Chereads / How do U say, you’re SORRY? / Chapter 21 - Cih!! tadi sok suci, sekarang menolakpun tidak!

Chapter 21 - Cih!! tadi sok suci, sekarang menolakpun tidak!

*Sebelum kedatangan Alexio

"Lamaran yang beberapa tahun lalu kalian ajukan apakah masih berlaku?" Tanya Darion kala melakukan panggilan tlp ke keluarga Damara

"Oh.. apakah anda membahas mengenai pernikahan antara Putri ku dan Putra bungsu mu?" balas Robert Damara sebagai kepala keluarga di Damara Family

"Oh tidak.. tidak sampai sejauh itu.. sebab itulah aku ingin merundingkannya, apakah kalian bersedia?" tanya Darion yang tak di tanggapi oleh Robert. Yah.. pengaruh Robert bagi Sweden sangat besar.. karena itu ia tidak pernah menganggap terlalu tinggi keberadaan King Darion, dan teman masa kecil, selalu jadi tamengnya untuk membuat alasan.

Darion pun kembali menyampaikan maksudnya "Maksudku.. begini, karena Alexio tengah mencoba, kemungkinan dia memiliki beberapa syarat dan keinginan. Jika kalian tidak keberatan, bisa datang berkunjung ke istana ku di pukul 7 malam esok hari" jelas Darion yang lalu menutup panggilan tlpnya.

Sore hari, sesuai info dari Willy, Darion telah tiba di bandara ARLANDA Sweden, dan tengah menuju istana Stockholm. Darion menyambut senang kepulangan putra bungsunya meski terlihat jelas di wajah Alexio jika ia sangat enggan di perlakukan dengan berlebihan menurutnya.

Setelah usai makan malam dan hendak istirahat, tanpa di duga rasa penasarannya akan keinginan untuk melihat gadis yang ia tinggalkan di istana miliknya di Liechenstein, malah membuatnya menyesal. Harusnya ia tidak perlu menyaksikan semua ocehan-ocehan yang mungkin saja memanglah sebuah skenario yang sudah di susun oleh gadis itu secara matang hanya untuk membingungkannya.

Namun dalam hati, Alexio sungguh menantikan waktu pembuktian itu tiba. "Apa yang akan aku lakukan jika dia bukanlah "DIA"" ocehnya sendiri sembari menutup mata yang sudah merasakan efek dari obat tidur yang sudah mulai bekerja.

***

Odele mulai belajar bergerak dan berjalan sedikit demi sedikit, ia memutuskan untuk mencoba mandi.. sungguh tubuhnya tetap merasa gerah meski buk Yuni sudah membantunya membasuh diri menggunakan handuk basah setiap hari. Namun Odele tidak terbiasa, ia adalah gadis pembersih dan menyukai guyuran air dingin menerpa pori-pori kulitnya. Dengan begitu, ia baru merasa MANDI.

Sesampainya di pintu kamar mandi, Odele mulai melepas piyamanya satu persatu hingga tak bersisa sehelai benang pun menutupi tubuh polosnya, ia munghidupkan shower dan berdiri tepat di bawah guyuran air dingin yang membasahi tubuh bugilnya.

Sementara itu, Alexio baru saja selesai mandi dan tengah mengacak-acak rambutnya menggunakan handuk kering, tanpa di duga kegiatannya pun terhenti ketika ia mendengar sebuah notifikasi CCTV yang ada di kamar Odele dari ipad miliknya. Ia menantikan hal itu, berharap Odele akan melakukan kesalahan dan membuktikan firasatnya benar, jika dia memang tengah berakting beberapa hari ini.

Dengan cepat ia membuka vidio tersebut, tapi alangkah terkejutnya ia, bola matanya pun nyaris keluar setelah menyaksikan Odele dengan telanjang mengguyur tubuhnya di bawah air dingin. Glek! Alexio kesusahan menelan salivanya, ingin ia rasanya menjadi air yang membalut seluruh inci tubuh Odele tanpa sisa.

Kulit putihnya tampak berkilauan di terpa air, hasrat Alexio mulai membara menginginkan penyatuan dan pelepasan. Matanya tak berkedip melihat Odele menyentuh setiap inci tubuhnya, mengusap lembut membiarkan busa sabun menyelimutinya.

Tok.. tok.. tok.. Pintu kamar Alexio di ketuk dari luar, namun Alexio hanya melihat sekilas ke arah pintu tanpa ingin membukanya.

