Memikirkan bagaimana dia hampir pingsan ditengah jalan, Krei sangat kesal. Dia malu akan flairnya fisiknya sendiri. Krei merasa dia harus memikirkan baik-baik mengenai ujian yang akan dia hadapi. Sejak itu dia bertekad untuk menyusun strategi untuk mendapatkan performa terbaik dalam tesnya.
Seluruh informasi mengenai ujian sudah diberikan oleh Penelope. Bahkan dia sudah mendapatkan pakaian khusus ujian yang dikirim langsung ke rumahnya. Sebuah jumpsuit hitam dan beberapa strip merah yang mendominasi. Menyentuh bahan dari jumpsuit itu, Krei menyadari pakaian itu memang dibuat khusus agar pemakainya bebas untuk bergerak dan tahan dengan suhu dingin.
Jika dipikir lagi, tes kemampuan fisik berpusat pada tiga topik, yaitu kekuatan, ketahanan, dan fleksibilitas. Topik ujian ini sangatlah wajar. Karena itu informasi itu sangat mencurigakan.
Akademi ini adalah akademi yang dikhususkan untuk orang-orang yang memiliki kemampuan spesial. Tidak memungkinkan untuk memiliki materi tes yang sama dengan sekolah umum, kecuali semua itu berhubungan dengan kekuatan individu yang akan melakukan ujian.
Ini sangat masuk akal. Karena dari awal, ujian penentuan level adalah ujian privat.
"Hm… kekuatan ya? Tapi aku belum pernah mencobanya," Krei duduk di kamarnya dan memikirkan sesuatu.
Saat dia berhadapan dengan flair Jae-ho, dia bisa berkomunikasi dengannya saat itu. Krei berpikir mungkin dia bisa melakukan sesuatu jika memikirkan situasi yang sama seperti saat itu.
Lalu Krei memposisikan dirinya dengan nyaman dan mencoba untuk berkonsentrasi. Dia merasakan tekanan yang sama saat itu dan mencoba untuk mengeluarkannya. Dia merasakan tekanan dari paru-parunya yang merambat ke kerongkongan memaksa dirinya untuk mengeluarkan sedikit suara dari mulutnya. Suara itu terdengar bulat seperti nyanyian walau hanya sepersekian detik.
Saat itu terjadi, lampu begitu juga jendela kamar Krei mulai retak dan pecah hingga berkeping-keping. Dia terkejut sampai membatu, melihat jendela yang ada tepat di samping kanannya.
"Apakah ini flairku?" tanya Krei dalam hati kecilnya.
Saat itu Ezy masuk ke kamar Krei karena mendengar suara pecahan jendelanya.
"Apa yang baru saja terjadi?!" Tanya Ezy.
Krei masih tertegun karena melihat hal baru yang bisa dilakukan dengan flairnya, "Ah, ini… Maafkan aku," jawabnya.
Ezy menghela nafas, "Sudahlah, ini memang kadang terjadi saat ada murid baru. Aku akan mengurusnya besok." katanya.
"Baiklah. Maaf karena sudah merepotkan." Krei menunjukan wajah bersalah dan juga kebingungannya. Selama ini dia pikir dia mengetahui flairnya. Tapi ternyata itu semua hanyalah kesadaran akan keberadaan flair itu. Krei masih belum mengenal flairnya sendiri.
Ezy melihat ke jendela. "Karena disini akan sangat dingin dimalam hari, sebaiknya kau tidur dikamarku dulu." saran Ezy.
Krei tersanjung karena Ezy sangat baik padanya tapi, dia pikir dia tidak perlu melakukan itu. Lagipula, ini terjadi karena dirinya sendiri. "Ah, tidak apa-apa. Aku akan baik-baik saja tidur di sofa ruang tamu." jawab Krei.
Ezy mengerti Krei merasa tidak enak padanya, "Percayalah padaku. Tidurlah di kamarku, aku mungkin bisa sedikit membantumu soal ini." jelas Ezy.
Krei merasa tidak enak, namun dia penasaran dengan apa yang Ezy maksud. Akhirnya, dia menyetujuinya. "Ambillah barang yang kamu butuhkan. Aku akan mempersiapkan kamarku agar kamu bisa tidur dengan nyaman, Krei." ucap Ezy.
