"apa maksud anda?" timpan salah seorang wartawan menacari kejelasan
"kalian Lihat ini!!" tunjuknya pada tablet yang ada di tangannya, matanya memerah menahan sesak yang telah menyebar ke seluruh tubuh. Jarinya memperbesar tampilan layar pada nama Hotel bintang 7 tersebut. "ini adalah Hotel dimana kami melakukan perundingan" ucapnya dengan nada suara bergetar. "beberapa hari sebelum kejadian, Istriku yang tidak pernah menginjakkan kakinya di Liechenstein tiba-tiba datang.. dan ia menginap di kantor ku, menemani aku bekerja mempersiapkan proposal ini. Lalu di 3 hari berikutnya, Tim ku menemukan ia bersama pria lain memasuki hotel yang sama dengan Hotel tempat melakukan pertemuan bisnis itu. Sungguh aku tidak bermaksud menuduh perusahaan Disler mencuri proposal kami dengan memanfaatkan Istriku sebagai dalangnya, apalagi.. pria yang memasuki hotel bersamanya tidak begitu terlihat jelas.. namun hal ini memang patut di curigai" ucap Alexio menjeda ucapannya dan menarik napasnya dalam-dalam untuk memberinya sedikit ketenangan.
"Terlepas dari isu miring yang berkaitan denganku, aku ingin mengatakan, jika aku sungguh tidak memplagiat atau mencuri hasil kerja perusahaan Disler.. aku merasa hanya kurang beruntung saja karena harus memberikan hasil proposal ku di urutan terakhir, jika saja posisiku lebih dulu, mungkin situasi kami akan berbalik sekarang. Aku bukan mengada-ada, kalian bisa melihat hasil mentahan pengerjaan proposal ini dalam 6 bulan belakangan!" Ucap Alexio menyudahi klarifikasinya.
Beberapa hari kemudian, tuan besar Mawrecio Disler menanggapi semua ocehan Alexio saat di konfrensi pers.
"Aku tidak akan menanggapi ke andai-andaiannya.. jika ia memang merasa kami yang bersalah, seharusnya dia memberikan bukti yang kuat atas tuduhannya. Dan sebaliknya.. jika pihak kami mengikuti permintaannya, hal itu malah memperlihatkan jika kami merasa bersalah, dan memerluan opini publik untuk membersihkan nama kami. Kami bukanlah orang yang berkepala sempit, jadi kami tidak akan menanggapi hal itu." Ucap Mawrecio Di tengah-tengah konferensi yang ia buat guna menjawab tuduhan-tuduhan Alexio.
Kemudian pria tua itu menarik napasnya dalam dan mulai kembali kalimatnya "menurut kami, ini hanyalah masalah percintaan saja hingga membuat tuan muda Alexio kehilangan kendali.. aku menghormati King Darion, jadi tentu saja aku akan melupakan fitnahnya di media di beberapa waktu lalu. Dan jika ia tetap bersikeras untuk menarik kami kedalam urusan pribadinya, maka jangan salahkan aku, karena melawan. Oh iya, 1 hal terakhir.. entah ini di perlukan atau tidak, tapi aku ingin mengatakan, jika anakku, saat kejadian, tidak berada di Swiss.. dia tengah berada di Asia mengurus bisnis" Ucapnya yang dilanjutkan dengan penutup.
Setelah mendengar penuturan dari Tuan besar Disler, jelas kini Alexio adalah satu-satunya orang yang memiliki masalah. Ia seakan tidak di beri jalan.. jika harus terus mengurus masalah ini, tentu urusannya yang lain akan semakin terkendala yang bisa saja berakibat ia malah akan kehilangan semuanya tak bersisa, bahkan negara kecilnya yang baru saja ia bangun.
"Kita belum siap nak.. sudah bersabar saja.. bila sudah seperti ini, kita hanya bisa mengalah pada keadaan.. jangan sampai kamu mengurus masalah ini dan mengabaikan urusan yang lain.. cukup berbesar hati untuk mengalah.. ini bukan kompetisi.. Mengalah bukan berarti kalah.. namun hanya menunda kemenangan.. Mari bersihkan namamu dengan prestasi dan pencapaian.. hanya itu jalan satu-satunya bagimu.." pujuk Darion yang memang selalu bisa diandalkan kala Alexio di guncang masalah. Ia bersyukur memiliki ayah yang selalu percaya tanpa syarat padanya.
