"Anindya mengira kamu gak suka denganku, Ri. Kawatir salah paham dengan Kelana. Karena pas kamu lihat aku, Kelana sedang bicara sama aku. Anindya kesel sama aku, Ri. Gara-gara sifatku. Yang katanya begitu egois."
"Aku gatau gimana lagi nyritainnya. Aku bingung, Ri. Aku gapunya sahabat paling dekat selama ini selain Anindya. Saat ia gak ada seperti ini, rasanya begitu sepi."
"Kamu udah coba hubungin?"
"Udah. Tapi gak ada respon."
"Yaudah. Aku yang hubungin."
Rahsa refleks memegang tangan Rinai. Segera menahan tangannya yang akan mengirim pesan ke Anindya.
"Jangan, Ri!"
"Rah? Jangan sedih."
"Jangan hubungin Anindya dulu. Please...," pinta Rahsa.
"Yaudah, aku gajadi hubungin."
"Terus, kamu pengin aku gimana, Rah?"
Rahsa menunduk. Terdiam.
"Rah?"
"Kamu jangan pergi. Jangan pergi jauh lagi." Rahsa makin menundukkan wajahnya. Menahan isak dan bulir mata.
"Rahsa..."Rinai mendekatinya.
"Rah... jangan nangis."