"BAGAIMANA KAMU AKAN MEMULAI HARI TANPA APA-APA?"
Sebuah slide pertanyaan masih terpampang di cermin mimpi. Hanya tergugu keempar sahabat itu. Sebuah kisah kembali terputar.
***
Ada perasaan haru yang tergambar di wajah Rahsa. Saat kecil, tepatnya saat mata Ibunya belum tertanam api dan penuh derai air—ia pernah diajari Ibunya merajut. Menyulam benang, pita, membentuk aneka bunga.
Mungkin lewatnya, tak sadar Ibu menanam baju bernama kesabaran. Lewatnya pula, ia berlapis dengan baju ketulusan. Biar bagaimanapun, kebaikan Ibunya selalu berusaha ia ingat. Di luar segala luka masa lalu yang cukup menyakitinya. Mata Ibunya bukan lagi berapi dan berair mata. Tapi seperti mata air yang sejuk—yang dirindukan setiap pengelana.