Krei mengetuk pintu kamar Ezy. Ezy membuka pintu kamarnya dan mempersilahkan Krei untuk masuk. Krei tidak pernah menduga bahwa kamar wanita yang berpenampilan anggun itu menata kamarnya seperti itu.
Penataan kamarnya cukup unik. Yang membuat itu terlihat tidak biasa adalah hewan yang dia pelihara. Itu seperti jenis salamander. Krei pernah melihat hewan itu tapi ini terlihat sedikit berbeda. Salamander ini berwarna putih dan ada garis pudar disekujur tubuhnya. Jika dilihat sekilas dia seperti berwarna perak. Krei pikir itu terlihat sangat lucu sekaligus keren.
Lalu Krei berjalan ke arah kasurnya yang disiapkan oleh Ezy. Krei berterima kasih padanya saat itu dan berbincang sedikit untuk mengenal lebih baik. Ezy memulai pembicaraan yang lebih serius. "Aku dengar kamu memiliki flair yang berhubungan dengan suara ya?" tanya Ezy, mengkonfirmasi apa yang dia ketahui sebelumnya.
Krei melihat ke arah Ezy dan menjawabnya dengan ragu, "Ah, i-iya benar. Tapi, melodi lebih tepatnya."
"Baik, itu bagus. Sebenarnya aku sudah mendapatkan profil tentangmu dari akademi. Tapi tenang, aku memiliki itu karena aku punya tanggung jawab untuk mengawasimu. Setidaknya sedikit…" kata Ezy.
Ezy menanyakannya bukan karena tidak tahu atau mengekspektasikan jawaban dari Krei, tapi dia ingin setidaknya Krei ragu untuk menjawab dan Ezy merasa bangga dengan respon Krei. Bukan karena flairnya, namun karena kewaspadaannya pada Ezy. Karena itu Ezy, menjadi semangat untuk membantu Krei, terutama untuk mengendalikan flairnya.
Sebelum itu Ezy menjelaskan bagaimana flairnya. Flairnya adalah "Ikatan" atau "Bond". Pada awalnya Ezy sangat mudah untuk diterima dimanapun. Orang dengan mudah menyukainya, menyayanginya, selalu ingin membantunya, hingga flairnya mulai tidak bisa dikendalikan. Obsesi orang mulai membesar dan menjadi terlalu besar, berakhir dengan kehilangan akal sehatnya.
Mendengar penjelasan Ezy tentang flairnya, Krei berpikir bahwa flair Ezy yang awalnya seperti berkat bisa berubah menjadi sangat mengerikan. Ya, namun itu terjadi pada banyak murid di akademi. Awalnya flair itu memang indah. Tapi, setelah itu sadar bahwa sedikit kesalahan bisa membahayakan orang lain. Seperti yang baru saja terjadi pada Krei di kamarnya.
Di akademi kemampuan untuk menyerang dan membela diri memang diajarkan, namun tidak berarti bisa digunakan secara sembrono. Memiliki kekuatan yang besar, juga berarti memiliki tanggung jawab yang besar. Mengontrol flair melalui pikiran tidak semudah yang dibayangkan. Masing-masing orang mempunyai pola pikir yang berbeda tentang flairnya. Bisa dibilang, orang memiliki jalur yang berbeda. Karena itu mengenal diri sendiri dan flairnya adalah hal yang seharusnya.
"Selain itu menggunakan intuisi juga hal yang paling membantu. Oh karena itu juga aku bisa memblokade informasi yang kamu dapatkan dari suaraku," kata Ezy.
Krei sedikit terkejut lalu tertawa karena itu. Dia tidak menduga Ezy bisa melakukan hal itu.
Setelah itu Ezy menceritakan bahwa flairnya tidak hanya membuat ikatan dengan manusia tapi semua makhluk hidup. Dia pertama menyadari hal itu saat dia pertama kali bertemu Lou, salamander peliharaannya. Ezy menceritakan bahwa dia merasakan kesedihan yang mendalam mengalir di dalam sungai dan ternyata itu adalah Lou yang sedang meratapi hidupnya karena dia berbeda dengan yang lain. Tapi, seperti yang Ezy lihat, Lou berbeda karena dialah yang paling indah diantara yang lain. Mendengar hal itu dari Ezy, Lou ingin ikut dengannya saat itu dan mulai tinggal dengan Ezy.
Krei memikirkan sekiranya bagaimana caranya agar dia mengenal flairnya lebih jauh.