Kenangan-kenangan mulai berdatangan. Sesekali Nia jenguk. Pikirannya seolah mengatakan "Kamu boleh menjenguk, tapi tidak untuk dipeluk-peluk." Tapi di saat yang tak dikehendakinya, refleks begitu saja. Yang awalnya hanya menjenguk, jadi dipeluk-peluk. Entah, esok akan datang dari memori yang mana? Nia berusaha merawat kepingan-kepingan itu di hatinya. Sampai kapan?
Meskipun Nia melarikan diri, hatinya tak dipungkiri merindukan sahabatnya. Terlebih, laki-laki yang sempat membuat hatinya luluh dalam perjalanan liburan kala itu. Siapa lagi kalau bukan Oki.
***
Nia selalu mencari apa yang dia sukai dan tak sukai. Layaknya kekasih yang selalu ingin mengerti. Memahami. Meski dia bukan pencerita: tapi Nia mengajaknya bercerita. Meski kerap dirinya kalah: ia yang lebih sering bercerita. Tanpa jeda.
"Ay, perutku sakit banget," celetuknya. Sesekali Nia memanggil Hayya dengan sapaan akrab Ayya.