*Kembali ke masa kini
"ugh.. uu ugh.." Alexio menggeleng dan berkeringat di atas kasur miliknya. Jelas ia terlihat tengah bermimpi buruk
Seorang pelayan berlari keluar dari kamar Alexio dan memanggil King Darion segera "Tuan.. tuan muda sepertinya bermimpi buruk, namun tidak bisa saya bangunkan.." ucap pelayan tersebut dengan napas yang terengah-engah.
King Darion segera berlari menuju kamar Alexio dan benar, ia mendapati Alexio yang dulu, Saat masalah itu baru muncul di permukaan. Darion segera memeluk tubuhnya dan menyanyikan sebuah lagu di telinganya. Ia teringat pada perkataan Dokter yang menangani Alexio terakhir kali, jika mimpi buruknya terus berlanjut, kemungkinan ia akan struk dan tidak akan pernah bangun karena stress dan tertekan dapat membuat alam bawah sadarnya dapat memicu sang penderita mengalami Sindrom putri tidur.
Darion pun memeluk tubuh anaknya itu dengan erat, lalu menyanyikan lagu yang dulu sering di senandungkannya.. lagu yang sering di mainkan oleh Odele untuk menghibur Alexio. Meski suaranya tidaklah bagus.. namun ia tetap mencoba, hanya agar membangunkan Alexio dari mimpi buruknya. Pria kuat itu bahkan terlihat lemah saat melihat anaknya terpuruk, ia menitikkan air matanya sembari bersenandung dengan suara pas-pasan.
Saat istrinya meninggal, Darion bahkan tak menitikkan air matanya setetes pun.. namun melihat Alexio di liputi rasa sakit yang tak ada obatnya sungguh membuat ia tak dapat berbuat apa-apa selain menangis dan mengadu dalam hati.. entah pada siapa ia dapat mengadu..
Beberapa detik kemudian, kelopak mata Alexio perlahan terbuka, dengan tubuhnya masih dalam pelukan ayahnya yang tengah menyandungkan lagu yang sudah lama ia lupakan. "papa.." ucapnya menepuk lengan ayahnya. Darion tersadar, melonggarkan pelukannya dan menghentikan nyanyiannya.
"Kamu sudah bangun?" Ucap Darion khawatir
"Ya.. tentu saja.. setelah mendengar nyanyian papa yang begitu buruk itu, siapa yang tidak akan terbangun?!" Ejek Alexio
Alih-alih marah, Darion malah tertawa terbahak-bahak mendengarnya.. ia lega anaknya telah kembali padanya.
"Kenapa kamar ku ramai sekali? ini baru pukul 4.30 subuh" Tanya Alexio bingung. Darion menyadari jika Alexio ternyata tidak mengingat mimpi buruknya, itu pertanda bagus, dan ia pun tidak perlu mengungkit masalah itu dan mengingatkan Alexio pada kejadian pahit di masa lalu.
"ini.. itu.." Gagap Darion mencari alasan. Alexio memiringkan kepalanya dan menyipitkan matanya menerka-nerka keadaan yang sesungguhnya terjadi.
"Ah itu.. pertemuan kita dengan keluarga Damara akan di adakan tepat jam 7 pagi. Jadi sudah waktunya kamu siap-siap"
"Hmm?? jam 7 pagi? bukankah pertemuan kita akan di adakan jam 7 saat makan malam? bukankah biasanya begitu?" protes Alexio
"Ini karena Jenisa akan ada perjalanan bisnis ke Asia.. jadi mereka meminta jadwal perundingan di percepat" Jawab Darion asal. Yang penting beralasan dulu pikirnya. Setelah itu Alexio pun tak bertanya lagi.
Setelah itu Darion pun terpaksa kembali berbohong pada keluarga Damara untuk memajukan jadwal pertemuan mereka di jam 7 pagi. Dan tanpa protes, beruntung keluarga Damana menyetujui itu.
*Leichenstein
Odele baru saja terbangun dari tidurnya, ia mendudukkan diri meski rasa sakit dan ngilu masih jelas terasa di bagian pinggulnya. Ia kembali mengambil surat cerai yang ia taruh di bawah bantal, kembali memikirkan cara untuk membuktikan dirinya bukanlah "dia"