"Yang ngasih rezeki itu Allah, Nak. Asal kamu berusaha, pasti Allah akan memampukannnya," tutur Ibunya.
"Terima kasih, Bu. Aksa akan pertimbangkan."
"Oh ya, Aksa masih punya hutang sama Ibu."
"Hutang? Hutang apa, Nak?"
"Aksa kayaknya pernah janji mau bantu temenin ibu nyari tanaman, kan? Ibu pengin kan?"
"Ouh itu. Ibu sudah cari sendiri, Nak."
"Ouh iya? Kalau hadiah yang Aksa pernah kasih lukisan bunga berbentuk rumah, itu suka ndak?"
"Ouh... iya suka. Memangnya kamu beli di sini?"
"Iya, Bu. Itu tempat kerja Ayya. Meskipun kami berdua sudah memutuskan keluar."
"Kalian keluar? Itu keputusannya?"
"Iya, Bu. Ada hal yang gak bisa Aksa jelasin detilnya."
"Iya. Ibu mengerti sekarang."
"Yasudah, kamu mau istirahat? Mau Ibu antar ke rumah?"
"Aksa bisa jalan sendiri, Bu."
"Baiklah."
Aksa sebenarnya masih begitu cemas. Kecemasan memenuhi relung hatinya. Ia sempat terpikir apa Oki sebenarnya sedang sengaja menghindarinya?