Alexio malah tampak berbalik memasuki kamar mandinya. Kembali menelanjangi diri dan berdiri tepat di bawah shower seperti yang Odele lakukan, menaruh Ipad di dinding, dan mengencangkan volume hingga yang paling tinggi. "Aaah.." terdengar desahan kecil dari bibir Odele yang semakin membuat Alexio tak mampu menahan diri.

Nyatanya, itu bukan desahan nikmat, melainkan desahan merasakan sakit akibat ia terlalu banyak memaksakan dirinya untuk bergerak, namun sampai di telinga Alexio entah bagaimana bisa malah terdengar berbeda.

Ia mengambil sabun cair miliknya, mematikan shower dan membiarkan keadaan di sekitar menjadi sunyi hanya menyisakan suara rintihan kecil dari bibir Odele di Ipad miliknya saja. Alexio memejamkan matanya dan menyentuh batang miliknya yang mengeras.

"Ah.." Kembali Odele mengeluarkan suara yang membuat Alexio semakin menggila, ia menggerakkan tangannya maju dan mundur memijati batang miliknya yang mengeras sembari mendengar Odele yang tampak terengah-engah.

Gadis itu telah mematikan showernya setelah ia menyapu busa sabun dari seluruh tubuhnya. Kini ia menyender di dinding dan tak dapat bergerak, kakinya tiba-tiba merasakan keram, perutnya pun merasakan ngilu, tangannya berusaha meraih handuk tergantung yang tak jauh darinya, namun ternyata tangannya masih tak mampu menggapai handuk itu.

Sebelah tangannya menggantung menahan diri di tiang shower, dan sebelah lagi meraih handuk miliknya hingga ia mengeluarkan suara-suara yang sampai di telinga Alexio seperti tengah bercinta dengannya.

Ujung jarinya telah menyentuh sisi Handuk terdekat, "Aaaghhhhh!!!" teriakannya bersamaan dengan Alexio yang telah mencapai pelepasannya. Matanya terbuka menatap ke arah ipad miliknya, ia terkejut, Odele terjatuh dan tersungkur di lantai kamar mandi sembari menyentuh sisi pinggulnya, gadis itu jelas terlihat kesakitan.

"Sial!!!!" kesal Alexio, ia membersihkan dirinya dari sisa-sisa pergulatan sendirian seadanya, dan menghubungi buk Yuni untuk segera ke kamar Odele.

Mata Alexio terus memantau keadaan, di lihatnya Odele yang kesakitan, namun tangannya tetap meraih handuk dan membalutkan ke dirinya sendiri dengan susah payah. "Apa yang kau pikirkan? apa kau malu jika seseorang melihat tubuhmu?" gumam Alexio menatap layar ipadnya yang menampilkan Odele di dalamnya.

'tidak habis pikir, bagaimana bisa disaat ia kesakitan seperti itu masih tetap berpikir untuk menutupi tubuhnya? hah? apa dia tidak sayang dengan nyawanya?' celoteh Alexio lagi. Setelah Odele berhasil membalut tubuhnya, buk Yuni pun tiba, wanita paruh baya itu langsung memanggil pengawal yang berjaga di depan kamar nyonyanya dengan panik.

Salah seorang pengawalpun masuk dan menggendong tubung Odele yang masih terbalutkan handuk itu dengan hati-hati ke atas kasur. Tidak adanya penolakan dari Odele membuat Alexio kesal "cih!! tadi sok suci, sekarang menolak pun tidak, saat di sentuh pria!!" kesalnya dan langsung mematikan ipadnya dan melemparkan sembarang ke atas ranjang. Ia kesal setengah mati, dan mengacak-acak rambutnya karena terus memikirkan Odele yang enggan menghilang dari pikirannya.

Dengan tergesa-gesa, ia melanjutkan kegiatannya yang tertunda, ia baru saja sadar karena tanpa sengaja melihat jam telah menunjukkan pukul 7 lebih yang berartikan ia telah terlambat untuk melakukan penjamuan.

Ia mengenakan pakaian khas kerajaan miliknya dan keluar menuju ruang pertemuan. Alexio terlambat 30 menit. Suasana yang tadinya ricuh, menjadi hening saat ia berjalan dengan santainya menuju Meja makan.

"Maaf atas keterlambatanku" ucapnya

"Ehm.. tidak apa-apa pangeran.. kami mengerti jika anda banyak urusan.." ucap Jenisa

"tsk.." Alexio memberikan senyuman sindirannya "itu tulus atau hanya sekedar berbasa-basi?" tambah Alexio yang membuat ruangan menjadi mencekam seketika. Semua orang yang hadir di ruangan itu mengerti, jika ada yang menanggapi ucapannya lagi, maka pertemuan ini akan berakhir saat ini juga.