Saat Din menghela napas, Nan membuka matanya. Dia menyadari Din memegang tangannya dan Nan membalas genggaman tangannya, lalu memanggil namanya. Dia memperhatikan dan melihat ke arah Nan, "Nan, gue-". Dia memotong kata-kata Din ketika dia akan berbicara dan berkata, "Din, gue kangen banget sama lo."
Din tersentuh dengan apa yang Nan katakan dan langsung memeluknya. Nan merasa senang dan lega karena Din ada di sini.
"Din, maafin gue, selama ini gue cuma nyakitin lo," Nan mengencangkan pelukannya dan dia melanjutkan, "Gue sadar lo udah ngelakuin banyak hal buat gue. Lo ngehibur gue saat gue ngerasa buruk. Sedikit bentuk dukungan dari lo berarti banget buat gue dan gue orang yang lambat untuk nyadari perasaan gue sendiri, " Air mata Nan mulai menetes, Din masih terdiam dan mendengarkan dalam pelukannya.
"Lo tiba ilang 2 bulan ini dan itu… menyakitkan.." Nan memiliki sedikit berpikiran bahwa dia harus menghentikan ini dan dia berkata, "Maaf Din kalo lo harus ngeliat sisi gue yang kaya gini, gue gapapa kalo lo benci sama gue sekarang."
Memikirkan apa yang telah dia lakukan pada Din, ketidakpekaannya, hingga penolakannya. Rasanya salah jika Din tetap mau menerimanya, jadi menurutnya Din akan membencinya.
Din melepaskan pelukannya dan menatap langsung ke matanya, "Nan, maaf kalo udah ngebuat lo jadi kesepian, tapi hal yang lo bilang soal gue boleh benci sama lo adalah hal yang gak mungkin terjadi!" Kata Din.
Nan yang menunduk akhirnya menatap mata Din. Mereka melihat satu sama lain seolah-olah tidak ingin melepaskan satu sama lain.
"Pesen kamar buat kalian sendiri sana!" Suara yang membuat mereka terkejut datang tepat di samping mereka. It adalah Veo. Nan dan Din sadar dan melepaskan tangan mereka dengan wajah tersipu. Veo memandang Din dan bertanya, "Lo gak nutupin muka lo? Pantes saja ada banyak cewek-cewek yang keliatan aneh di depan ruangan. "
"Ah… gue lupa," Din menatap Nan.
"Oke, Din lo pakai jaket dan topi gue dan tunggu di lobi di mobil lo, gue akan anter Nan ke sana. Lo akan nginep di rumah Nan. "
"Hah?! Veo, gak! Apaan sih?!"
"Gimana gue bisa ninggalin lo sendiri ketika hari ini, gue harus kerja! Dan soal jadwal, Din kebetulan gak ada urusan hari ini. Ya kan, Din? "
"Iya sih .. tapi-!" Veo memotong kata-kata Din dan dengan tegas berkata, "Kalian cukup dewasa untuk tinggal di satu ruangan jadi gausah ngeluh." Mereka tersipu mendengar apa yang baru saja dikatakan Veo. Masuk akal tapi sangat memalukan.
"Ini cuma anemia. Gue bisa ngurus diri gue sendiri, Veo!" Nan mencoba menolak ide Veo.
"Lo mau bilang itu lagi? kalo emang iya, yang lo pingsan itu gara-gara apa? hah? gue panik, astaga!! " Veo menegur Nan karena membuatnya panik sebelumnya.
"Tapi, kenapa harus di rumah Nan? Kenapa gak dirumah gue aja? " Din bertanya.
"Lo mau buat skandal baru? Lo aja udah bikin gosip pas dateng kesini tanpa nutupin muka lo. " Din terdiam dan menggigit bibirnya setelah Veo menanyakannya.
Setelah menerima omelan Veo, Din keluar lebih dulu menggunakan atribut Veo dan berhasil melewati orang-orang dengan aman. Veo membawa Nan ke mobil Din dan berpisah dengan mereka.
******
Saat mengantar Nan kembali ke rumahnya, Din memikirkan banyak hal. Dia sadar bahwa akan ada kecanggungan saat menghabiskan malam dengan Nan, tapi dia tidak bisa meninggalkan Nan sendirian. Dia ingin bertanya kepada Nan apakah dia memiliki kerabat yang bisa menjaganya malam ini, tapi dia ingin bersamanya.
Dengan semua pikiran yang mengganggu Din, mereka berhasil sampai di depan rumah Nan. Din menghentikan mobil dan tidak ada yang lain selain keheningan diantara mereka. Din mencoba berbicara tetapi akhirnya bertanya secara impulsif. "Um… Gu-gue bisa parkir dimana ya?".
Nan berkata, "disini aja gapapa kok," dengan suara yang kecil. Dia mengambil tasnya dan keluar dari mobil.
Din bertanya-tanya, Nan menghindari untuk melihat wajahnya sejak Veo datang ke ruang rawatnya. "Pasti ada sesuatu yang bikin dia gak bisa natap gue," Itulah yang ada di benak Din.
Din mengambil tas yang dia butuhkan dan pergi ke kamar Nan. Aneh rasanya setiap langkah yang dia ambil ke kamar Nan terasa berat. Veo sudah memberi tahu Din nomor kamar dan kemudian dia mengetuk pintu Nan dan suara keras kedengaran dari dalam. Din membuka pintu dan melihat Nan yang terlihat kelelahan.
"Nan, lo ngapain? kedengeran sampe luar loh. "
Nan menghela napas dan menjawab, "beres-beres ini, sorry ya rumah gue agak kecil." Dia berkata sambil terengah-engah dan menunjuk ke sekeliling kamarnya.
Din tersenyum. "Ayolah, lo gak perlu beres-beres! Lo harus istirahat!" Din meletakkan sepatunya di rak, meletakkan tas di atas meja, lalu mendekati Nan.
Saat Din berjalan mendekat, dia panik dan berjalan mundur untuk menjaga jarak dari Din. Ketika dia kehabisan ruang untuk menjauh, dia bertanya, "D-Din, L-Lo mau ngapain?!".