitarnya.

Setelah sampai dia belum menemukan Jae Ho. Krei menunggunya selama 10 menit bersama dengan kesunyian disana dan kabut tipis yang meliputi ISA.

Menunggu Jae ho di tengah kesunyian itu entah kenapa dia merasa luar biasa. Dia tidak sulit untuk mengontrol dirinya yang bisa mendengar suara atau merasakan getaran sekecil apapun. Saat dia berpikir demikian, tiba-tiba dia mendengar suara tipis dari arah jam 3. Namun suara itu membuat Krei merasa terintimidasi hingga dia menggerakan tubuhnya seakan-akan dia menjadi target. Apapun itu dia tahu bahwa itu mengarah padanya. Krei berpikir,

"Apakah itu bagian dari rencana Jae Ho? Apakah dia akan melakukan itu sejauh ini?" tanyanya dalam hati.

Setelah Krei menggerakan tubuhnya cukup untuk menghindar dari arah suara itu. Suara tipis itu semakin mendekat namun berangsur -angsur menghilang. Lalu Krei melihat pesawat kertas jatuh di depannya. Dia tidak percaya bahwa suara tipis yang dia dengar itu berasal dari benda itu. Krei masih menatap pesawat kertas itu dengan aneh.

Saat itu dia memikirkan bagaimana bisa dia merasakan bahwa hal itu adalah sesuatu yang membahayakannya. Lalu dia melihat Jae Ho datang dari arah pesawat kertas itu datang.

"Ternyata kau bisa mendeteksi hal itu," ucap Jae ho yang seperti baru saja mengetes flair Krei. Krei menatap tajam ke arahnya dan bertanya, "Apa maksudmu dengan melakukan hal konyol ini?".

Jae Ho tersenyum sambil mengambil pesawat kertas yang terjatuh ke tanah itu. "Konyol? Hei, Krei. Coba pikirkan lagi apa yang kau dapat dari hal ini?" tanya Jae Ho pada Krei.

Krei berpikir keras. Dia mulai memikirkan apa yang pertama kali dia temukan mengenai flairnya. Dia menemukan bahwa flairnya bukanlah menangkap atau menganalisa suara yang dia dengar, namun itu semua berasal dari getaran. Jika getaran yang dia rasakan dari pesawat kertas itu sangat mustahil, itu berarti ada getaran lain yang membuat Krei jauh lebih waspada dari biasanya.

Dia melihat kearah pesawat kertas itu dan kembali memikirkan sesuatu yang jauh lebih sederhana.

Dia bertanya pada Jae Ho, "Apa kau kesini dengan seseorang?".

Jae Ho tersenyum seolah dia sudah memperkirakan hal itu untuk terjadi. Lalu seseorang datang ke arah mereka. Orang itu adalah orang sangat Krei kenal dan selalu membantunya kapanpun dia merasa kesulitan, yaitu Herve.