"Leng Rui, kau benar-benar seorang pejuang keadilan. Kau menggunakan kekuatanmu untuk menegakkan keadilan."
Tang Guo memandang Leng Rui yang baru saja menutup panggilan telepon. Sebuah senyuman kecil tersungging di kedua sudut bibirnya seperti seekor rubah kecil.
Leng Rui menepuk cakar Tang Guo dan berkata, "Lain kali, jika kau ada permintaan, langsung sebutkan saja. Tidak perlu bertele-tele."
Saat gadis ini berguna bagi Leng Rui, dia bisa memuaskan apa pun keinginan gadis ini, asal dia mampu memenuhinya.
Setelah berkata demikian, Leng Rui merasakan Tang Guo menatapnya lurus-lurus tak berkedip, sudut mata Tang Guo bergetar.
Sebelum Tang Guo sempat berbicara, Leng Rui sudah menyelanya, "Cepat, naiklah dan tidur."
Leng Ziyue membuka pintu saat ia mendengar kata-kata yang dilontarkan dari bibir ayahnya. Sang ayah meminta gadis yang mengenakan piyama itu untuk naik ke atas dan tidur. Dari sikapnya, Leng Rui kelihatannya tidak sabar.
Otaknya seakan hendak hancur dan Leng Ziyue masuk ke kamar dengan tatapan bodoh.
Jika dia tahu lebih awal, Leng Ziyue pasti pergi ke kantor untuk mencari Leng Rui pada siang harinya. Jelas-jelas ia tahu bahwa jika ia pulang malam harinya, ia akan melihat pemandangan yang tidak mengenakkan.
Untung saja Leng Ziyue pulang lebih cepat dan kedua orang itu sepertinya baru saja hendak mulai.
Meskipun begitu, Leng Ziyue merasa tidak nyaman, karena Tang Guo pernah menjadi kekasihnya.
"Ayah."
Leng Ziyue bertingkah seperti bayi di hadapan Leng Rui. "Aku ada sesuatu yang harus didiskusikan dengan Ayah." Setelah menyelesaikan kalimatnya, ia melirik Tang Guo yang ada di sampingnya.
Gadis itu mengenakan piyama lengan pendek berbahan katun. Rambut ikalnya yang hitam terurai, wajahnya masih tampak polos tanpa riasan. Tulang selangka yang halus di bawah garis lehernya menambah daya tariknya.
Piyama yang dikenakan Tang Guo tepat berada di atas lutut, kakinya yang putih dan jenjang tampak bersinar.
Piyama yang dikenakan Tang Guo tampak longgar, tapi tetap tidak bisa menyembunyikan sosoknya yang cantik. Leng Ziyue terpukau untuk sesaat saat melihatnya.
Leng Rui mengerutkan keningnya dan berjalan ke depan Leng Ziyue. Entah disengaja atau tidak, Leng Rui menahan tubuh Tang Guo dan berkata, "Pergilah ke ruang belajar, aku mau bicara denganmu di sana."
"Pergilah ke sana dulu dan tunggu aku."
Leng Rui menoleh ke belakang dan berkata dalam hati kepada Tang Guo lagi, sambil menatap gadis itu dalam-dalam. Dasar wanita nakal. Apakah kau juga bermaksud mendapatkan Leng Ziyue? Lagipula, perawakan Leng Ziyue juga bagus.
Tang Guo berlari ke samping Leng Rui. Ia menginjak jari kaki pria itu dan berkata dengan nada lembut di telinganya, "Tenang saja. Aku hanya ingin bersamamu. Kau lebih tampan, lebih kaya, dan lebih menarik."
Kata-kata ini membuat Leng Rui merasa tersanjung.
Suara Tang Guo tidak terlalu kecil, sehingga Leng Ziyue bisa mendengarnya. Wajahnya mendadak menegang dan tinjunya mengepal erat, ia merasa kesal.
"Kutunggu kau kembali."
Sosok Tang Guo menghilang, menyisakan ayah dan putranya di ruang belajar.
Leng Ziyue sudah tak tahan lagi, dan akhirnya bertanya, "Ayah, kapan wanita ini akan pindah?"
Ini bahkan sudah lebih dari setengah bulan.
Leng Rui melirik Leng Ziyue, kemudian ia merasa terkejut hingga hampir melompat. Entah sejak kapan putranya ini berani mencampuri urusannya.
"Ayah, aku tidak bermaksud begitu. Wanita ini sama saja dengan wanita-wanita Ayah sebelumnya. Demi mencapai tujuan pribadinya, ia rela menjual berbagai macam hal. Tidak masalah jika Ayah ingin bermain-main saja dengan wanita ini, tapi, Ayah, jangan menganggapnya serius.
Hari ini, bisa saja dia bersikap baik terhadap Ayah. Tapi, mungkin saja dia akan jatuh ke pelukan orang lain besok."
Namun, Leng Ziyue sama sekali tidak menduga bahwa senyum di wajah Leng Rui mendadak lenyap dan wajahnya seolah memancarkan cahaya dingin.
"Dia adalah bintang di kantorku. Demi kebutuhannya, dia akan mencari orang yang rela membiayainya. Pada dasarnya, yang seperti ini akan diganti dalam jangka waktu tertentu. Jika terkenal, orang yang mereka cari akan memiliki status yang lebih tinggi." Leng Ziyue berkata dengan nada makin dingin dan makin berani, "Siapa saja orang yang punya kelebihan, entah siapa pun itu, bahkan pria berusia 80 tahun dengan wajah berminyak, telinga tebal, atau bahkan pria yang sendirian, wanita seperti ini rela, asalkan mereka bisa menahannya."
Leng Rui mengerutkan kening, ia merasa ada penghalang di hatinya.