Kini, Ayya kembali menuju mimpi ruang waktu yang lainnya. Ia bertemu sepasang kekasih yang entah disebut kekasih atau seperti dirinya.
***
***
Bila kita dapati sebuah perumpamaan, tentang ketidakmampuan. Itulah yang seringkali didengar telinga; bagai pungguk merindukan bulan. Sesuatu yang amat mustahil, hampir tak mungkin didapatkan. Namun kali ini, akan kukisahkan bukan tentang ketidakmungkinan yang mustahil. Barangkali, tentang mustahil yang berketidakmungkinan.
Namanya Rahsa Kumala. Teman-teman di kelasnya biasa memangil dengan sebutan Rahsa. Berada di antara teman-teman yang baik, adalah suatu kenikmatan tersendiri. Mendengar keseharian mereka, kesukaan, sampai hal-hal kecil yang sepele, jadi amat menyenangkan. Tak hanya berlatar pendidikan yang agamis, orangtua mereka pun cenderung dari keluarga yang amat dihormati. Keseganan, menjadi amat diprioritasi. Semata menghargai.