Setelah bekerja, Nia merebahkan diri. Sempat takut, karena mimpi tentang Ayya tapi versi berbeda.
"Oh, Tuhan. Semoga aku tak memimpikan hal sama."
***
"Aya, baru pulang, Nak?" Sosok suara nan lembut menyapa Aya. Tak lain adalanya Ibunya.
"Iya, Bu. Maaf, ya agak telat. Aya beli ini!" Sambil menunjukkan seplastik buah jeruk untuk Ibunya.
"Ini buat Ibu, lo. Ibu suka kan?"
"Iya. Terima kasih, ya."
"Sama-sama Ibuku yang cantik."
"Nak..."
"Ada apa, Bu?"
"Ibu pengin bilang sesuatu ke kamu, Nak. Duduklah..."
Aya pun duduk. Disusul Ibunya yang juga duduk di sebelahnya.
"Ada apa sih, Bu? Tumben." Aya bertanya dengan wajah seperti biasanya. Ceria. Tak ada raut sedih yang mengganggunya.
"Nak, kamu baik-baik saja?"
"Maksud Ibu?"
"Apa benar kamu baik-baik saja?"
"Memangnya Aya kelihatan pucat, ya?" Sontak, Aya mengambil ponselnya. Dan menatap dirinya di kamera ponsel. Memastikan wajahnya tak terlihat pucat.
"Aya baik-baik aja kok, Bu."
"Hmmm."